"Jadi?"
"Eum, aku Karina Jung."
"Aku Karina Park. Salam kenal pemilik tubuhku." Karina tersenyum lembut sembari mengulurkan tangannya kepada orang yang sama persis dengan dirinya.
“Hehehe .... Salam kenal juga. Nama kita sama, ya." Ia terkekeh pelan. Menyambut uluran tangan Karina Park. Saudarinya yang telah terpisah darinya sedari bayi.
"Dan tubuh kita 100% sama. Aku terkejut melihat secara langsung." Karina Park begitu semangat dengan pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya.
"Aku lebih dari terkejut. Ngomong-ngomong, karena nama kita sama, sepertinya kita harus membuat nama panggilan baru deh."
"Benar juga." Karina Park setuju akan hal itu. Secara nama dan wajah saja tidak bisa dibedakan. Ia akan menanyakan nanti kepada kedua orang tua mereka nanti, apa motivasi mereka memberikan nama sama seperti ini.
"Kalau begitu, kita perkenalan ulang. Aku Karina Jung, bisa dipanggil Karin."
"Aku Karina Park, bisa panggil, hm …." Karina Park diam sejenak berpikir nama apa yang tidak melenceng jauh dengan nama aslinya. "Bagaimana kalau Katrina? " Ia meminta pendapat saudarinya.
"Boleh juga tuh. Bagus kok. " Karina ngangguk menyetujui.
"Apa kabar Jeno?" Karina Jung membuka topik baru.
"Sehat jiwa dan raga."
"Baguslah. Aku lega mendengarnya."
Brak
Karina Jung sontak terkejut ulah Katrina menggebrak meja tiba-tiba.
"Tubuhku baik-baik saja, kan?!"
"Y-ya?" Karina Jung tergagap menjawab. Sungguh jantungnya berdetak kencang.
"Kalau bertemu geng jablay kurang belaian nanti, kamu bersikap biasa saja, anggap mereka angin lewat. Tapi aku kurang percaya, kamu saja tidak bisa menjaga tubuh kamu sendiri. Bisa-bisanya diam saja diperlakukan tidak manusiawi seperti itu. Kamu jangan terlalu baik Karin, orang-orang akan menginjak kamu." Petuah Katrina akhirnya keluar. Sudah sedari kemarin ia menyiapkan omelannya.
"Aku tidak bisa apa-apa Rin, aku anak yatim piatu saat itu sebelum aku tahu kebenarannya kalau kedua orang tua ku masih hidup. Saat itu yang aku pikirkan adalah aku masih bersyukur bisa tinggal di rumah yang layak." Karina Jung berkata dengan suara yang sedikit bergetar. Jelas sekali dia seperti akan menangis saat ini juga. Ia masih menyimpan rasa bersalah terhadap suaminya.
"Wah .... Apa yang kamu katakan ini, hm? Mau bagaimanapun keadaannya, kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri. Lebih-lebih lagi kamu memberitahu orang tercinta kamu itu. Jeno tidak akan pernah membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu. Dia sangat mencintaimu." Katrina menatap saudarinya sendu.
"Aku tahu itu, tapi aku tidak ingin menambah beban Jeno." Cicitnya pelan.
"Justru kalau terjadi apa-apa sama kamu, itulah yang akan menjadi beban Jeno, Karin. Aku tidak bisa mengingat semua memori kamu yang penuh dengan kejadian memancing emosi itu. Dengar Rin, sejahat-jahatnya aku, aku tidak pernah berpikir untuk membunuh orang. Jadi aku hanya mengurung dan memberi pelajaran sedikit untuk wanita ular dan tua bangka itu. Dengan kamu memiliki sifat seperti ini aku tidak memiliki hak untuk menghukum mereka lebih. Aku akan membujuk Jeno untuk melepaskan mereka nanti. Tapi, setelah kamu memberi tahu aku kejadian yang paling tidak bisa kamu lupakan karena ulah mereka. Maka akan aku pertimbangkan masa depan mereka nanti."
"A-aku tidak yakin, Rin." Karina Jung tampak ragu. Mengingatnya saja membuat ia serasa menjadi orang gila. Apalagi harus mencertikan kepada orang lain.
"Ceritakan sekarang juga kalau kamu masih ingin melihat anggota tubuh kedua wanita itu utuh, Karin! Kamu pasti tahu sedikit banyak sifat ku, kan? Aku tidak akan ragu, Rin." Katrina sedikit memberikan ancaman. Ia sudah tidak sabar memberikan keadilan untuk saudarinya ini. Sekaligus ia akan tunjukkan, bagaimana karma itu berjalan.
"Tidak-tidak! Jangan lakukan itu, Rin." Sungguh Karina tidak ingin saudarinya berlaku semenyeramkan yang ia lihat dalam ingatannya.
"Ceritakan!" Desak Katrina.
"Baiklah. Kejadian ini sekitar tiga bulan yang lalu. Saat Jeno pergi keluar kota selama dua hari. Malam itu aku tidak pernah berpikir harus memilih antara nyawa banyak orang atau harga diri. Jika saja mereka berikan pilihan antara nyawaku atau harga diriku, mungkin aku akan rela menyerahkan nyawaku. Aku tidak mau egois mengorbankan nyawa orang-orang baik yang mau merawatku dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang."
"Bagaimana? Cantik bukan?"
"Sesuai kriteriaku. Kau pintar mencari makhluk semanis ini, Sooyoung."
"Dia akan melayani kau malam ini asal jangan meninggalkan jejak ditubuhnya karena suaminya besok pulang."
"Kau tenang saja soal itu. Setengah uangnya akan ku transfer setelah dia melayani aku."
"Tentu." Senyum Sooyoung merekah lebar menatap tumpukan uang tersusun rapi diatas meja. Sebelum meninggalkan kamar tamu, Sooyoung mendekati Karina yang berdiri kaku. "Ingat nyawa orang-orang di panti ada ditangan kau, Karina!"
Karina ngangguk. Membiarkan Sooyoung meninggalkan dirinya dan orang asing dalam kamar itu.
"Manis kemarilah," panggilnya dengan suara sensual.
Mau tidak mau Karina mendekati orang itu.
"Tubuhmu sempurna, sayang. Akan lebih sempurna lagi kalau pakaian ini kita singkirkan."
Srek
Karina kaget baju yang membalut tubuhnya seketika terbelah menjadi dua bagian.
"Lepas celana mu, aku tidak tahan lagi!"
"Eh! Cukup-cukup!" Katrina mengepalkan tangannya menahan emosi, "dia melakukannya, Karin?!" Melihat lawan bicaranya menahan tangis, Katrina menarik napas untuk meredakan emosinya. Katrina berpindah duduk lalu membawa tubuh lawan bicaranya itu kedalaman pelukannya. Ia tidak bisa egois sekarang. Walaupun ia sangat emosi saat ini. Ia tidak sabar memberi pelajaran kepada manusia-manusia laknat itu.
"Aku berdosa terhadap Jeno. Aku, aku--"
"Jangan ditahan, Rin. Menangislah sepuas hati kamu. Ada aku di sini, aku temani." Katrina mengusap punggung yang semula tegang kini bergetar hebat bersamaan dengan suara tangisan lirih.
"Aku pastikan mereka mencium kakimu, Karina Jung." Bisiknya.
...🕊️...
"Kamu?"
"Kok kita--"
"Sama."
"Kok bisa? Aneh."
"Sayang, ayo pulang."
"Sebentar Mark Hyung. Aku buru-buru mau pulang. Maukah kamu bertemu lain waktu?"
"Tentu. Lusa, di jam yang sama dan di tempat yang sama."
"Oke."
Itulah janji mereka hingga mereka bisa mengobrol panjang lebar pada hari ini.
...🕊️...
"Sooyoung!"
Teriakkan Katrina mengalihkan perhatian orang-orang yang yang tengah mengobrol di ruang utama.
Katrina masuk dengan amarah yang meluap-luap. Matanya tidak putus memandang Sooyoung yang sudah beringsut bersembunyi dibalik tubuh Jaehyun.
"Sini kau!" Katrina menarik Sooyoung dari balik tubuh Jaehyun secepat kilat.
Plak
Tamparan keras Katrina layangkan ke kedua pipi Sooyoung sekaligus.
"Karin, heh, tenang dulu." Jeno mendekati istrinya dengan rasa bingung sekaligus ngeri
Jaehyun lebih-lebih lagi, menatap menantunya dengan mata melotot tidak percaya. Bukannya menantunya ini kalem?
Sooyoung bergerak mundur ketika Katrina melangkahkan kakinya mendekat.
"Aku tidak percaya ada orang sehina kau di dekatku. Aku tidak tahu ada orang yang tidak punya hati seperti kau. Aku tidak tahu ada orang yang punya otak tapi tidak dipakai untuk berpikir." Karina menunjuk-nunjuk kepala Sooyoung geram.
"A-apa maksud k-kau?" Sooyoung melirik Jaehyun meminta pertolongan.
"Kau sedang berbicara denganku, jangan melihat orang lain. Karena itu tidak sopan." Katrina mencengkram rahang Sooyoung. Membuat wajah mereka berdua berhadapan.
"Beri tahu suamimu ini, Rin. Ada apa?" Jeno menarik perlahan istrinya itu menjauh dari Sooyoung.
"Dia membuat tubuh ini melayani laki-laki lain yang bukan suaminya." Katrina berkata seperti itu bersamaan dengan air mata yang lolos membasahi pipinya.
"Apa?" Jeno menatap istrinya dan Sooyoung secara bergantian, "melayani?" Tanya Jeno lagi.
"Dia dibayar dengan jumlah yang besar dan menyuruh tubuh ini berhubungan int*m dengan lelaki lain, Jeno." Jelas Katrina dengan suara serak.
Sooyoung berdiri kaku mendengar pengakuan Katrina sedetail itu. Ini tidak bisa dibiarkan!
...🕊️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments