Savana hampir tak percaya bahwa dirinya akan menjadi bodyguard untuk bayi enam bulan. Harusnya dirinya lebih pantas menjadi Baby sitter bukan bodyguard. Lagipula ia tidak punya pengalaman mengurus bayi.
"Aku percayakan cucuku padamu. Kamu bisa belajar mengurusnya sesuai nalurimu sebagai wanita. Di rumah ini kami tidak butuh baby sitter.
Kami butuh pengawal sepertimu karena cucuku saat ini menjadi rebutan dari keluarga ibunya yang menginginkan juga dirinya sebagai pewaris kerajaan ibunya di negara Maroko karena dia lahir sebagai wanita.
Putraku tidak ingin terpisah dari putrinya karena putrinya adalah kenangan terakhir almarhumah istrinya," tutur ibu suri panjang lebar.
Savana tampak manggut-manggut setelah mengetahui alasannya. Ia tidak peduli dengan alasan kedua kerajaan itu tentang bayi cantik dan montok berada di hadapannya ini. Yang ia butuhkan bagaimana caranya bisa mendapatkan perhatian bayi ini kalau tidak ingin tersingkirkan hari ini juga.
"Sekarang kamu bisa membuka cadarmu! Biar wajah kamu mudah dikenali oleh cucuku!" titah ibu suri.
"Maaf nyonya. Siapa nama baby cantik ini, nyonya?" tanya Savana seraya melepaskan cadarnya membuat ibu suri terpukau.
"Masya Allah. Ternyata gadis ini sangat cantik...!" puji ibu suri membatin sambil menatap wajah Savana yang asyik menatap kliennya sedang terlelap dalam mimpi indahnya.
"Apakah kamu sudah menikah? Maaf, maksudku kamu masih seorang gadis tulen?" tanya ibu suri yang tidak menyangka wajah Savana bak seorang putri raja.
"Belum nyonya. Dan aku masih gadis," jawab Savana.
"Maksudku kamu masih pera...-"
Ucapan ibu suri belum selesai saat mendengar cucunya menangis. Mungkin karena obrolan kedua wanita cantik ini yang membuat tidurnya terganggu.
"Sekarang tugasmu menggendongnya. Selama ini dia tidak mau digendong oleh siapapun kecuali aku dan ayahnya," ucap ibu Suri.
"Ba...baik," gugup Savana.
Savana tidak langsung menggendong bayi itu. Ia menggodanya sebentar untuk melakukan kontak mata dengan bayi cantik itu.
Sementara itu ibu suri mundur dan menjauhi keduanya agar Savana bisa melakukan tugasnya dengan baik. Ia akan mengawasi keduanya dari jauh.
Tangis bayi itu yang tadi meraung keras kini berganti diam kala Savana menggodanya. Ia menatap wajah cantik Savana seakan menemukan lagi ibunya yang tidak sempat ia lihat karena meninggal saat melahirkan dirinya.
"Hai sayang...! Apakah kamu haus? Siapa namamu? Kita harus berkenalan terlebih dahulu sebelum kita bermain bersama. Mau aku gendong?" tanya Savana seraya mengangkat kedua tangannya memberi isyarat menggendong.
Bayi cantik itupun memberi respon dan mengangkat kedua tangannya sambil menendang-nendang kakinya karena tidak sabaran untuk digendong Savana.
Senyumnya mengembang di bibirnya dengan memperlihatkan gusinya yang pink segar yang menggemaskan. Bahkan terdapat lesung di pipi bayi cantik itu.
Savana membawa gadis itu dalam pelukannya dan menciumnya penuh sayang. Keduanya langsung merasakan chemistry diantara mereka. Ikatan emosional yang sangat kuat. Dan lebih mengejutkan Savana dan ibu suri terpana saat bayi cantik itu mengecup pipi Savana cukup dalam seakan Savana adalah ibunya.
Melihat pemandangan langka itu, hati ibu suri langsung meleleh. Ia bisa bernafas lega karena cucunya Rania langsung jatuh cinta pada Savana. Gadis cantik blasteran Asia Amerika itu. Ibu suri mendekati keduanya.
"Savana...! Sepertinya cucuku sangat menyukaimu. Bermainlah dengannya di dalam sini. Kamu bisa bermain di depan balkon kamar ini karena ada taman dan kolam pribadi di sini. Ini kamar putraku. Dan jika kamu hendak keluar kamar kamu harus mengenakan lagi cadarmu, ok!" tegas ibu suri.
"Baik nyonya."
"Satu lagi, kamu harus memanggil aku ibu Suri sama seperti yang lain. Sebentar lagi aku akan kembali ke sini untuk membuat surat perjanjian kontrak kerjamu. Aku akan meninggalkan kalian berdua. Sepertinya cucuku sangat menyukaimu dan mulai melupakan aku," ucap ibu suri sambil terkekeh.
Savana ikut tersenyum dan diikuti baby Rania. Ibu Suri meninggalkan keduanya tanpa memberitahukan nama cucunya pada Savana. Pintu kamar itu ditutup dengan rapat.
