"Selama ini Karina sering bersamaku, mana mungkin Karina bisa menikah diam-diam." Sebagai orang yang dekat dengan Karina, jelas Mark juga ikut kebingungan.
Jeno menoleh melihat istrinya, "Karin, apa yang kamu lakukan sampai bisa masuk rumah sakit lagi? Aku sudah sering mengingatkan untuk hati-hati. Ingat, ada nyawa lain di dalam tubuh kamu. Apa kamu tidak mendengar?"
Tubuh Katrina menegang. Jeno marah. Pikiran Katrina sudah kemana-mana. Biasanya Jeno tidak marah.
"Karin?"
"Maaf, Jeno." Ucap Katrina pelan dengan kepala yang tertunduk lesu.
Seketika semua pandangan tertuju kepada Katrina.
"Dia istriku." Tentu saja Jeno yakin. Kalau bukan tidak mungkin dia menjawab pertanyaannya."Lagipula Karina tinggal di panti. Jadi mana mungkin kalian orangtuanya."
"Kalau dia bukan putri kami mana mungkin juga dia beraktivitas seperti biasanya di rumah." Wendy tidak mau kalah argumen. Jelas-jelas itu putrinya kok.
"Daripada begini, mending tanya langsung ke orangnya saja. Itu dia di sana." Tunjuk Mark ke arah Katrina. "Atau kalian punya anak kembar? Tidak mungkin orang mirip tapi sampai tidak bisa dibedakan kalau bukan kembar." Lanjut Mark.
"Kami memang mirip. Sangat mirip sampai tidak bisa dibedakan. Hanya saja sifat dia lemah lembut, sedangkan aku kebalikannya." Katrina menatap Jeno sendu. Tidak ada gunanya juga mengelak lagi.
Jeno menautkan alisnya tidak paham. Kalimat apa yang barusan istrinya ucapkan? Jeno menghampiri Katrina yang mana membuat Katrina menciut. Lari kemana jiwa bar-barnya selama ini? Saat dibutuhkan malah pergi.
"Jelaskan dengan benar." Nada bicara Jeno berubah menjadi dingin.
Matilah kau Katrina!
"I-itu Jeno ...," Suara Katrina terdengar parau lengkap dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Aku tidak menyuruh kamu menangis." Ditegur begitu air mata Katrina malah keluar dari kelopak matanya. "Kamu harus tahu, aku sangat mencintai istriku." Lanjut Jeno.
"Bertanya baik-baik, Jeno. Biar bagaimanapun Karina sedang hamil terlepas Karina istri kamu atau bukan." Wendy mengingatkan.
Jeno menarik napas perlahan menenangkan dirinya. Sebenarnya Jeno tidak marah. Dia hanya takut kemungkinan-kemungkinan yang tidak dia sukai.
"Karin sayang, jangan menangis, kasian bayi kita ikut menangis nanti." Jeno berucap lembut sambil mengelus rambut istrinya perlahan.
Katrina ngedongak melihat Jeno takut-takut. "Cerita langsung ke intinya saja, ya." Pinta Jeno.
Katrina menunduk. Dia memilin ujung bajunya untuk menghalau rasa gugup yang datang lagi. "Kalian harus percaya sama apa yang aku katakan," ucap Katrina dengan suara agak mengecil diakhir kalimat.
"Iya." Jawab mereka di dalam ruangan kompak.
"Aku sama Karina bertukar raga." Aku Katrina singkat.
"Apa? Coba ulangi." Chanyeol menyerengit bingung.
"Aku sama Karina bertukar raga. Jiwa Karina di tubuhku, dan sebaliknya." Jelas Katrina lagi. Ia tidak mendapat respon apa-apa. Semuanya melongok seakan tidak percaya dengan apa yang dia katakan. "Aku serius!" Suara Katrina sedikit meninggi karena dia kesal mendapat respon seperti itu.
"Ini cara membuktikannya bagaimana?" Akhirnya Jeno buka suara.
"Ya suruh Karina ke sinilah! Dia kan ada di rumah, Jeno!" Kesal sekali Katrina rasanya.
Jeno yang diteriaki jadi gelagapan. Orang hamil tu auranya memang menyeramkan.
Tapi kalau dipikir-pikir kok Jeno tidak mempertanyakan Karina yang di rumah? Sudah jelas-jelas di rumah ada, terus di rumah sakit juga ada. Ini Jeno yang tidak peka atau bagaimana?
"Telpon Jeno." Suruh Katrina lagi. Gemas dia dengan tingkah suaminya yang berubah jadi bodoh begitu.
"Ah, iya ...." Jeno buru-buru mengambil ponsel di saku celananya.
"Ciri-ciri suami takut istri." Bisik Mark kepada Chanyeol.
"Benar sekali." Bisik Chanyeol balik.
...🕊️...
Brak
"Jeno!"
Pintu terbuka kencang diikuti juga dengan suara teriakan nyaring tapi terdengar jelas ada rasa khawatir yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan yang di dalam tersentak kaget, refleks semuanya menoleh ke arah pintu masuk.
Orang yang dilihat melongok kaget melihat semua orang yang dia kenal ada dalam satu ruangan. Terlebih lagi ada Jeno di sana.
Tidak jauh berbeda dengan yang di dalam. Mereka bergantian melihat Karina yang nyatanya memang ada dua. Dengan mata melotot seakan mata itu bisa jatuh ke lantai.
"Ada dua." Gumam Mark. Ia masih tidak percaya tentu saja.
"Tidak mungkin semirip ini kalau bukan kembar." Renjun berkata dengan serius. Iya, Renjun ditarik Jeno untuk menjelaskan sebuah keanehan yang terjadi. Padahal Renjun mana tahu apa-apa soal itu, dia kan dokter kandungan, bukan orang pintar yang bisa menukar raga orang.
"Karin, masuk." Suruh Katrina. Dia menepuk-nepuk bagian kosong disebelahnya.
Karina masuk masih dengan tatapan yang lain yang mengikuti pergerakannya. Seram.
"Bagaimana? Aku tidak mengada-ngada, kan. Wajah kami sama, bentuk tubuh kami sama, suara kami juga persis sama. Yang membedakan sekarang perutku agak membulat, perutnya rata." Jelas Katrina.
"Jadi istriku yang mana?" Jeno bingung, sungguh.
"Ini." Katrina menunjuk Karina disampingnya. "Tubuh Karina ini." Tunjuknya ke dirinya sendiri."Mulai sekarang panggil aku Katrina jangan Karina lagi. Karena nama kami berdua sama, jadi itu akan aneh jika dengan nama yang sama."
"Ini cara membedakannya bagaimana?" Chanyeol tidak menemukan perbedaan sedikitpun.
"Tidak tahu." Karina menggeleng. Dia juga bingung.
"Coba Ren jelaskan menurut medis apa yang terjadi sekarang." Pinta Jeno kepada temannya itu.
"Mana aku tahu, Jen. Apalagi soal jiwa bertukar raga. Aku ini mengurusi bayi-bayi lucu, bukan hal begini." Keluh Renjun. Aneh sekali Jeno ini menyuruh dia menjelaskan.
"Tapikan kau dokter." Hardik Jeno.
"Apa urusannya?!" Emosi Renjun tiba-tiba naik ke permukaan.
"Karin."
"Iya?" Karina menjawab dengan suara yang terdengar lembut.
"Nama lengkap kamu siapa?" Tanya Wendy.
"Karina Jung."
"Nama panti asuhannya apa?"
"Baby Home and Orphanage."
"Nama pemilik?" Tanya Wendy lagi.
"Jung Yunho dan Jessica Jung."
Wendy ngangguk mengerti. "Boleh kalau kami ingin berkunjung ke sana?"
"Tentu. Papa sama mama pasti senang kalau ada yang berkunjung." Karina tiba-tiba senang mendengar hal itu.
Chanyeol menatap istrinya lekat. Apa yang sedang dia rencanakan?
Wendy menoleh melihat suaminya balik. Menarik tengkuk suaminya agar sedikit mendukung. Terus Wendy berbisik, "apa kamu tidak tertarik untuk melakukan tes DNA?"
...🕊️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments