Wajah cantik Savana pagi itu terlihat sangat bersemangat. Ia sudah rapi lebih dulu sebelum putri sambungnya yang masih belum bangun.
Karena ruang geraknya hanya disekitar kamar tidur dan balkon, Savana mengenakan celana jins dan kaos oblong warna pink. Ia tidak mengenakan perhiasan apapun kecuali cincin pernikahannya. Walaupun begitu kecantikannya tetap tidak berkurang sedikitpun.
Pagi itu, Savana tidak menemukan prince Malik sejak ia bangun tidur. Entah jam Berapa pria itu bangun dan menghilang begitu saja namun Savana tidak peduli.
Biasanya pelayan akan datang membersihkan kamarnya setelah baby Rania bangun. Untuk sementara Savana sedang memanjakan dirinya sendiri dengan membaca buku karena ia juga belum menerima sarapan pagi.
Cek...lek..
Pintu dibuka oleh prince Malik. Savana tidak begitu peduli dengan kehadiran suami kontraknya itu. Ia asyik membaca bukunya di sofa tunggal sambil mengawasi baby Rania.
Manik hitam pekat Prince Malik memindai penampilan lain lagi dari Savana. Dada sekang Savana lebih terlihat jelas saat mengenakan kaos pink berlengan pendek mengikuti lekuk tubuhnya itu.
"Assalamualaikum..! sapa Prince Malik yang masih lengkap dengan baju gamis Arab dan penutup kepalanya. Rupanya pria tampan ini baru pulang sholat subuh berjamaah di mesjid istana.
"Waalaikumuslam..!" jawab Savana seadanya tanpa melihat wajah suaminya karena sumpah demi apapun, jantung Savana akan kembali berdenyut keras jika mereka kembali bersitatap.
"Cantik. Sempurna," puji Prince Malik lalu menghampiri Savana.
"Apakah kamu mau makan sesuatu?" tanya Prince Malik seraya merebut buku dari tangan Savana.
"Aku belum lapar," bohong Savana.
"Mengapa berpakaian seperti itu? Bagaimana kalau pelayan melihatmu seperti itu? Apakah kamu sengaja ingin menggodaku?" pancing Prince Malik.
"Mereka masuk mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku langsung mengenakan baju abaya dan hijab. Dalam waktu setengah menit aku sudah rapi sambil memasang cadar berjalan membuka pintu untuk pelayan," jelas Savana.
"Bagus. Berarti tubuhmu cukup aku yang melihatnya saja," bangga Prince Malik.
"Dia sedang memujiku atau sedang menjadi suami posesif," batin Savana berusaha bangkit mendekati tempat tidur.
"Duduk di pangkuanku...!" titah Prince Malik membuat Savana ingin pingsan.
"Apakah kamu tidak mendengar perintahku?" ucap Prince Malik lagi.
"Untuk apa? Bukankah kamu tidak ingin mendekati barang bekas?" sindir Savana.
"Apakah itu berarti tuduhan ku padamu adalah benar?" tanya Prince Malik.
Savana mengigit bibir bawahnya. Jujur salah tidak jujur apa lagi.
"Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan? Kemarin dia menjatuhkan harga diriku begitu hinanya dan sekarang dia menginginkan aku. Baby Rania. Bangunlah sayang...! Selamatkan mommy dari ayahmu yang kurangajar ini. Jika ayahmu tidak menghinaku, mungkin aku akan senang hati melayaninya," batin Savana mempertimbangkan permintaan Prince Malik padanya.
"Apakah kamu ingin kita melakukannya ditempat tidur?" tanya Prince Malik beralih mendekati Savana.
"Di surat perjanjian kontrak tidak ada kewajiban suami istri yang harus dijalankan oleh kita berdua," tolak Savana.
"Tapi pernikahan ini dilakukan untuk menghindari perzinahan agar tidak dosa dan reputasi kelurga kerajaan tetap aman," dalih Prince Malik pintar memutar balikkan fakta.
Bibir Prince Malik makin mendekat. Savana memejamkan matanya dan menunggu sentuhan bibir prince Yordania itu. Nafasnya makin memburu. Prince Malik menatapnya lebih dalam dan ia sengaja memperlambat waktu.
"Apakah sudah ada yang menyentuh bibir sensual ini?" tanya Prince Malik masih meragukan Savana.
"Menjauh lah dariku..! Bibirku dan tubuhku sudah dijamah oleh berbagai pria. Aku bukan wanita yang kamu impikan. Aku sangat kotor," ucap Savana yang tidak lagi respek pada Prince Malik.
Ia mendorong tubuh pangeran itu sambil menendang perut ayah dari Rania hingga terjatuh ke lantai. Emosinya makin memuncak. Hatinya sangat sakit mendengar keraguan suaminya sendiri pada dirinya.
"Sialan ...! Mau cium saja merepotkan sekali. Kalau tidak mau kenapa tergiur," maki Savana dengan menggunakan bahasa Inggris.
Sebenarnya Prince Malik masih menjaga gengsinya pada Savana. Melihat gelagat Savana yang kaku membuat ia meragukan pikiran buruk pada gadis itu. Namun membayangkan tubuh indah Savana pernah disentuh oleh pria lain membuat darahnya mendidih.
Baby Rania menggeliat lalu mengerjapkan mata jenakanya pertanda tidurnya sangat puas malam tadi. Ia tersenyum pada Savana lalu mengangkat kedua tangannya untuk digendong Savana.
Ibu cantik ini menyambut putrinya itu dengan suka cita. Prince Malik ikut duduk disisi tempat tidur. Entah mengapa ia menjadi betah menemani kedua wanitanya.
Savana menghubungi pelayan bagian dapur untuk mengantarkan makanan bayi dan susu baby Rania melalui interkom yang ada di kamarnya.
Itu berarti makanan sarapan untuknya juga. Savana tidak mempedulikan apakah Prince Malik mau sarapan dengannya atau tidak. Savana menanggalkan baju tidur Baby Rania dan mulai memandikan si kecil ke dalam bathtub.
Prince Malik sibuk memainkan ponselnya namun sesekali ia melirik kedua wanitanya yang asyik bermain busa. Savana tidak menutup pintu kamar mandi jadi, ia leluasa menikmati pemandangan hangat di depannya.
Tok....tok ..
Prince Malik bangkit dan langsung menutup pintu kamar mandi karena Savana tidak mengenakan hijab. Ia lalu membuka pintu kamarnya untuk mempersilahkan pelayan masuk.
Kereta makanan berhenti di meja makan. Pelayan menghidangkan sarapan untuk Savana dan Prince Malik karena disuruh ibu suri untuk sarapan bersama di kamar.
"Maaf prince..! saya bawakan sarapan sekalian untuk prince juga. Ibu suri yang memintanya," ucap pelayan itu sambil melirik ke arah kasur.
"Hmm!" dehem Prince Malik seadanya.
"Permisi prince!"
Pelayan menutup lagi pintu kamar dan Savana sudah membalut tubuh baby Rania dengan handuk. Prince Malik menatap ke arah Savana di mana kaosnya bagian atas gadis itu ikut basah hingga mencetak kedua bukit kembar itu terpampang jelas di hadapannya.
Savana mengusap tubuh baby Rania dengan handuk. Baby cantik itu sudah duduk di atas tempat tidur sambil memainkan bonekanya.
"Kondisikan matamu...!" tegur Savana pada Prince Malik yang tidak berkedip menatap wajah dan bukit kembar Savana bergantian.
"Apa yang ada ditubuhmu adalah milikku. Mataku halal menatapnya karena kau adalah istriku," balas Prince Malik yang sudah copy paste ucapan Savana yang sama semalam padanya.
"Sial...! Ternyata si onta gurun ini menjadi peniru yang handal," umpat Savana sambil mengenakan pakaian putrinya.
"Jangan ganti bajumu..! Aku ingin melihatmu seperti itu!" titah Prince Malik.
"Aku bisa masuk angin bodoh!" omel Savana yang tidak peduli lagi status Malik sebagai pangeran sekaligus suaminya.
"Hanya sebentar saja. Setelah sarapan kamu baru boleh menggantikan bajumu. Aku ingin sarapan sambil menatap dadamu," pinta Prince Malik.
"Dasar gila...!" gerutu Savana.
Prince Malik duduk lebih dulu di kursinya sambil menggendong baby Rania yang sudah mulai jinak lagi dengan ayahnya.
Savana menyuapi baby Rania yang bersandar di pangkuan ayahnya. Prince Malik mengambil sarapannya lalu menyuapi Savana yang sontak kaget.
"Makanlah dari tanganku..!" pinta Prince Malik lembut.
"Nanti saja..! Aku ingin pastikan baby Ra..-"
Satu suapan berhasil masuk ke dalam mulut Savana yang mau tidak mau menerima suapan dari pria pemaksa ini. Setelah menyuapi Savana, Prince Malik menyuapi dirinya sendiri. Prince menyuapi secara bergantian untuk Savana dan dirinya membuat baby Rania terkekeh menyaksikan adegan romantis itu.
"Mengapa dia sangat pintar mempermainkan perasaanku. Dasar onta gurun...!" maki Savana yang menyematkan panggilan baru untuk suaminya.
Usai sarapan, Savana mengambil Baby Rania dari pangkuan Prince Malik. Ia membaringkan tubuh putrinya di sandaran bantal dan memberikan botol susu untuk Baby Rania agar bayi cantik itu memegang sendiri. Savana menyalakan televisi di mana ada film kartun kesukaan Baby Rania agar bayi itu bisa anteng saat ia tinggalkan.
"Jangan banyak bergerak ...! Mommy mau ganti baju dulu..!" pinta Savana pada Baby Rania yang mengangguk paham. Savana masuk ke dalam kamar ganti.
Ia membuka kaos dan Beranya yang basah dan mencari kaos yang baru.Dua bukit kembar itu menggelantung indah. Prince Malik membuka pintu kamar ganti itu karena tidak bisa lagi menahan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Alivaaaa
dasar onta arab 😂
2024-06-14
1
Mr.VANO
haha,buaya sok
2024-05-02
1
Firman Firman
ha ha dasar buaya buntung munafik bicara trlalu tinggi tpi kenyataannya kmu mnjulat air ludah mu sendiri babng pangeran Malik🤦😂😂🤗
2024-04-03
5