Wajah datar prince Malik berubah makin mengeras mendengar permintaan mahar dari Savana yang dianggapnya terlalu berlebihan.
"Cih...! Kau mau merampok aku atau apa?" decih prince namun Savana sedikitpun tidak gentar dengan kalimat remeh terkesan menghina dirinya.
"Setahun bersamamu untuk menjaga putrimu tidak akan mengurangi hartamu dari pernikahan konyol ini. Aku tidak memintamu untuk memindahkan kerajaanmu di kediamanku seperti yang dilakukan oleh nabi Sulaiman pada putri Balqis.
Jika kamu takut miskin, lupakan saja pernikahan ini..! Aku meminta mahar sehebat itu agar aku tidak begitu merana saat dicampakkan olehmu seperti sampah," sarkas Savana.
"Maksudmu apa dengan mencampakkan kamu seperti sampah?" tanya prince Malik.
"Pernikahan itu hanya berada dibawah ikatan sumpah secara agama bukan negara. Ditambah pernikahan itu memiliki banyak aturan tertulis untuk tidak mewajibkan suami istri untuk melakukan tugasnya. Aku tidak menjamin jika kau tidak tertarik padaku," ucap Savana balik meremehkan prince Malik.
"Itu juga permintaanku pada ummi. Kita hanya menikah untuk terhindar dari fitnah. Aku janji tidak akan menyentuhmu!" ucap Prince Malik segera beranjak berdiri untuk meninggalkan kamarnya.
"Apakah kamu kuat menahan hasratmu untuk tidak menyentuhku? Bagaimana kalau itu terjadi? Hukuman apa yang harus aku timpakan kepadamu?" Serang Savana saat prince Malik hendak melenggang pergi dari hadapannya.
"Akan aku buktikan kepadamu bahwa aku tidak akan menyentuhmu dan mintalah mahar yang cukup masuk akal sesuai dengan nilaimu," sarkas prince Malik membuat batin Savana hancur berkeping-keping.
"Aku tidak menjamin kau melewati ujian terbesar dalam hidupmu dengan tidak tergiur pada tubuh wanita kecuali kau tidak normal," balas Savana tidak kalah menohok.
"Kalau begitu jangan pernah memamerkan asetmu itu padaku. Lagi pula kau harus tahu diri darimana habitatmu berasal? Kau hanya wanita Amerika yang sering bercocok tanam dengan pria pencinta lendir dan pantang bagiku menyukai barang bekas," kata terakhir prince Malik meruntuhkan rasa kagum Savana pada ayah kliennya berganti dengan kebencian.
Cairan bening itu berhasil terbit memenuhi rongga dadanya lalu naik menyeruak di mata indahnya. Savana tidak menyangka seorang prince Yordania itu mampu merendahkan harga dirinya sehina itu.
"Aku kira wajahmu yang tampan bagai dewa Yunani itu akan menuturkan kata yang lembut pada wanita. Ternyata kau lebih buruk dari seorang preman pasar..
Savana, kau terlalu percaya diri hingga lupa kau sedang berhadapan dengan siapa. Dia terlalu tinggi untuk kau gapai.
Ingatlah dia seorang prince yang punya segalanya. Tubuhmu tidak ada harganya jika mereka terlalu menjunjung tinggi sebuah kasta di mana wanita baik-baik tidak akan menginjakkan kakinya di tempat maksiat," gumam Savana menguatkan dirinya sendiri sambil mengumpulkan oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi rongga dadanya yang terhimpit oleh perkataan pedas prince Malik padanya.
Ibu Suri menghadang putranya setelah keluar dari kamar pribadinya.
"Apa yang dipinta Savana darimu, sayang?" tanya ibu Suri.
"Jiwa ragaku. Itulah yang diminta wanita sinting itu padaku," sahut prince Malik yang masih emosi.
"Berarti dia wanita yang jenius yang bisa menempatkan dirinya dengan harga yang fantastis," imbuh ibu Suri.
"Apakah ummi menyetujui permintaan maharnya itu?" tanya prince Malik.
"Tentu saja. Harta bukan masalah bagi kita," balas ibu suri.
"Termasuk aku harus menyentuh tubuhnya?"
"Kenapa tidak jika kamu memang membutuhkannya? Bukankah pernikahan ini dilakukan untuk menjaga hal yang sangat krusial terjadi diantara kalian? dengan begitu kalian terhindar dari perbuatan zinah," timpal ibu suri.
"Aku tidak akan menyentuhnya. Ummi tahu dia berasal darimana?" tegas prince Malik.
"Ingatlah putraku...! Asal muasal permata yang indah datang dari tanah berlumpur. Jika sudah diangkat dan di bersihkan nilainya lebih mulia daripada kerajaan ini," kecam ibu Suri.
"Kita lihat saja nanti ummi!" kekeh prince Malik.
"Apakah kamu yakin, putraku?" ledek ibu suri.
"Tentu saja."
"Ummi tidak menjamin ucapanmu itu karena tubuhmu lebih membutuhkan dirinya daripada kekuatan nalarmu yang tidak seberapa," sinis ibu suri meninggalkan putranya yang angkuh diri.
"Semoga saja aku tidak masuk dalam tuduhan ummi," lirih Prince Malik menuju ke kamarnya.
...----------------...
Persiapan pernikahan yang dikira Savana hanya sebuah bentuk formalitas ternyata cukup meriah karena istana dihias berbagai bunga dan lampion juga pernak pernik nuansa arab begitu indahnya.
Gaun pengantin mewah yang didatangkan langsung dari Perancis dengan desainer ternama yang dipesan oleh ibu suri dikerjakan dalam dua hari oleh perancang ternama itu tentu saja dengan bayaran di luar nalar.
Savana menatap gaun itu seakan tidak percaya ditambah lagi segala perhiasan mewah yang terhampar di atas tempat tidurnya menyilaukan hati seorang Savana yang identik dengan jiwa materialisnya.
"Kalau dijual semuanya mungkin aku bisa membeli ginjal untuk adikku dan tidak perlu harus melakukan cuci darah setiap minggu," desisnya tersenyum puas.
Cek ..lek...
Ibu suri masuk dengan seorang MUA. Tubuh Savana yang hanya terbalut jubah mandi warna biru dan rambut yang digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus di tambah kaki jenjang tanpa cacat yang terlihat terawat dengan baik oleh gadis itu dari gajinya sebagai bodyguard.
Apa lagi dua hari ini dia sudah mendapatkan pedicure dan manicure dari perawat kecantikan istana yang selalu melakukan perawatan pada ibu Suri.
Ibu suri tampak tercengang melihat kecantikan calon menantunya ini walaupun masih belum tersentuh
makeup. Kalau tidak memikirkan politik istana, ingin rasanya pernikahan Savana dan putranya dibuat seumur hidup karena kecantikan wanita ini bak Dewi Yunani. Sangat sempurna menurutnya.
"Savana. Zulaikha akan merias wajahmu. Bersiaplah sayang! Dua jam lagi pernikahan akan dimulai," ucap ibu suri membuat Savana merasakan hawa kesejukan yang menyusup masuk ke dalam sanubarinya.
"Ya Allah. Apakah aku tidak salah dengar kalau barusan ibu suri memanggilku dengan sebutan kata sayang?" tanya Savana membatin.
"Ummi akan membawa baby Rania keluar sayang. Biar kamu fokus di dandani oleh MUA," ucap ibu Suri seraya menggendong baby Rania yang langsung menangis kala dirinya dijauhkan dengan Savana.
"Tidak usah ibu suri...! Biarkan dia ada di depanku..! Aku ingin bersamanya..!" pinta Savana mengambil lagi baby Rania dari gendongan ibu Suri.
"Kamu duduk di hadapan mommy ya sayang...!" Savana mendudukkan calon putri sambungnya di kursi khusus bayi.
Wajah lucu nan menggemaskan baby Rania menatap wajah cantik ibu sambungnya sambil mengenyot susu botolnya dan bersandar santai sebagai putri kerajaan.
MUA melakukan tugasnya dengan baik. Baby Rania tampak anteng memperhatikan wajah ibu sambungnya dirias. Sesekali dia mencabut botol susunya lalu bergumam dengan celoteh tidak jelas namun ia juga memberikan senyuman menggemaskan pada ibu sambungnya sebagai bentuk kagumnya pada kecantikan Savana
"Apakah mommy sudah cantik, sayang?" tanya Savana pada putrinya itu yang mengangguk setuju.
MUA dan timnya begitu kagum dengan hubungan keduanya yang terlihat sangat cocok sebagai ibu dan anak. Mereka tidak ingin berkomentar apapun pada keluarga Kerajaan walaupun itu adalah kebaikan.
"Tuan putri...! Sekarang tinggal mengenakan gaun pengantinnya. Kami akan membantu tuan putri memakainya," ucap tim MUA itu.
"Tidak. Aku bisa melakukannya sendiri. Aku tidak mau tubuhku dilihat oleh kalian kecuali suamiku," ucap Savana mengusir mereka keluar dari kamarnya. Dan sekarang tinggallah Savana dan putri sambungnya berdua di dalam kamar itu.
Gaun pengantin itu cukup simpel jadi Savana bisa melakukannya sendiri. Sekarang ia hanya butuh riasan hijabnya dan mahkota bertahta berlian itu yang akan menghiasi kepalanya. Dalam sekejap Savana benar-benar menjelma sebagai Dewi kecantikan bumi Yordania.
Cadar yang dipasang di wajahnya agar sedikit transparan mungkin sengaja untuk membuat para wanita penasaran dengan kecantikan Savana.
"Tolong foto aku sendiri tanpa cadar dulu. Setelah itu aku ingin foto dengan putriku..!" pinta Savana pada salah satu tim MUA.
Baru saja Savana melakukan pemotretan dengan putrinya yang juga sangat cantik dengan hiasan tiara dari kuntum bunga Krisan di kepalanya, ibu Suri masuk untuk menjemput kedua gadis beda generasi itu.
"Masya Allah..! Sungguh cantiknya menantuku lebih dari almarhumah menantu pertamaku!" puji ibu Suri terang-terangan pada Savana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Hilmiya Kasinji
ibu suri baik ya, gak menilai seseorang dr covernya
2024-06-24
1
Mr.VANO
merinding,di saat ibu suri menaseati inces makik,,malik sok jual mahal krn blm liat wajah savana,klu sdh liat wajah savana pasti tdk bisa berucap,,saking kagumny
2024-05-02
1
Eni Etiningsih
menghayal yg aku SUKAAA....!😃😃
2024-04-12
1