"Apa perlu kita membawa putri nakal kita itu ke rumah sakit? Barang kali kepalanya pernah terbentur makanya kelakuannya jadi aneh begitu."
"Tapi terlihat bagus, kan?"
"Memang lebih bagus, tapi tidak seperti putri kita sekali."
"Bagaimana kalau kita tanya saja?"
"Tanya seperti apa?"
"Sebentar. Karina sini dulu coba, dipanggil papa, nih …."
"Sebentar, Ma."
Tidak lama terdengar suara langkah kaki mendekat. "Iya, Ma, ada apa?"
"Ehem, itu, Papa lihat kamu sudah jarang keluar malam lagi, kenapa? Teman-teman kamu di luar negeri semua?"
Sedangkan yang ditanya cuma ngedip-ngedip bingung, "aku malas, Pa." Jawabnya. Karina tahu
kebiasaan buruk saudarinya ini memang. Cuma dia tidak bisa menuruti kebiasaannya, itu terlalu ekstrim baginya.
Tentu saja dengan jawaban itu ia ditatap dengan pandangan heran oleh kedua orangtuanya.
"Sudah sana belajar lagi." Suruh sang papa.
"Siap!"
"Yeol, Karin itu siapa?" Bisiknya kepada sang suami.
"Karina maksud mungkin."
"Tidak seperti biasanya." Putrinya yang sering bar-bar menyebut namanya sendiri seperti itu.
...🕊️...
"Aku tidak bawa mobil sendiri, aku diantar sama supir kok. Sudah, kamu fokus kerja saja. Kalau ada apa-apa aku kabari."
"Tidak akan pernah terjadi apa-apa."
"Yang memang harus. Cuma setengah hari paling, Jen. Ini tuh adik bayi yang ingin jalan-jalan sendiri."
Jeno memicingkan matanya, "masa?" Alasan yang agaknya tidak bisa dipercaya.
"Sudah kalau tidak percaya." Katrina kembali fokus makan lagi. Tapi mulutnya masih berbicara. "Jadi istri itu memang serba salah, serba tidak boleh. Apa-apa harus bilang suami," Katrina mengusap pipinya yang basah, "enak kalau sudah bilang di iyakan. Suami sekarang tidak pernah memikirkan perasaan istrinya. Semaunya saja." Katrina terus berbicara walaupun dia sudah sesegukan, dan matanya yang terus berair.
"Jeno." Jennie melihat Jeno tajam. Berani sekali membuat menantunya menangis.
Jeno yang dilihat begitu sama mamanya jadi gelagapan. Seram sekali. Tapi lebih seram ucapan istrinya yang ini.
"Tidak apa-apa, Mama sayang adik bayi," Ucap Karina sendu seraya mengelus perutnya yang sudah lumayan membesar. "Nanti kita cari kerja, ya. Mama tidak punya uang sekarang. Kalau kita tinggal di rumah kecil tidak apa-apakan, adik bayi? Lagian kita cuma tinggal berdua."
Srek ....
Jeno mendorong kursinya agak menjauh dari meja. Terus mengangkat tubuh sang istrinya duduk dipangkunya.
Karina yang tiba-tiba pindah tempat duduk langsung diam seketika.
"Istriku yang manis ini bicara apa coba. Bukan aku tidak mengizinkan kamu pergi sendiri, Sayang, aku cuma takut terjadi sesuatu sama kalian berdua. Hanya itu. Jangan pernah berpikir kalau aku tidak sayang sama calon bayi kita. Sudah, jangan menangis lagi." Jeno mengusap pipi istrinya itu dengan lembut.
"Habisnya bilang begitu." Katrina malah mencebik kesal.
"Anakmu itu tidak pengertian sekali." sindir Jennie kepada suaminya.
Jaehyun melirik istrinya, "giliran sedang begitu saja dibilang anakku."
"Iyalah, kan sifat jeleknya pasti turunan dari kamu. Kenapa? Tidak terima?"
Padahal Jaehyun belum bilang apa-apa malah sudah kena omel.
"Terima kok." Mengalah saja lah biar aman.
"Tuh lihat, daddy itu contoh suami idaman. Kamu kapan coba bisa seperti itu?" Katrina berucap sambil berkacak pinggang.
Jennie, Jaehyun, sama Jeno saling lirik mendengar ucapan Katrina.
"Iya, nanti aku belajar jadi suami idaman sama daddy. Ayo makan lagi. Terus siap-siap katanya mau pergi."
Mata Katrina melotot mendengar kata 'pergi'. "Jadi boleh, nih?" Tanya Katrina memastikan.
"Iya, Sayang, boleh."
"Yes!" Seru Karina senang. "Terima kasih, suami Karin~" Katrina turun dari pangkuan Jeno, terus duduk lagi di kursinya tadi. Lanjut makan lagi. Tidak perduli orang-orang yang menatapnya heran.
Kecuali Jennie, soalnya dia sudah pernah merasakan hal yang seperti itu.
Biasa, mood orang hamil.
...🕊️...
Sebelum pergi Karina menyempatkan diri pergi kebelakang rumah. Mari lihat keadaan orang-orang kurang ajar itu.
"Selamat pagi, Nyonya Lee."
"Pagi. Aku mau lihat keadaan mereka."
"Baik, Nyonya."
