Karina Katrina 03

"Maaf sekali lagi Nyonya Karin, kami tidak bisa mengikuti perintah, Nyonya."

"Iyalah …. Memangnya kau siapa bisa memerintah mereka semua?" Ucap Anggia dengan nada congkaknya. Ia berdiri di sana dengan angkuh, menatap Karina rendah. Ia masih dendam dengan kejadian semalam.

"Kau tanya aku? Aku siapa?" Karina bersedekap dada. Menatap Anggia dengan raut wajah meremehkan. "Aku adalah pemilik rumah ini. Rumah ini atas namaku. Harusnya aku yang bertanya, kau siapa?" Tantang Karina.

"Nyali kau besar sekali akhir-akhir ini, ya. Apa kau kangen dengan rasa kena tusuk jarum? Kalau iya, maka dengan senang hati kami di sini membantu mengurangi rasa kangen kau itu. Kau, ambil yang biasa." Perintah Anggia kepada salah seorang maid.

Sedangkan Karina cuma menatap malas. Sepertinya terlihat menyenangkan. Tapi masa sih pakai jarum, tidak kreatif sekali.

"Bawa dia."

"Tidak usah pegang-pegang. Aku bisa jalan sendiri." Tolak Karina.

Karina menatap nyalang gudang yang menjadi saksi dari semua perbuatan penyiksaan yang dilakukan oleh mertuanya, tidak-tidak! Karina tidak akan pernah menganggap perempuan tua itu mertuanya.

Karina bertanya-tanya, apakah mereka ini masih memiliki sisi kemanusiaan? Setiap ingatan yang tidak mengenakan melintas dalam pikiran Karina, rasanya emosi Karina meluap-luap. Kok bisa sih penghuni tubuh ini sebelumnya sabar sekali. Kala itu dia, sudah pasti mengadu lah. Nah, maka dari itu, sehabis ini mau mengadu, hihihi ....

Plak

Karina terperanjat kaget ketika rasa panas menjalar di pipinya.

"Apa yang kau tertawakan?!"

"Berani sekali kau menyentuh pipiku. Bagaimana kalau pipiku tumbuh jerawat karena bakteri dari tangan kotor kau itu? Kau mau bertanggung jawab, hah?" Karina menatap Anggia jijik.

Napas Anggia sudah tidak beraturan karena tekanan emosinya memuncak. Baru kali ini emosinya tidak stabil selama hampir dua tahun dia menyiksa Karina.

Sret

Anggia menjambak rambut Karina kencang. Rasanya Anggia ingin sekali menarik rambut Karina hingga lepas sampai keakar-akarnya.

"Seharusnya anak yatim piatu seperti kau ini harus tahu diri. Tempat kau itu harusnya di panti, bukan rumah megah bak istana. Dan berhenti menggunakan tubuh kau ini untuk menggoda suamiku. Kau harus tahu batasan, Karina!"

"YAK!" Anggia teriak kencang karena wajahnya diludahi oleh Karina.

Plak

Anggia kembali menampar Karina.

"Bagus Anggia, bagus, hahaha ...." Karina tertawa senang yang mana membuat orang-orang yang berada di sana bingung. "Inilah yang ku tunggu. Kau sudah melakukan kesalahan besar kali ini. Kau tahu, ini akan menjadi bukti kalau kau telah melakukan kekerasan kepadaku." Tunjuk Karina kearah pipinya, "Kira-kira bagaimana tanggapan Jeno, ya? Apa ada yang tahu?"

Sret

Seketika yang ada di sana teriak kaget. Darah membasahi lantai yang berasal dari telapak kaki Karina, akibat dari jarum yang tidak sengaja menggores kulit kakinya.

"Waoh~ nambah satu lagi, nih ...." Karina berseru senang memamerkan kakinya yang berdarah kehadapan Anggia yang tampak memucat.

"Siap-siap ya kalian semua angkat kaki dari rumahku ini. Karena suami tercintaku akan sangat marah. Tapi tenang, aku masih memberikan kalian kesempatan untuk bertaubat."

Karina meninggalkan gudang masih dengan kekehan senang. Sepanjang jalan Karina meninggalkan jejak kakinya, tercetak jelas berwarna merah pekat.

...🕊️...

"Nyonya, ini bagaimana?"

"Jangan bicara padaku! Bersihkan darah sialan itu!"

Anggia meninggalkan gudang mengejar Karina sebelum sampai ke daerah yang penuh dengan CCTV. Itulah kenapa hampir dua tahun Anggia menyiksa Karina tidak pernah diketahuan oleh Jeno. Karina juga selama ini tidak berani mengadu kepada Jeno. Jadi Anggia selalu merasa aman. Terlebih lagi daerah gudang tidak ada CCTV.

Tapi untuk sekarang, Anggia tidak merasa aman. Karina tidak seperti biasanya. Karina berani menatap dirinya, Karina berani menjawab perkataannya, dan Karina berani mengancamnya.

"Karina, berhenti!"

Bukannya berhenti, Karina malah berlari menuju kamarnya. Mengunci kamarnya lalu mengambil ponsel miliknya, Karina sudah siap membuat drama menarik.

"Hallo, Rin."

"Pulang."

"Sebentar lagi pulang kok. Mau titip sesuatu?"

"Sekarang, pulang sekarang, Jen."

Brak!

Brak!

"Karina, keluar kau!"

Teriakan serta gendoran pintu terdengar semakin kencang. Orang-orang di luar sana semakin brutal.

Brak!

"KARINA!"

"Aku takut, pulang." Karina teriksa pelan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jeno. Terdengar suara gaduh di seberang sana. Karina yakin kalau Jeno tengah mencari sesuatu.

"Tidak tahu. Anggia tiba-tiba marah." Adunya.

"Kamu di mana sekarang?" Suara Jeno terdengar memberat. Ow .... Emosi Jeno mulai naik.

"Di kamar."

"Kamu jangan keluar kamar sebelum aku pulang."

"Jangan lama-lama."

"Sialan! Keluar kau!"

"Anggia kau--"

Karina mematikan panggilannya sebelum Jeno menyelesaikan kalimatnya. Biar Jeno semakin emosi.

"Lihat saja Anggia, akan ku balas setelah ini. Enak saja melukai tubuh cantikku." Karina memilih tiduran sambil menunggu Jeno sampai. Tidak akan lama pasti. Mungkin cuma 5 menit. Jadi, selama itu Karina akan memikirkan kata-kata apa yang pas untuk drama sore ini.

Click ….

Suara kunci pintu dibuka mengalihkan perhatian Karina. Kok cepat sekali? Apa Jeno terbang ke sini? Pikiran Karina menjadi melalang buana.

"Ini dia nyonya yang terhormat rumah ini. Tepuk tangan dulu, dong ...."

Karina menautkan alisnya. Kenapa orang-orang tidak berguna ini bisa masuk?

"Apa yang membawa Anda ke sini?" Tanya Karina masih dengan santainya.

"Lihat, Ma. Dia sudah congkak sekali sekarang. Harus kita beri pelajaran apa supaya dia bisa tunduk kembali?"

"Mama punya ide, Anggi. Kamu tenang saja. Setelah ini Mama yakin dia tidak akan berani bahkan hanya untuk mengangkat kepala." Sooyoung tersenyum lebar menatap Karina meremehkan. Ia akan memberi pelajaran setingkat dengan ide jahatnya beberapa bulan yang lalu.

"Mama Sooyoung yang terbaik." Anggia tentu saja merasa senang.

"Ck! Jangan bertele-tele, kalian mau apa? Kalau tidak ada keperluan sana keluar. Kamar kami jadi penuh dan kotor karena kalian." Usir Karina.

Tanpa Karina sadari, sesuatu melayang ke arahnya. "Akh!" Karina terduduk sambil memegang perutnya yang terasa sakit luar biasa.

"Baru sekali pukul sudah bereaksi seperti ini. Lemah!" Anggia mengacungkan jari tengahnya tepat dihadapan Karina.

Ya, iyalah sakit. Dipukul dengan tongkat besi pula. Apalagi dipukul secara tiba-tiba. Anggia ini bodoh juga ternyata.

"Heh kalian, bantu pegang tangannya." Perintah Sooyoung kepada beberapa maid yang berdiri dibelakangnya.

"Wow, berani main keroyokan, hehehe .... Cupu." Karina masih sempat-sempatnya melontarkan kalimat meremehkan.

Dengan emosi yang meluap-luap, Sooyoung mengayunkan tongkat besi itu ke perut Karina, lagi, dan lagi.

Bugh

Karina memejamkan matanya rapat-rapat. Sakit juga ternyata.

Bugh

"Semangat, Ma!" Seru Anggia menyemangati.

"Nyonya, ada darah." Adu salah satu maid yang memegangi sebelah tangan Karina.

Mata mereka semua tertuju kepada satu titik. Celana sutra yang Karina kenakan sudah berubah warna menjadi merah. Tepat di daerah ************. Cairan merah itu semakin menyebar bahkan membuat genangan kecil tepat di atas lantai yang Karina duduki.

"M-ma, itu kenapa?" Anggia melepas pegangannya dari tangan Karina. Buru-buru merapatkan tubuhnya kepada Sooyoung yang masih mematung di tempat.

"Apa yang kalian lakukan di sini?"

Deg!

Sepertinya ini adalah hari paling tidak beruntung bagi mereka semua.

"J-jeno, kau sudah pulang." Sooyoung menyapa putranya dengan senyuman yang sangat amat dipaksakan untuk menutupi rasa gugup yang menguasai dirinya.

"Mana Karina?" Jeno tidak menghiraukan sapaan dari ibunya itu. Tujuan Jeno cepat pulang untuk menemui istrinya.

Jeno masuk ke dalam kamar. Para maid membuka jalan untuk sang penguasa kedua rumah ini lewat. Yang mana membuat Sooyoung melotot tidak terima.

"Jen." Panggilan lirih masuk dalam indera pendengaran Jeno.

Anggia dan Sooyoung saling lirik. Mati kita! Batin mereka nelangsang.

Deg!

Bak tersambar petir, badan Jeno mematung sesaat, melihat belahan jiwanya duduk bersimpuh dilantai dengan darah di sana.

...🕊...

Terpopuler

Comments

Gaara

Gaara

Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!