Demi apa pun Karina kaget setelah masuk ke dalam rumah, maid yang tadinya sibuk mondar-mandir tiba-tiba berbaris rapi di sisi kiri kanan, mana menunduk pula. Sudah seperti penyambutan orang penting saja.
"Kok diam? Ayo masuk," ajak Jeno.
Bukannya jalan masuk, Karina malah mepet ke suaminya. Terus dia berbisik dengan penuh rasa bingung yang mana menular kepada Jeno.
"Kenapa mereka menunduk seperti itu? Sudah seperti menyambut presiden saja."
"Bukan menyambut presiden, tapi mereka takut kena lempar sesuatu." Tutur Jeno.
"Siapa yang ngelempar?" Tanya Karina bingung.
"Kamulah, siapa lagi? Kenapa bertanya begitu? Kamu lupa?" Yang ditanya tidak merespon apa-apa. Dia malah sibuk memikirkan apa yang sudah Katrina lakukan di rumah ini?
Prang
Karina menoleh ke sumber suara. Ternyata foto yang terpajang cantik di atasi meja jatuh. Dan pelakunya adalah Anggia.
"Karin, sayang. Jangan marah-marah, kasian calon bayi kita nanti kaget. Bicara baik-baik, ya." Jeno sudah duluan menenangkan istrinya. Biasanya kan istrinya suka emosian akhir-akhir ini.
Karina mengabaikan Jeno. Dia malah mendekati Anggia yang sibuk membersihkan pecahan kaca. Dari jarak lumayan jauh bisa Karina lihat tangan Anggia gemetar. Ketika ia sudah berdiri di depan Anggia, Anggia langsung berdiri terus membungkukkan tubuhnya 90° sambil meminta maaf. Kagetlah Karina, selama dia tinggal di sini mana pernah ada yang membungkukkan tubuh dihadapannya.
Karina jadi berpikir, apa yang Katrina lakukan sampai orang secongkak Anggia bisa berubah seperti ini? Kalau begini ceritanya dia tidak berani membantah apa yang Katrina katakan. Entah apa yang akan saudarinya lakukan padanya nanti.
"Maaf Nyonya, saya tidak sengaja. Maafkan saya." Anggia masih membungkuk menunggu jawaban dari sang penguasa rumah.
"Aku tidak suka dengan Anggia. Jangan berbaik hati padanya. Jika tubuhku ini lecet walaupun hanya seujung kuku, jangan harap bisa melihat Jeno lagi. Dengar, Karin?"
Karina menggeleng-gelengkan kepalanya. Itu peringatan yang Katrina katakan padanya sebelum dia pergi. Karina menoleh melihat suaminya. Masa dia tidak bisa melihat wajah tampan suaminya lagi. Matanya melihat sekitar yang sudah dipenuhi oleh maid. Dan suasananya terasa menegangkan.
Ini aku harus apa? Batin Karina nelangsang.
"Aku tidak suka Anggia." Lagi-lagi ucapan Katrina lewat dalam ingatannya.
Jeno yang melihat istrinya diam saja berniat untuk mendekati. Tapi dia berhenti ketika suara tamparan menggema.
Karina memejamkan matanya erat ketika tangannya mendarat di pipi Anggia. Demi apa pun, Karina tidak terbiasa dengan ini. Saudarinya itu seperti penuh tekat membalas kejahatan dengan kejahatan pula.
Untuk yang kesekian kali, kekerasan terjadi di rumah ini. Dan pelakunya adalah sang nyonya rumah.
...🕊️...
"Karin, tiduran sini." Jeno menepuk-nepuk sisi ranjang yang kosong.
Karina yang baru keluar dari kamar mandi tanpa banyak tanya langsung menghampiri suaminya. "Lepas pakaian?" Tanyanya.
Jeno ngangguk, "boleh."
Selesai melepas pakaiannya, Karina merebahkan tubuhnya disamping suaminya.
Jeno memeriksa tubuh istrinya seperti biasa. Tidak ada yang aneh. Tangannya meraba-raba perut Karina bagian bawah, menekan sedikit bagian itu, kata Renjun kalau orang hamil bagian perut bawah memang agak lebih kencang dan sedikit keras. Tapi kok ini tidak seperti sebelumnya? Kok perutnya datar? Harusnya kan agak membulat dan keras.
"Karin, kok perutmu datar?" Tanya Jeno dengan raut wajah yang terlihat panik, "tidak terjadi apa-apa kan dijalan tadi?"