Katrina masuk ke dalam diikuti oleh beberapa orang berpakaian hitam dan tentunya berbadan besar. Mereka bodyguard yang Jeno tempatkan untuk menjaga setiap ruangan dari ketiga orang bermasalah dengan istrinya.
"Sebentar, kenapa miliknya diperban?" Tunjuk Karina kearah tengah-tengah selangk*ngan lelaki si kurang ajar.
"Tuan Jeno yang melakukannya."
"Hm, ganas juga suamiku. Awasi dia jangan sampai mati duluan."
"Tentu, Nyonya."
"Awasi juga Sooyoung. Ku lihat-lihat dia seperti orang gila. Satu lagi, suruh Anggia menguras kolam."
...🕊️...
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, akhirnya Katrina sampai juga ke tempat tujuannya.
"Jangan pergi terlalu jauh. Dan jangan bilang suamiku kalau aku ke sini."
"Baik, Nyonya." Lagian siapa juga yang mau mengadu? Batin sang supir yang masih sayang nyawa.
Katrina membuka gerbang rumah orang, lalu masuk begitu saja. Anggap saja seperti rumah sendiri. Tapikan memang rumah sendiri, sih.
Belum juga memegang gagang pintu, pintunya sudah terbuka sendiri dan memperlihat wanita manis lengkap dengan senyum manisnya pula yang terpampang jelas di mata Katrina.
Karina menelisik dari atas sampai bawah. Woah …. Ini tidak seperti penampilan dirinya sekali. "Kenapa berpenampilan seperti ini sih, Rin? Apa kata daddy sama mommy coba?"
"Awalnya mereka melihat aku sudah seperti melihat hantu, hehehe ...." Kekeh Karina. Sungguh lucu kalau mengingat kejadian itu.
"Sudah-sudah, ayo kita masuk." Katrina mendorong Karina masuk ke dalam, "tidak ada orang lain kan di rumah?"
"Tidak ada. Semua sudah aku suruh pulang."
"Bagus." Katrina mendudukkan dirinya di sofa. Katrina rindu berleha-leha sambil nonton TV.
"Na"
"Ya?"
"Berat badan tubuhku naik, ya?"
"Ah, iya, hehehe .... Habisnya aku lapar terus. Adik bayi suka makan akhir-akhir ini."
"Apa?"
Katrina menatap Karina kaget, "ya ampun! Aku lupa memberi tahu kamu! Ada bayi di dalam sini, Rin." Tunjuk Katrina kearah perutnya. "Ini bayi kalian. Eh, tapikan jiwa ku ada di tubuhmu jadi ini bagaimana menyebutnya? Bayi kita apa bayi kalian sih?" Katrina menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Tanpa Katrina sadari orang yang duduk di depannya sudah berlinang air mata.
"N-na, huwaaa ...."
"Eh, eh, kenapa nih?" Katrina panik, ia buru-buru menghampiri saudarinya.
"Adik bayi" Karina mengelus perut Katrina yang berdiri di hadapannya.
"Iya. Kamu tidak suka?" Tanya Katrina. Ia khawatir tentu saja. Sudah pinjam tubuh orang, dibuat hamil juga.
"Aku suka tentu saja. Aku jadi semakin kangen Jeno." Ucapnya lirih.
"Pulang kalau kangen, Rin."
Karina ngedongak, "pulang?"
"Iya, pulang. Lagian Jeno tidak akan tahu Karina atau Katrina. Kita sama kalau kamu lupa. Lagi pula kamu harus bertemu dengan orang-orang kurang ajar itu. Terutama orang yang sudah menodai tubuhmu." Katrina menunduk membisikkan apa yang harus Karina lakukan. "Aku ingin kamu membunuh mereka dengan tangan kamu sendiri."
"A-apa?" Karina menatap saudarinya tidak percaya. Membunuh? Aku?
"Aku tidak tahu menahu. Sana pulang. Kita bertukar tempat sebentar. Supir ada di luar, dia akan mengantar menemui Jeno."
...🕊️...
Tiga bulan lebih Karina berpisah dengan suaminya itu. Ntah permainan seperti apa yang tengah terjadi sekarang? Sangat tidak masuk akal. Tapi inilah yang terjadi. Karina bersyukur masih punya kesempatan bertemu dengan suaminya lagi.
"Jeno~"
Orang yang namanya dipanggil langsung menoleh. Jeno sedang makan siang dengan sekretarisnya. Dengar! Ini Jeno bukan selingkuh dengan sekretarisnya, ya.
"Sayang, sini."
Dengan langkah cepat Karina menghampiri suaminya
"Jalan pelan-pelan, Karin." Ucap Jeno panik. Padahal sudah sering diingatkan hati-hati. Sudah tahu sedang hamil juga.
Bruk
Sedangkan yang diperingati tidak perduli. Dia malahan sudah menempel seperti lintah.
"Aku kangen~" suara lembut nan menenangkan membuat rasa panik Jeno mereda seketika. Jeno membalas pelukan istrinya. Jeno juga sudah kangen karena berpisah beberapa jam tadi. Maklum, sindrom
Maklum Jeno ini bucin istri.
Jadilah mereka berdua peluk-pelukkan dihadapan sekretaris Jeno yang masih jomblo. Untung saja sekretaris Jeno ini sudah tahan banting dengan keadaan uwu-uwu begini. Eh jangan lupa pengunjung lain juga ikut ikutan menyaksikan kejadian uwu ini.
...🕊️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments