Bab 12

Seperti biasa nya.Dona selalu terbangun ketika jam di dinding kamar anaknya tepat menunjukkan pukul 05.00 Wib.Dona mencuci wajah nya dan setelah itu melaksanakan ibadah sholat subuh.sebelum turun ke lantai bawah.Dona terlebih dahulu menyempatkan diri untuk membangunkan kedua putri nya agar segera bangkit mengerjakan sholat subuh.

Baru sampai di pertengahan tangga,Dona di buat kaget oleh kedatangan kedua mertua nya yang sudah duduk di sofa dengan begitu angkuh nya.sorot mata sang Ibu mertua terlihat begitu tajam mengintimidasi pergerakan nya sampai menusuk ke relung hati paling dalam.

" Ayah,Ibu! Kapan sampai di sini?" tanya Dona masih tetap menghargai meskipun hati nya sering kali tersakiti oleh ucapan dan tindakan kedua mertua nya.tumbuh besar tanpa dampingan kedua orang tua nya tidak membuat Dona minim akhlak kepada sesama manusia.

Dengan ogah-ogahan Bu Wati mengulurkan tangan nya di hadapan wajah Dona, begitu juga dengan ayah mertua yang selalu meremehkan menantu nya itu.

" Jam 4 tadi,Kamu baru bangun jam segini?Pemalas sekali Kamu jadi ibu rumah tangga,pantas saja Bram bosan dan tidak betah berada di sini ,kalau macam ini kelakuan Kamu sebenarnya." ketus Bu Wati mengeluarkan semua kata-kata pedas nya dan di ikuti oleh suami nya yang memiliki sikap sama persis seperti sang istri.

" Kamu sendiri yang membuat Bram mencari wanita lain di luar sana.Ayah kalau punya istri seperti Kamu juga malas melihat Kamu yang seperti ini." ucapan menyakitkan itu di telan mentah-mentah oleh Dona seraya menarik nafas dalam-dalam dan setelah itu berlalu tanpa meninggalkan pesan ataupun kesan.

" Begini nih kalau besar tanpa orang tua.nggak punya sopan santun dan tidak tahu terimakasih." hardik Bu Wati dengan posisi sangat santai di atas sofa.

Dona yang sudah masuk ke dapur terpaksa membalikkan tubuhnya dengan emosi yang kian membuncah di dada nya.

" Maaf Bu! Jangan pernah lagi menghina kedua orang tua Saya,kami memang miskin dan merupakan anak yatim piatu,tetapi bukan untuk Ibu jadikan ajang mengeluarkan kata yang tidak seharusnya untuk Ibu ucapkan.apa yang membuat Ibu tiba-tiba datang kesini? Apa hanya untuk menghina Aku?" tanya Dona dengan begitu berani nya.perceraian yang sebentar lagi akan terjadi membuat Dona bertekad untuk tidak lagi tinggal diam dan membalas semua yang mereka lakukan dengan begitu berani.

" Sudah berani menjawab Kamu sekarang ya! Sudah miskin...Apa kami harus melapor dulu jika ingin berkunjung ke rumah anak kami sendiri.rumah yang di beli dari hasil kerja keras dia selama ini? Hah ? Begitu maksud Kamu?" bentak Bu Wati semakin menatap Dona penuh kebencian.

Dona hanya bisa menghela nafas berat nya dengan gelengan kepala kecil.pergi dari hadapan sang Ibu mertua adalah jalan satu-satunya karena sudah pasti perdebatan ini tidak akan ada habisnya.sementara dia harus menyiapkan tenaga untuk memasak dan juga bekerja nanti nya.Dona berjalan perlahan dan mulai mengolah bahan-bahan yang sudah ada di atas meja dapur.

" Sabar ya Bu! Jangan di dengar kan lagi.kita yang waras harus banyak mengalah dan beristighfar menghadapi manusia seperti ini." ucap Bi Surti menenangkan hati dan pikiran Dona.

" Iya Bi!Cuman Saya nggak habis pikir aja kenapa mereka bisa sampai ke sini.tidak ada acara khusus dan seperti nya keluarga mereka juga tidak ada agenda penting di kota." Dona semakin mengernyit kan dahi sambil mengaduk masakan nya.di saat fokus nya tengah sibuk memikirkan maksud kedatangan kedua mertua nya.Bi Ratih tiba-tiba saja datang dari belakang sambil membisikkan sesuatu di telinga nya.

" Terimakasih banyak ya Bi,aman kan Bi?" tanya Dona memastikan dan sambil celingukan mencari keberadaan kedua mertua nya.

" Aman Bu! Kedua mertua Ibu sudah masuk ke kamar tamu untuk membersihkan tubuh mereka.Bibi jadi kan Bu, pergi ke rumah Bu Marwa besok."