"Tadikan tidak makan banyak. Jadinya perutku tidak terlalu banyak isinya, Jen~ lagian umur 6 minggu itu masih kecil." Karina menjelaskan setenang mungkin agar suaminya tidak curiga.
"Masa iya?" Jeno agaknya kurang percaya.
"Iya, benar. Sana tanya Injun kalau tidak percaya." Pintar sekali Karin ini berdalih.
Masuk akal juga pikir Jeno. Tapi tunggu sebentar, "tumben panggil Injun lagi, biasanya panggil Renjun"
Karin cuma membalas dengan senyuman. Sepertinya banyak yang berubah dari dirinya. Katrina ini sesuatu sekali. Mari lihat apalagi yang berubah besok.
"Ngomong-ngomong, kapan mau menyingkirkan Sooyoung dan lelaki kurang ajar itu? Kalau kamu tidak segera bertindak, biar aku saja yang turun tangan. Mereka tidak boleh terlalu lama menghirup oksigen lagi."
Karina melihat Jeno bingung. Ini apa lagi ya?
...🕊️...
Angkan pelakunya malah sibuk memborong banyak makanan. Kalau orangtuanya melihat ini pasti dia sudah ditarik ke orang pintar, dikira kesurupan.
"Ini makan lagi. Makan yang banyak biar makin berisi." Mark menyodorkan sosis panggang yang baru dia beli.
"Terima kasih." Katrina menerimanya dengan senang hati.
"Mau beli apa lagi?" Tawar Mark.
"Nanti kita beli boba, ya~" Katrina berkata sambil menunjukkan senyum manisnya. Kalau terus begini lama-lama Mark bisa kena diabetes. Manis sekali.
"Ah, kenyangnya~" Katrina menepuk-nepuk perutnya yang membuncit.
"Perutnya tidak sakit?" Tanya Mark sedikit khawatir. Itu perut Katrina gelembung seperti orang hamil.
"Tidak kok ..., biasa saja."
"Boleh pegang?" Sebenarnya dia ragu bertanya seperti ini. Tapi sungguh dia penasaran dengan perut temannya bisa seperti itu. Seingatnya temannya ini tidak pernah sampai seperti itu walaupun sudah makan sebanyak apa pun.
"Boleh-boleh!" Karina berucap semangat. Dia menarik tangan Mark, meletakkan tangan temannya itu diatasi perut buncitnya.
"Dielus-elus juga tidak apa-apa kok." Tawar Katrina. Ngomong-ngomong, dia kangen Jeno yang suka mengelus perutnya. Padahal belum ada 24 jam dia meninggalkan Jeno. Ini gawat! Dia kangen suami orang dong.
"Serius tidak sakit? Ini kencang banget, Rin. Seperti orang hamil." Celetuk Mark, ia takut-takut menekan perut Katrina pelan dengan jari telunjuknya.
"Benarkah aku terlihat seperti orang hamil?"
"Benar." Jawab Mark tanpa berpikir lagi.
"Coba kamu seperti dia. Lihat, dia perhatian sekali sama istri dan calon anaknya. Sampai tidak sungkan ngelus-ngelus perut istrinya di tempat umum begini."
Katrina sama Mark menoleh dengan pandangan berbeda. Mark tersenyum canggung, sedangkan Katrina tersenyum cerah.
Orang yang berbicara tadi menghampiri tempat duduk mereka.
"Romantis sekali. Kandungannya sudah berapa bulan, ya?" Tanyanya antusias.
"Aduh maaf ya, istri saya memang suka begini." Ucapnya tak enak hati.
"Tidak apa-apa kok." Katrina malah senang. "Sudah 6 minggu. Dia terlihat lebih besar karena aku makan banyak." Tunjuk Katrina ke perutnya yang membuncit.
"Wah~"
Dan terjadilah obrolan antara kedua ibu hamil yang baru kenal ini. Mereka mengabaikan kedua orang yang tampak canggung itu, yang mana duduk di kursi seberang mereka berdua.
Andai memang Karina hamil. Andai Karina memang istriku, harapan Mark disela-sela rasa canggungnya.
"Siapa namamu?"
"Jihoon. Kamu?"
"Mark Lee."
Obrolan singkat terjadi diantara kedua lelaki itu, sembari mendengarkan kedua ibu hamil bercerita semangat, terlihat sayang sekali kalu sampai diganggu.
...🕊️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments