Prince Malik menatap wajah Savana yang menanyakan dirinya dengan isyarat wajah cemas. Prince Malik kembali mendengar ucapan ibunya dengan mengeraskan volume suara melalui pengeras suara.
"Malik, Savana. Cepat pulang sayang..! Baby Rania sedang demam tinggi. Sudah dua hari ini dia tidak mau makan dan selalu menangis memanggil kalian berdua.
My dan Dy. Tunda dulu bulan madu kalian. Ummi tidak tega melihat cucu ummi sakit karena rindu pada kalian dan obat tidak mempan lagi untuk mengobatinya," ucap ibu Suri sambil menangis tersedu.
"Ummi. Kami akan segera pulang sekarang! Tapi tolong beri aku kesempatan untuk ngobrol dengan Baby Rania-nya ummi!" pinta Savana.
"Baik sayang. Tunggu sebentar..!"
Ibu Suri mengarahkan ponselnya ke baby Rania yang terlihat sangat lemah.
"Sayang. Ada mommy yang mau bicara dengan Baby Rania. Lihatlah itu ada mommy dan Daddymu!" tunjuk ibu Suri yang ikut berbaring disebelah baby Rania.
"My...hiks ...my.... hiks..!" panggil baby Rania seraya mengangkat kedua tangannya ingin digendong Savana.
"Sayang. Mommy sudah bilang padamu kalau selama mommy tidak ada jangan menyusahkan orang lain apalagi pada jiddah kamu. Kamu mengerti, hmm?!," pinta Savana.
Alih-alih mengerti justru Baby Rania menggelengkan kepalanya sebagai bentuk protes. Tangisannya makin nyaring karena dia tidak ingin ditinggalkan oleh keduanya secara bersamaan. Savana tidak kehilangan akal. Ia malah mengancam Baby Rania, putri sambungnya itu.
"Kalau Baby Rania masih cengeng, mommy tidak akan pulang. Mommy tidak mau punya anak cengeng!" tegas Savana membuat Prince Malik dan ibu Suri terhenyak karena melihat Baby Rania langsung diam.
"Mau ketemu mommy atau mau jadi anak cengeng?!" ucap Savana memberikan dua pilihan pada putri sambungnya itu.
Baby Rania mengangkat dua jarinya yaitu telunjuk dan jari tengah sebagai bentuk janji untuk tidak cengeng yang selalu diajarkan Savana padanya sebagai janji antara wanita.
"Sekarang, baby minum susu lalu bobo! Jangan menolak! Mommy mau lihat baby minum susu dan harus bobo!" titah Savana seperti bicara pada balita yang sudah menginjak usia lima tahun.
Dengan patuhnya Baby Rania menuruti perintah ibu sambungnya. Ibu Suri merasa tergelitik melihat tingkah cucunya yang sudah ditempa mentalnya oleh bodyguardnya yang merangkap jadi ibu sambungnya.
"Savana. Aku tidak salah memilihmu menjadi istri dan ibu untuk putra dan cucuku," puji ibu suri membatin.
Prince Malik mengecup pipi istrinya sebagai ucapan terimakasih. Savana benar-benar menunggu putrinya itu hingga tertidur. Ibu Suri melambaikan tangannya lalu mematikan layar ponselnya.
"Terimakasih baby! Kamu sudah berhasil menjadi ibu yang hebat untuk putriku. Maafkan aku pernah memberi kesan yang buruk padamu di awal kita bertemu."
"Makanya jangan suka menyepelekan orang yang diam saja saat kamu menghinanya karena kamu tidak tahu apa yang akan dia adukan kepada Tuhan-nya Allah tentang penghinaan mu. Bisa jadi Allah akan mendekatkan kamu pada orang yang kamu hina itu dengan sentuhan cintanya," balas Savana bijak.
"Iya sayang. Aku sudah menerima hukumanku atas lisanku. Maafkan aku karena terlalu angkuh padamu dengan menyepelekan kamu," sesal Prince Malik.
"Yang mau mendengar belum tentu memahami. Itulah mengapa beberapa hal lebih baik disimpan sendiri. Karena manusia tidak akan paham apa artinya menghargai sebelum ia merasakan rasanya sakit akan kehilangan," papar Savana.
"Apakah kamu berniat akan meninggalkan aku, hmm? Apakah kamu tidak mencintai aku? Kamu belum pernah mengatakan kata cinta itu padaku dari bibirmu," tanya Prince Malik.
"Sayang. Tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban. Cukup dimengerti apa yang pernah aku berikan padamu dalam tindakan nyata karena cinta sebenarnya ada dalam tindakan bukan sebuah barisan kata yang bisa diumbar namun nihil pertanggungjawabannya," balas Savana.
"Tapi aku ingin kamu mengatakan sekali saja kalimat ajaib itu!" pinta Prince Malik.
"Akan ada waktunya aku mengungkapkan itu. Ketahuilah bahwa kehadiranmu bagaikan pelita dalam hidupku. Tidak perlu terlalu terang cukup selalu ada dan tak akan pernah padam.
Sekarang kita harus bersiap-siap untuk kembali ke Amman malam ini juga!" pinta Savana menahan emosionalnya karena rasanya saat ini ia ingin menangis tapi ditekannya begitu kuat agar tak terlihat lemah dihadapan suaminya.
Prince Malik memeluk Savana begitu eratnya. Sementara Savana merasa pelukan itu akan mengendur dan terlepas lalu menjauh dan menghilang hingga menyisakan kenangan yang akan membuatnya merindu suatu hari nanti.
"Aku ingin selalu membuat orang lain bahagia. Tapi tahukah kalian kalau batinku sendiri selalu berteriak ingin meminta tolong," batin Savana membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya.
"Apakah kamu sudah merasa baikan, sayang?" tanya Prince Malik.
"Aku bukan wanita lemah. Aku sangat kuat. Aku harus menemui klienku sebelum aku dipecat menjadi bodyguard dan ibu sambungnya. Ayolah...! Aku sangat merindukan putriku," ucap Savana apa adanya.
"Ok. Helikopter akan menjemput kita di hotel ini...! Sekarang aku akan memandikanmu dulu..! ucap Prince Malik lalu menggendong istrinya membawa ke kamar mandi.
Tapi sebelumnya itu Savana sudah lebih dulu mencabut jarum infus yang menancap dipunggung tangannya terlebih dahulu membuat Prince Malik merasa ngilu.
*
*
Tiba di bandara internasional kota Amman, Prince Malik dan Savana tetap menggunakan helikopter untuk cepat tiba di istana kerajaan karena Prince Malik juga tidak sabar ingin bertemu dengan putrinya.
Raja Hussein dan beberapa menteri yang telah berkonspirasi untuk melenyapkan Savana begitu kaget dengan kedatangan pasangan suami-isteri itu.
Langkah keduanya yang terlihat tergesa-gesa menuju kamar ibu suri untuk menemui Baby Rania yang saat ini masih dalam keadaan sakit.
"Bagaimana wanita itu masih hidup?!" bentak raja Hussein murka.
"Maaf yang mulia kami sudah berupaya melenyapkan wanita itu agar terlihat seperti kecelakaan. Orang suruhan kita yang memastikan sendiri kalau mayatnya terbakar dalam mobil itu," ucap sekertaris istana itu gugup.
"Baiklah. Segerakan pernikahan putraku dan putri Tania tanpa harus menunggu pernikahan kontrak mereka berakhir!" titah raja Hussein sengit.
"Ba..baik yang mulia."
Prince Malik sudah membawa Baby Rania yang masih tertidur pulas ke dalam kamar mereka. Savana segera menanggalkan semua bajunya hingga menyisakan bikininya saja. Ia naik ke tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Baby Rania menggeliat ketika mencium aroma tubuh Savana yang sudah ia kenali.
"Tubuhnya masih demam," keluh Prince Malik.
"Demamnya akan turun sesaat lagi," ucap Savana lalu menggendong Baby Rania dan mendekapnya hingga Savana bisa merasakan panas tubuh Baby Rania berpindah padanya.
"Mengapa kamu menggendongnya dengan mengenakan bikini seperti itu? Kau sengaja menyiksaku ya?" protes Prince Malik.
"Giliranmu nanti hubby. Sekarang aku ingin menurunkan demamnya putri kita lebih dulu," ucap Savana yang baru dimengerti oleh Prince Malik.
Prince Malik menepuk jidatnya sendiri karena ia baru paham dengan tindakan istrinya pada putrinya.
"Masya Allah. Aku baru ingat salah satu terapi menurunkan demam bayi dengan cara sentuhan kulit antara ibu atau ayah sang bayi," ucap Prince Malik.
"My...!" panggil Baby Rania seraya mengurai pelukannya untuk melihat wajah Savana.
"Iya sayang. Mommy sedang menggendongmu sekarang. Lihatlah..! Ada Daddy juga di sampingmu," ucap Savana mengarahkan Baby Rania melihat Prince Malik.
Savana tersenyum sambil mencium kening Baby Rania lembut. Baby Rania kembali tertidur karena matanya masih cukup berat. Setelah membaringkan tubuh Baby Rania ke kasur kini giliran Prince Malik mendekati Savana dan melepaskan penutup dada itu dari tubuh mulus itu.
"Ayo kita mulai sayang...! Aku sudah tidak tahan lagi," bisik Prince Malik terdengar sangat sensual.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ummilia1180
sepertinya salah umur
2024-08-03
1
Mr.VANO
tu kan pangeran sdh ke belet kawin
2024-05-02
0
NiedaSofian
Bodo amat.. kenapa ngak dr dulu jodohkan putranya dgn putri tania? Kenapa baru sekarang mau di jodohkan? Arghh!!! Bodo amat raja Hussein.
2024-04-08
1