" Jadi Bi, nanti pakaian nya di bereskan semua nya ya.Saya yang akan mengantarkan Bibi ke sana ."

Tepat pada pukul 06.30 wib,semua penghuni rumah mewah tersebut akhirnya keluar dari kamar termasuk juga tamu tidak di undang yang ikut bergabung di meja makan panjang.

Dona yang tak ingin memulai perdebatan lagi membantu kedua anaknya untuk mengambil nasi dan membiarkan mertua nya melakukan sendiri apa yang ingin mereka lakukan.

Alena dan Priska yang tidak terlalu dekat dengan kakek dan nenek nya hanya diam tanpa berkata apa-apa lagi.kedua nya fokus dengan makanan mereka dan akan kembali ke kamar secepat mungkin.

" Bu! Nanti Mbak mau numpang ke rumah temen Mbak aja ya Bu! Mbak malas di rumah kalau ada mereka." bisik Alena dan di balas anggukan kepala oleh Dona.tidak ingin bertanya terlalu banyak karena Dona sudah sangat paham bagaimana kedua mertua nya memperlakukan kedua putri nya yang merupakan darah daging wanita yatim piatu dan juga miskin.

Selesai menyantap sarapan pagi.kedua mertua Dona mulai mengeluarkan semua yang ingin mereka bicarakan.kemarin sore Bram menghubungi mereka sambil memohon agar kedua orang tua nya mau membantu dia membujuk Dona menerima poligami yang dia lakukan.dan tidak lagi menuntut kata cerai yang sebenarnya sangat tidak mudah untuk dia wujudkan.Pak Slamet dan Bu Wati terpaksa mengiyakan setelah di iming-imingi Bram menggunakan sejumlah uang yang nominalnya sangat besar sekali.

" Ibu mau bicara sama Kamu, mengenai masalah rumah tangga kalian." ucap Bu Wati dengan raut wajah tidak bersahabat.Alena dan Priska yang melihat itu semua hanya bisa tersenyum kecut dan ikut menyimak ketika Dona mengulas senyum tipis kearah mereka berdua sebagai sebuah kode keras.

" Kalian berdua tidak boleh sampai bercerai dan harus tetap seperti ini .apa jadi nya kedua putri mu nanti tanpa kehadiran Ayah mereka di samping mereka.apa Kamu ingin kedua cucu ku tumbuh seperti yang Kamu rasakan dulu? Nggak ada salah nya poligami jika Bram masih tetap menafkahi Kamu dan kedua anak mu itu."imbuh Bu Wati begitu mudah dan tak pernah mengerti bagaimana perasaan Dona saat ini.

" Mereka punya Aku ,Bu! Dan Ibu tidak perlu khawatir dengan kehidupan mereka.meskipun Aku besar tanpa dampingan kedua orang tua.tapi bukti nya Aku tumbuh menjadi anak yang begitu mandiri dan bisa menjadi seorang dokter hebat.akhlak yang Aku miliki justru sangat baik dan tidak pernah sekalipun menyakiti perasaan orang lain.ada ataupun tidak nya Mas Bram di samping mereka tidak akan merubah kenyataan apapun.Aku juga akan membebaskan Mas Bram untuk bertemu mereka jika nanti kami sudah resmi bercerai." jawab Dona dengan lembut tapi mampu menyentil ulu hati kedua mertua nya.

" Kamu tentu sudah paham agama kan Dona! Ini adalah jalan Kamu menuju pahala yang sangat besar.terima saja dan Ibu nggak mau dengar lagi kata cerai keluar dari mulut mu itu."

Dona menggeleng kan kepala nya ketika melihat tingkah sang ibu mertua yang terus saja menekan prinsip hidup nya dan tidak lupa menghina kehidupan nya yang tidak seimbang dengan keluarga mereka.

" Maaf Bu! Aku tetap pada keputusan ku. Aku nggak bisa lama-lama di sini karena harus berangkat kerja sekarang juga.kalau Ibu butuh sesuatu minta saja sama Bi Surti dan Bi Ratih.atau tidak telpon saja putra kesayangan Ibu itu." Dona berdiri dari kursi nya di ikuti oleh Alena dan juga Priska yang tidak suka berada satu tempat dengan orang yang selalu menyakiti perasaan ibu mereka.

Di saat ketiga nya hendak naik ke lantai atas.suara bariton milik seseorang membuat ketiga nya terpaksa menghentikan langkah seraya menoleh kan kepala menatap wajah pemilik suara itu.

" Dona." panggil Bram dengan suara meninggi.

" Ada apa Mas." jawab Dona datar dan merasa semakin tak di hargai lagi ketika melihat suami nya ternyata datang bersama madu yang tidak dia harapkan kehadiran nya di keluarga mereka.

" Mau kemana kalian? Ibu sama Ayah datang ke sini sementara kalian malah pergi begitu saja tanpa berniat menemani mereka sedikit pun." tegas Bram yang tidak melepas sedikit pun genggaman tangannya pada istri muda nya.

Bu Wati,Pak Slamet dan Monik yang melihat Dona di marahi oleh Bram langsung tersenyum puas sambil melempar kan wajah mengejek untuk Dona yang sedang menatap nanar ke arah mereka semua.

" Aku harus bekerja Mas,Ibu sama Ayah datang ke sini karena permintaan Kamu kan,Kenapa tidak Kamu dan istri mu saja yang menemani mereka.lagian selama ini hubungan kami tidak lah harmonis seperti pada umumnya.Aku pamit dan jangan lupa nanti sore Aku tidak ingin lagi melihat istri mu di rumah ini." Dona berjalan cepat masuk ke kamar mereka untuk mengambil kunci mobil dan juga tas kerja nya.

Alena dan Priska yang masih memakai pakaian rumahan terpaksa membawa baju ganti di dalam tas ransel dan berniat menumpang mandi di rumah teman mereka nanti.ketiga wanita berbeda usia ini langsung turun sambil menggenggam tangan saling menguatkan satu sama lain.

" Kuat ya Bu! Kita tidak boleh lemah lagi." bisik Alena kepada sang Ibu.

" Iya sayang,Ibu nggak papa kok.kebahagaian kalian yang Ibu utamakan."

Di saat ketiga nya hendak berjalan menuju pintu utama.suara menggelegar milik Bram kembali menggema membuat ketiga nya tersentak kaget dan tidak percaya jika Bram bisa melakukan ini kepada mereka.

" Jangan kurang ajar Kamu sebagai istri Dona! Sekedar berpamitan saja Kamu tidak mau melakukan nya.Aku masih ingin berbicara kepada Kamu tapi Kamu sudah pergi begitu saja.Monik datang kesini karena ingin lebih dekat lagi dengan Kamu dan juga anak-anak.bukan kah nanti kita akan menjadi sebuah keluarga besar."

Dona yang sudah merasa lelah menghadapi ujian emosi pagi ini memejamkan mata dengan hembusan nafas yang begitu kencang.

Tidak cukup membuat hati nya terluka parah.tapi suami nya malah kembali menambah beban pikiran yang tak ada habisnya untuk dia pikul seorang diri.

Dona ingin maju dan melakukan seperti yang suami nya ingin kan.tapi pergelangan tangan Dona nyata terlebih dahulu di tahan oleh Alena yang menatap dia sambil menggeleng kan kepala.

" Seharusnya Ayah berkaca sebelum mengatakan itu semua.sudah kah Ayah melakukan apa yang Ayah ucap kan itu? Lantas untuk apa Ayah bawa simpanan Ayah datang ke sini.untuk pamer jika kalian saling mencintai, begitu? Alena sungguh muak dengan drama yang Ayah dan keluarga Ayah main kan ini.pergi lah dari sini dan jangan usik lagi kehidupan kami."

" Dan untuk Kamu! Ambil Ayah ku dan bawa dia jauh-jauh kemana pun Kamu mau.rumah ini milik ku dan jangan berharap lagi bisa masuk ke sini setelah hari ini berlalu." kecam Alena begitu bringas membuat Bram murka dan mengayunkan sebelah tangan nya di udara.

" Sudah Ayah! Hentikan semua ini.dan Aku harap Ayah bisa segera pergi dari rumah ini." pinta Priska dengan suara lirih dan pipi yang sudah basah oleh air mata.

Bram yang sudah lepas kontrol terpaksa menggenggam erat telapak tangan nya sambil menunduk menahan emosi.upaya untuk memperbaiki hubungan dengan istri dan kedua anak nya ternyata tidak berhasil dan malah semakin hancur tidak berbentuk lagi.

Mulut Bram tiba-tiba saja terkunci melihat wajah kedua putri nya yang menyorot tajam ke arah nya.

" Jangan harap kalian semua bisa menyakiti Ibu lagi,Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi lagi sampai kapan pun itu.ingat!" seru Alena dengan wajah polos nya.

" Ayah tidak bermaksud seperti itu . sebaiknya kita duduk dulu dan selesai kan semua nya dengan baik." ajak Bram agar semua kembali tenang.

" Kalian duduk saja sekeluarga.maaf Aku harus pamit dan Aku minta sekarang juga ceraikan Aku ,Mas? Berkas perceraian sudah Aku urus dan sebentar lagi persidangan akan segera di mulai."

" Kamu benar-benar wanita yang keras kepala Dona! Lihat saja apa yang bisa Aku lakukan kepada Kamu setelah ini.Aku tetap pada keputusan ku dan tidak akan berubah."emosi Bram bahkan mulai tak terbendung lagi.dia juga tak perduli lagi jika kedua anaknya mendengar kan apa yang dia ucapkan saat ini.

" Jaga bicara mu, Mas! Jangan bikin harga diri mu semakin hancur di depan anak-anak dan pada akhirnya Aku juga yang kalian salahkan.Aku sudah lelah dan berbesar hati mengalah untuk kebahagiaan Kamu dan keluarga mu itu.ceraikan Aku detik ini juga dan terserah Kamu jika ingin melupakan tanggung jawab mu sebagai Ayah atau tidak.Aku tidak memaksa dan itu urusan mu sama yang di atas."

" Mbak Dona! Aku ingin kita bisa menjadi istri yang rukun untuk Mas Bram,Aku juga nggak masalah jika Mas Bram nanti nya harus berbagi hari antara Aku dan Mbak,jangan seperti ini Mbak,kasihan Mas Bram kalau Mbak masih tetap menuntut bercerai." Monik akhir nya memberanikan diri untuk membuka suara nya sekaligus untuk menarik simpati dari kedua mertua nya yang dia ketahui sangat membenci sosok Dona.

" Terimakasih atas simpati mu, tapi maaf! Aku bukan wanita seperti Kamu yang berbesar hati menerima di poligami.semoga saja Kamu tidak mengalami nasib yang sama seperti apa yang Aku alami saat ini."balas Dona merasa sangat muak melihat kelakuan madu nya.

" Sudah ceraikan saja wanita ini jika itu yang dia inginkan Bram! Untuk apa lagi Kamu mengurus dia kalau sifat nya saja seperti preman pasar.cepat talak dia sekarang juga." titah Bu Wati yang tak sabar lagi ingin menendang Dona dari keluarga mereka.

Sesaat ,Bram merasa sangat sakit mendengar kata cerai itu.bukan ini yang dia harapkan tapi dia juga tidak bisa melakukan hal yang lebih bagus dari kata cerai itu sendiri.

" Apa benar Kamu ingin berpisah dari Aku?" tanya Bram lirih.

" Lebih cepat lebih baik sebelum ada hati yang semakin tersakiti lagi.Aku juga sudah tak punya alasan lagi untuk tetap bertahan menjadi istri mu." jawab Dona dengan yakin.

Bram semakin tertunduk dengan rasa takut yang semakin menyergap batin nya.jika boleh jujur saat ini,Bram sangat tidak menginginkan semua ini terjadi dan tetap ingin memiliki punya dua istri sekaligus.

" Cepat ceraikan Dona ,Bram! Apa lagi yang Kamu tunggu." titah Pak Slamet dengan berteriak lantang.

" Primadona Utami binti Jalaluddin.Aku jatuhkan talak kepada Kamu saat ini juga dan Kamu bukan lagi istri ku."

Dona mengucapkan syukur dan merasa lega sudah terlepas dari lelaki yang ada di hadapan nya saat ini.meskipun ada sakit yang menyelimuti hati nya saat ini tapi Dona yakin cepat atau lambat semua nya akan pulih dan dia pasti bisa menjalani hidup nya seperti biasa nya dan hanya bersama kedua putri nya.

" Terimakasih Yah." ucap Alena dengan air mata yang sudah jatuh membasahi kedua pipi nya.begitu juga dengan Priska yang sudah semakin terisak pilu menyadari kehancuran keluarga nya karena kehadiran sosok wanita lain dalam hidup sang ayah.

" Maaf kan Ayah ,sayang." ucap Bram tapi Alena bergeming dengan senyuman miris nya.

" Terimakasih dan jangan lupa segera keluar dari rumah ini." ucap Dona tanpa basa-basi lagi.

Mereka satu persatu melangkah keluar dan menghilang bersama dengan mobil yang melaju meninggalkan rumah tersebut.

Bu Wati yang ingin kembali memarahi Dona,dengan cepat di hadang oleh Bram karena benar rumah ini merupakan rumah Dona dan sudah jelas semua surat-surat nya atas nama Dona berikut dengan mobil yang di pakai oleh Dona saat ini.

Bu Wati yang tidak terima langsung meradang dan mengeluarkan semua sumpah serapah untuk Dona yang jelas-jelas sudah tidak bisa lagi mendengar suara nya.

Jangan lupa Like Vote dan Komen ya guys 🥰🥰😍

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

akhirnya ucap talak terlaksana, nanti jangan nyesal ya bram

2024-03-10

1

Fatma Kodja

Fatma Kodja

tunggu aja karma buat kalian, dan mungkin setelah ini Dona akan menemukan kebahagiaan dengan menemukan lelaki yang jauh lebih baik dari Bram

2023-10-09

0

Azzahra Asyilla

Azzahra Asyilla

kasih sianida aja tuh mertua begitu

2023-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!