Karina Katrina 06

Karin sini dulu," panggilan Jeno membuat niat Karina mau ke walk-in closet jadi putar balik.

"Kenapa?"

Sret ....

"Handuk ku!" Karina menarik kembali handuknya yang Jeno tarik sembarangan. Tidak sopan sekali.

"Jangan pakai lagi handuknya, Rin." Ucap Jeno santai. Ia tidak perduli dengan ekspresi terkejut istrinya.

"Kamu mau ngapain?" Karina menatap Jeno was-was, "aku masih belum pulih sepenuhnya, ya." Ucap Karina mengingatkan.

"Aku cuma mau periksa. Sudah agak lama kan aku tidak periksa karena terlalu sibuk."

"Periksa apa sih, No?"

"Karin lupa?"

"Hm …, Mungkin." Karina menjawab kurang yakin. Kok aku jadi terlihat bodoh sih? Ini apa lagi kira-kira?

"Tiduran coba," suruh Jeno, "jangan pakai handuk." Lanjutnya.

"Hah ...." Karina menghela napas. Sudahlah, ikut saja, Karina tidak ingat.

Karina memperhatikan Jeno yang menatap lekat kakinya. Berlanjut menyusuri kaki jenjang miliknya, sampai naik ke bagian perut.

"Lihatnya biasa saja, aku jadi malu kalau dilihat sebegitunya." Protes Karina, "tidak sedang berpikir jorok, kan?" Tanya Karina memastikan.

"Tidak. Miring sedikit, Rin."

"Jangan meraba-raba, Jeno, geli!"

"Jangan sentuh pahaku!"

"Aduh, leherku!"

"Menjauh dari telingaku!"

"Jeno!"

"Ssttt ...."

"Apa sstt! Sstt! Orang geli begini!" Murka juga Karina akhirnya. Aneh sekali tingkah suaminya ini.

"Padahal aku sering memeriksa tubuh ini, tapi ternyata masih ada hal yang terjadi diluar pengawasanku." Karina terdiam mendengar penuturan Jeno. "Apa yang paling sering mereka lakukan?" Tanya Jeno. Ia berhenti memeriksa tubuh Karina, membawa tubuh itu duduk diatas pangkuannya.

"Tarik rambut sama tusuk jarum," jawab Karina tanpa ragu. Iyalah, kan Karina suka mengadu.

"Kenapa tidak bilang, hm?"

"Karina yang dulu terlalu baik. Aku kesal sekali Jeno~" Karina merengek.

"Memangnya Karina yang sekarang bagaimana?"

"Jahat! Karina sekarang jahat!"

Semoga anakku nanti tidak terlalu jahat, doa Jeno sepenuh hati. Dia tidak sadar diri kalau dirinya sama saja.

...🕊️...

Pluk ....

"Upss! Tanganku licin. Segera bersihkan ya pelayanan-pelayanku." Karina menekan setiap kata-katanya seakan mengejek. Tapi memang mengejek sih.

"Eh, jangan lupa bersihkan rumah kelinciku. Awas kalau tidak bersih, ku potong gaji kalian." Setelahnya Karina berlalu meninggalkan kulit buah dan remahan biskuit yang sengaja Karina jatuhkan padahal ruang itu sudah bersih mengkilap.

Maid yang sempat dipecat itu kini cuma bisa mengelus dada ulah kelakuan nyonya mereka. Definisi balas dendam yang sesungguhnya. Ada saja yang dilakukan sang nyonya membuat minim waktu istirahat mereka.

Karina bertolak ke belakang menuju ruangan favorit-nya dalam seminggu ini. Kalau pergi ke sana, suasana hati Karina meningkat drastis.

Brak

"Hebat sekali ya jam segini masih tidur!"

Gebrakan pintu dan suara nyaring Karina membuat Anggia langsung terjaga.

"Sana kerja kalau mau makan hari ini. Ingat, kau bukan nyonya lagi di sini. Surat perceraian nanti sore sebelum aku pulang sudah ditandatangani. Mengerti?"

"Mengerti, Nyonya."

"Bagus."

Pergi dari sana, Karina berlari-lari kecil tidak sabar untuk pergi belanja untuk yang pertama kali bagi Karina setelah terdampar di tubuh ini semenjak lebih dari sebulan yang lalu.

Hal itu disaksikan langsung oleh Anggia yang mengintip dari balik jendela kecil kamarnya. Anggia mendesah lega karena tidak ada hal aneh yang terjadi padanya hari ini. Ya, walaupun dia harus berkutat dengan banyak toilet setelahnya.

...🕊️...

"Jangan memakai celana jeans terlalu ketat Rin, nanti bayi kita susah bernapas."

"Apa sih, Jen ... Dia masih kecil."

"Tetap saja."

"Kamu tidak seru, ah ...."

"Ini demi keamanan bayi dan kamu lho padahal."

"Sudahlah, kamu saja yang pergi, aku mau tidur lagi saja." Karina tanpa pikir panjang menjatuhkan dirinya ke atas ranjang.

"Karin, jangan langsung loncat begitu!" Jantung Jeno sering kena ujian dekat dengan Karina beberapa hari ini. Ada saja kelakuannya.

Karina tidak merespon apa-apa, malahan menyembunyikan wajahnya dari pandangan Jeno.

Sret ....

"Aaaaa! Kamu kebiasaan sekali tarik-tarik, senang ya melihat aku tidak pakai baju!" Karina melayangkan protes tapi malah ditanggapi senyuman oleh suami menyebalkannya itu.

"Ya senang. Melihat tubuh istri sendiri lho ini."

"Ya, ya .... Tubuhku memang milikmu."

"Nah, itu tahu" Santai sekali dia menanggapi.

"Ish!"

"Ayo, siap-siap, Karin sayang~ Nanti kita makin kesorean belanjanya."

"Tapi aku masih mau pakai jeans." Kekeh Karina.

"Boleh--"

"Yey~" Karina bersorak senang sampai mengepalkan kedua tangannya ke atas, tidak lupa sedikit goyang pinggul sebagai pelengkap.

"Tapi kita main dulu."

"Yah~" Seketika bahu Karina melengkung seperti pohon bunga yang layu.

"Silahkan dipilih istriku yang manis~"

Suami mesum dan menyebalkan seperti Jeno ada yang mau beli tidak sih? Karina mau jual saja orang menyebalkan ini.

...🕊️...

Pasangan suami istri ini tengah berada di supermarket sesuai dengan rencana awal. Dan Karina masih menggunakan jeans kesukaannya tanpa menambah kegiatan main dalam daftar list. Ya, bagaimana mau main kalau Karina nangis tersedu-sedu yang mana membuat Jeno tidak tega. Maka sebagai suami yang baik dan pengertian, akhirnya Jeno mengalah.

"Suami Karin, ayo kita beli susu dulu."

"Susu?"

"Iya." Karina mengangguk.

"Bukanya kamu tidak suka susu?" Padahal Jeno sudah membuat rencana bagaimana supaya istrinya yang tidak suka susu ini agar mau mengkonsumsi susu setisknya itu untuk kebutuhannya dan calon anak mereka.

Karina terdiam sejenak, kemudian menatap Jeno tidak percaya. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak suka minum susu? Padahal susu itu enak sekali.

"Ini bukan aku yang mau. Tapi adik bayi." Karina menunjuk perutnya yang masih datar. Alasan yang bagus bukan?

Jeno melirik perut istrinya sebentar, "Oke, kita beli." Aneh sekali. Jeno masih tidak percaya.

Sampai di rak khusus bagian susu, mata Karina berbinar-binar bak berlian terkena sinar matahari.

"Karin suka rasa apa?"

"Vanilla."

"Ayo kita cari yang sesuai umur adik bayi."

"Tapi, Jen" Karina menarik-narik ujung lengan baju yang suaminya itu kenakan.

"Kenapa?"

"Gambarnya perempuan sudah dewasa sekali, tidak ada yang muda seperti aku?"

Jeno menatap kota susu yang istrinya maksud. Perasaan Jeno perempuannya masih mudah kok. "Tidak masalah soal itu, Rin. Manfaatnya tetap sama saja." Ia memberikan pengertian kepada istrinya. Hal seperti ini saja dipermasalahkan. Sungguh ajaib sekali ibu hamil satu ini.

"Oh, begitu ...." Karina ngangguk mengerti.

"Hm."

"Kamu bisa tidak belanja sisanya? Aku mau beli cemilan." Karina menatap suaminya.

"Bisa dong."

"Aw~ Aku jadi makin cinta." Karina berseru senang. Sungguh suami yang bisa diandalkan.

Jeno terkekeh pelan menanggapi tingkah menggemaskan istrinya. "Hati-hati ya, perhatikan jalannya."

"Iya .... Terima kasih, suami Karin." Ucapnya sebelum beranjak pergi.

"Sama-sama, istri Jeno."

...🕊️...

Karina terdiam ketika ada tangan lain yang mengambil susu bersamaan dengannya.

Ditambah pemilik tangan itu adalah dia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!