Karina Katrina 19

Sembari menunggu Karina dan Mark yang masih dalam dalam perjalanan, Katrina memutuskan tidur sebentar ditemani Jeno di sampingnya. Semenjak usia kehamilannya semakin tua, Katrina lebih sering merasa mengantuk. Bahkan ia bisa tertidur kapan saja dan di mana saja.

“Dia berani berulah kalau jauh dariku, ya?”

“Bahkan dia melukai beberapa orang kemarin.”

“Pasung saja kalau begitu.”

“Bisa juga. Tapi dia akan semakin menggila jika dilakukan dalam jangka yang panjang. Kita kan harus menjaga kewarasannya sampai putra pertama kalian lahir.”

“Katakan saja kepada dokter untuk memberikan obat tidur saja jika dia berulah. Kita akan bertindak cepat.” Final Jeno.

“Sebenarnya mudah saja jika kita tidak ingin menyiksa dia selama sisa hidupnya. Tinggal bunuh saja, maka masalah selesai.” Katrina berkata masih dengan mata tertutup.

“Kenapa sudah bangun?” Ia melirik Katrina, lalu mematikan panggilan telepon.

“Semua yang berhubungan dengan masalah, dan aku mendengarnya, maka aku akan terbangun.” Gumam Katrina.

“Mereka sudah ada di lobi.”

“Aku bersih-bersih dulu kalau begitu.” Katrina beranjak lepas dari dekapan Jeno.

“Katrina mana?” Tanya Karina kepada Jeno.

“Di kamar mandi.” Jawab Jeno. “Apa hari ini tidak ada kesulitan?” Tanyanya.

“Sepert biasa, mereka suka sekali beradu mulut. Tapi tidak apa-apa, untuk aku latihan agar bisa seperti Katrina untuk bisa menghadapi permasalahan yang sering terjadi dalam keluarga kita.”

“Kerja bagus.” Jeno mengusak surai Karina. Sungguh itu kemajuan yang perlu diapresiasi melihat dari sifat Karina.

“Aku saja yang tinggal serumah juga terkejut dengan perubahan sikapnya. Dia lebih suka mengomel hampir setara dengan Katrina sekarang.” Mark memberikan testimoni kepada Jeno.

“Oh …, jadi kamu tidak suka kalau sering berbicara begitu?” Delik Karina kepada Mark.

“Tidak juga.” Mark menyangga, “kalau bisa sih tangannya juga ikut main.” Saran Mark.

“Menyesatkan.” Karina menggeleng tidak habis pikir.

“Itu ide yang bagus.” Timbal Katrina. Ia keluar dengan wajah yang lebih segar. “Oh, kalian langsung membeli makan.”

“Kita akan mengobrol, dan tidak seru kalau tidak ada cemilan.” Tutur Karina. Ia tipe yang melakukan apa pun akan lebih seru jika sambil makan sesuatu.

“Jadi, apakah kita mulai diskusi?” Tanya Jeno.

Mark mengangguk, “boleh.”

“Karina coba kamu tanya papa kapan dia bisa mengajari kamu untuk bela diri, setidaknya keadaan kamu tidak terlalu berbahaya. Rencana kita akan melibatkan kamu secara langsung dalam rencana ini.” Katrina memulai obrolan serius mereka.

“Belajar denganku saja bisa.” Tawar Mark. “Kalau kamu masih tidak berani berdekatan dengan papa Chan, Rin.”

“Nanti papa merajuk kalau kamu tidak mengabarinya.” Katrina mengingatkan. Garang-garang begitu papanya itu mudah merajuk kalau menyakut orang terdekatnya. Seperti remaja tanggung saja.

“Beberapa hari ini aku coba dengan Mark Oppa saja dulu. Nanti aku coba hubungi papa.”

“Detailnya seperti apa?” Tanya Mark.

“Kita harus menghancurkan keluarga Kim dengan cepat. Selama ini mereka sering sekali menggangu bukan? Aku terjerat langsung karena campur tangan Sooyoung, sedangkan kamu Mark Hyung, hanya bermasalah tentang persaingan bisnis. Kita bisa mengancurkan mereka dengan memancing mereka menggunakan putri mereka sendiri. Mereka pasti tidak terima kalau alat berharga mereka dalam keadaan mengenaskan seperti itu. Mereka pasti akan membalas itu melalui Karina yang merupakan istriku. Katrina tidak bisa terlibat langsung karena tengah hamil sekarang, jadi, Karina harus terlibat langsung.” Jelas Jeno panjang lebar.

“Tujuan mereka memasukkan Anggia dalam keluarga Lee itu karena ingin mengulik tentang bisnis, kan?”

Jeno mengangguk, “itu tujuan mereka memang. Tapi Anggia buta karena cintanya, dan itu aku manfaatkan dengan bertingkah kalau aku juga menaruh perasaan yang sama kepadanya agar dia lupa akan tujuannya. Bahkan dia membiarkan Sooyoung ikut campur.”

“Dan tujuan Sooyoung untuk menguasai harta Lee?” Tanya Katrina.

“Memang benar. Dia memanfaatkan pertolongannya kepada daddy dengan meminta daddy menikahi dengan alasan untuk belindung saja. Padahal ia punya tujuan lain, salah satunya ya menguasai harta Lee. Tentu dia tidak bisa mengalahkan aku tanpa membawa Karina ikut dalam rencananya.”

“Jadi tujuaan Sooyoung merebut harta saja begitu?” Karina masih belum nyambung sepenuhnya.

“Juga mata-mata dari musuh Lee. Dia itu sudah beberapa kali berpindah tuan dengan menjadi mata-mata. Sebelum ke Lee, yang terakhir dia berurusan dengan keluarga Park dengan menculik salah satu keturunan Park sebagai sandera suruh dari tuannya, dan atas dendam cintanya tidak digubris. Seaneh itu tingkah Sooyoung.”

“Aneh sekali Sooyoung ini memang.” Katrina merasa tujuan hidup Sooyoung monoton sekali. Dia entah memiliki wajah berapa dengan semua tujuan-tujuan tidak masuk akal itu.

“Dia melibatkan Anggia tu untuk apa sih?”

“Agar aku melupakan Karina dan berpaling kepada Anggia, dan Lee tidak ada keturunan dalam waktu dekat. Ia takut aku langsung mewariskan kepada anak pertama. Karena itu aku mengalihkan langsung kepada Karina. Sebenarnya rencananya tidak masuk akal sekali. Tidak ada yang menjamin rencananya berhasil.”

“Kalau dipikir-pikir iya juga. Rencananya hanya bercabang tanpa kepastian.” Karina baru menyadari hal itu.

“Tapi aku tetap tidak terima dengan perlakuan laki-laki hidung belang itu. Dia punya usaha apa sih? Atau keluarganya seperti apa? Apa tidak ada yang mencarinya?” Katrina belum tahu jelas dengan latar belakang keluarganya.

“Dia memiliki satu anak, seorang putri, pekerjaanya sekarang diambil alih oleh putrinya. Perusahaanya sekarang sedang masa berkembang. Dan tentu saja dia di cari.” Jelas Mark.

“Hm, seorang putri, ya.” Gumam Katrina, “apa keluarga mereka harmonis?” Tanyanya lagi.

“Sejauh ini tidak ada perdebatan yang terjadi. Kenapa? Kamu ada rencana dengan keluarganya?” Mark sudah menatap Katrina curiga.

“Entahlah. Mungkin saja suatu saat aku akan mengatakan kepada mereka bagaimana nasib kepala keluarganya. Dan respon mereka akan menjadi penentu nasib mereka.”

“Kita selesaikan masalah dengan keluarga Anggia dulu kalau begitu.” Ucap Jeno.

“Daddy katanya menyuruh aku belajar menggunakan belati, kalau tidak belajar menembak. Kenapa seram sekali.” Karina menampilkan ekspresi ngeri.

“Kamu sudah mengatakannya sekarang, tidak takut bertemu?” Tanya Jeno.

“Kalau menunggu aku tidak takut lagi, sepertinya akan lama.” Timbal Karina, “kamu tahu sendiri aku bagaimana, kan, Jen.”

“Benar juga.” Jeno hampir melupakan hal itu.

“Oke, jadi kita mulai dengan Karina belajar berlatih dulu, lalu kirimkan kabar kepada keluarga Kim. Biarkan mereka berulah duluan.” Katrina mengakhiri pembicaraan serius hari ini.

“Hari ini aku masih ikut ke rumah ya, Oppa.” Ucap Karina kepada Mark. “Lusa aku baru pulang ke rumah papa.”

“Eh, mempung kita sudah ada di sini, bagaimana kalau malam ini kita menginap saja. Sepertinya seru kalu tidur ber-empat. Kapan lagi kan begini?” Katrina tersenyum manis dengan ide yang terlintas dalam pikirannya.

“Lalu kita akan melakukan apa seterusnya?” Jeno dengan otak yang sudah tercemar bertanyaan dengan nada ambigu.

“Apa lagi? Nonton bersama tentu saja, lalu tidur.” Jawab Katrina.

“Kamu pasti memikirkan hal aneh, kan?” Tahu sekali Mark pikiran sesama laki-laki.

“Sebenarnya, kalau dipikir-pikir tidak salah kalau kita melakukan suatu hal. Kita punya hubungan semua kok.” Jawab Jeno santai. Seolah dia sudah memikirkannya dari lama.

“Kita belum ada ikatan sah dengan Mark Oppa kalau kamu lupa, Jen.” Timbal Karina.

...🕊️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!