"Siapa namamu cantik?" tanya Savana seperti orang gila karena bayi itu belum bisa ngomong.
"Bagaimana kalau aku memanggilmu dengan nama Lady? Kamu boleh memanggilku Sava. Itu adalah nama kesayanganku," ucap Savana sambil membawa baby Rania tiduran di atas kasur empuk milik pangeran Malik.
Savana membaringkan baby Rania di atas kasur dan mengajaknya ngobrol. Tidak lama terdengar ketukan pintu membuat Savana memasang lagi cadarnya.
Pelayan itu sangat kaget melihat Savana berani menempatkan tubuhnya di atas pembaringan pangeran Malik. Namun ia merasa Savana sudah diberikan ijin oleh ibu suri.
"Permisi nona. Ini ada makanan dan minuman ringan untuk anda dan susu untuk baby Rania," ucap pelayan itu segera meletakkan baki di atas meja makan yang ada di kamar itu.
"Terimakasih." Acuh Savana kembali ngobrol dengan Rania. Pelayan itu meninggalkan kamar itu dan menutup pintu dengan rapat.
"Namamu Rania? Tapi aku sangat suka memanggil kamu dengan nama Lady. Aku panggil kamu Lady saja, ok! Nah sekarang kamu harus minum susu dulu. Jangan bergerak..! Aku mau mengambil botol susumu," ucap Savana sambil berjalan menuju meja makan untuk mengambil botol susu untuk kliennya.
Semenit kemudian, Savana sudah menyuapi susu untuk baby Rania yang menyedotnya dengan kuat.
"Haus ya sayang? Habiskan susunya dan jangan sampai tersisa..!" titah Savana. Seakan mengerti perkataan bodyguardnya, baby Rania menganggukkan kepalanya. Savana begitu senang mereka bisa langsung akrab.
"Alhamdulillah. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan ini. Ngomong-ngomong, di mana ayahmu? Apakah dia seorang pria yang galak?" tanya Savana penasaran dengan ayah kandung kliennya.
Di ruang kerjanya ibu Suri, wanita cantik ini menghubungi putranya untuk meminta putranya menikahi Savana.
"Ummi sudah mendapatkan bodyguard untuk putrimu. Mengingat dia selalu berada di dalam kamarmu, ummi meminta agar kamu menikahinya. Ini hanya pernikahan kontrak untuk mencegah fitnah.
Ummi tidak memaksamu untuk melakukan kewajibanmu sebagai suaminya. Apakah kamu menerima tawaran ummi?" tanya ibu Suri pada princes Malik yang saat ini sedang berada di luar kota.
"Lakukan apa yang menurut ummi baik untukku dan gadis itu...! Lagi pula ini hanya pernikahan kontrak. Aku tidak masalah. Dia tidak lebih dari seorang budak, bukan?" sinis prince Malik.
"Baiklah. Ummi hanya meminta persetujuan mu. Sebaiknya kamu cepat pulang untuk melakukan proses pernikahan ini. Kabar baiknya, putrimu langsung jatuh cinta padanya. Mereka ada di kamarmu saat ini," ucap ibu suri.
"Hmmm!" datar prince Malik.
Keduanya mengakhiri pembicaraan seraya mematikan ponsel mereka. Ibu Suri membawa berkas ke kamar putranya untuk melakukan kontrak kerjasama dengan Savana.
Pintu dibuka oleh ibu Suri. Wanita paruh baya ini begitu kaget melihat Savana berbaring di pembaringan putranya bersama baby Rania yang tidur di atas dada Savana.
Tapi melihat cucunya begitu nyaman dengan bodyguard cantik itu membuat ibu suri tidak keberatan Savana melakukan apapun di dalam kamar itu.
Savana beringsut bangkit seraya menggendong baby Rania.
"Maaf ibu Suri...!" Savana berjalan menuju sofa di mana ibu suri duduk .
"Duduklah...!"
"Baik...!"
"Bacalah kontrak perjanjian kerja itu!" titah ibu suri yang bernama lengkap Almeira Zaidha. Savana menyimak tiap poin perjanjian kontrak kerja itu. Matanya melebar saat membaca beberapa poin yang harus ia terima.
"Apa...? Aku harus menikahi ayah dari baby...-"
"Hanya pernikahan kontrak. Kamu tidak berkewajiban menjalani tugasmu sebagai istrinya putraku begitu juga dengannya. Ikatan ini hanya bersifat sementara untuk menghindari fitnah. Dengan cara ini dia bisa bebas melihat bagian tubuhmu yang terbuka tanpa merasa berdosa," sambar Ibu suri begitu entengnya.
Glekkk...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alivaaaa
keren Thor 👍
2024-06-14
0
Rita
lgsg terpesona ini br ibunya
2024-05-29
1
Mr.VANO
pernikahan kontra merugikan wanita.
Tp nama ibu suri semauny la
2024-05-02
1