Karina Katrina 18

Kegiatan rutin yang Karina lakukan kurang lebih 4 bulan lamanya, yaitu kuliah. Dulu dia memang tidak kuliah, ia hanya sampai jurusan menengah ke atas, tapi kini ia terdampar di tempat ini. Awalnya ia memang sangat tertutup dengan teman seangkatannya, ya dia tidak mengenal mereka semua. Terlebih gaya saudarinya yang bar-bar jelas membuat dia tertekan.

Bulan awal dia sempat mendapat masalah dari orang-orang yang tidak menyukai saudarinya, mereka yang melihat sikap saudarinya lebih kalem dan pendiam tidak seperti biasanya yang mereka kenal, tentu itu kesempatan untuk mereka buat balas dendam. Itu sudah jelas. Karina merasa terlindungi ketika kakak tingkatnya yang bernama Mark selalu menemaninya tanpa tahu identitas aslinya. Mark hanya tahu dia sedang dalam suasana hati tidak baik-baik saja sehingga merubah sikap bar-barnya.

Setelah bertemu dengan saudarinya akhir-akhir ini, dia mulai berani merubah sikapnya demi ketenteraman dia sendiri selama di lingkungan kampus. Jika ia tetap diam, maka orang-orang yang membenci saudarinya akan bersikap kurang ajar padanya. Mau tidak mau ia harus berubah menyesuaikan, karena Mark tidak bisa terus ada disampingnya. Mark kini mulai membantu bisnis keluarganya membuat Mark lebih sibuk dari biasanya.

Dan seperti inilah jadinya, ia senantiasa melemparkan pandangan tajam kepada orang-orang ketika ia sudah mulai merasa terganggu. Ditambah pelajaran yang lebih banyak tidak ia sukai, semakin membuat ia pusing. Sudah tidak sesuai dengan jati diri, ditambah gila oleh pelajar pula. Ia akan meminta bagi gelar nanti pada saudarinya itu. Lihat saja nanti. 

Tapi namanya juga orang kurang kerjaan, pasti ada saja yang tidak senang dengan ketenangan. Karina yang sibuk makan mendapatkan pesan dari saudarinya. Akhir-akhir ini intensitas berbagi penglihatan mereka semakin sering terjadi. Saudarinya itu mengatakan kalau ada beberapa orang tidak jauh dari tempat duduknya telah memandanginya dengan sinis, jelas ada yang sedang mereka rencanakan.

Biasanya kalau itu Katrina, ia pasti sudah membalas tatapan sinis itu dengan sinis pula. Karena Karina sedang malas meladenin mereka, jadinya ia diam saja fokus dengan makanannya. Tidak lama berselang, sebuah kertas yang sudah diremat mendarat tepat di mejanya. Tanpa pikir panjang Karina membukanya. Pelakunya sudah jelas tentu saja. Tingkah mereka sudah seperti anak SMP saja.

"Biasanya kalau kembar bisalah ya berbagi suami."

"Mending berbagai, kalau diam-diam nyamar seru juga tuh. Bisa main tanpa ketahuan dong."

"Tidak menutup kemungkinan sih, kita mana tahu."

"Yang enak tuh berbagi suami sama anak lho ...." Karina menjawab lantang membiarkan orang-orang mendengar. "Kenapa juga harus sembunyi-sembunyi. Sesama kembaran kan harus berbagi, lah." Karina tersenyum lebar kepada beberapa orang yang menyinggungnya.

Lagian kenapa juga mengatainya 'wanita murahan simpanan suami kembaran', toh aslinya mereka memang sudah berbagi secara tidak langsung sih. Walaupun beda niat dan kasusnya. Orang-orang mana tahu. Biarkan orang mengira demikian. Toh mengaku sendiri lebih enak daripada digunjing.

"Kalian iri, ya? Suami saudariku itu luar biasa tampan. Kalian kalau ditawari juga pasti mau jadi selingkuhan." Ucap Karina santai.

"Santai sekali kau bicara." Ia menatap Karina heran.

"Lho, kenapa juga harus rusuh?  Mending santai saja."

"Kau tidak malu berkata begitu?"

"Kenapa juga harus malu, biasa saja. Lagipula itu urusan keluarga kami, tidak udah ikut campur. Urusi saja hidup kalian sendiri. Oh ya, berhenti bersikap kekanakan dengan melempar kertas berisikan makian begini."

"Baru kali ini ada orang bersikap buruk bicara santai seperti tidak ada dosa." Ia menyerengit tidak suka.

"Lelaki beristri dua memangnya salah?" Tanya Karina.

"Kau belum menikah, ya."

"Segera." Timbal Karina.

"Kalau begitu jauhi Mark Lee."

"Aku mau suami dua." Jawab Karina cepat.

Orang-orang yang mendengarkan tentu saja terkejut.

"Jadi, berhenti cemburu karena kedekatan ku dengan Mark. Kami sudah ada rencana." Karina memperingati sebelum ia pergi dari sana. Nafsu makannya sudah hilang.

🕊️

"Ideku bagus, kan?"

"Lumayan. Lagipula untuk saat ini hubungan kita memang akan seperti ini. Biarkan saja mereka tahu. Terlalu ikut campur urusan orang."

"Bagus. Kamu memang harus merubah sifatmu. Kehidupan keluarga kita tidak setengah itu."

"Aku tahu. Mark juga sudah mengingatkan. Musuh keluarga kita tentu tidak bisa membedakan kita, jadi aku memang harus hati-hati."

"Untuk sementara memang mereka tidak tahu. Tapi kita memang harus jaga-jaga. Kamu coba berlatih bela diri juga berlatih menggunakan benda tajam misalnya. Setidaknya bisa melindungi diri sendiri dulu."

"Akan aku usahakan. Aku merasa tidak nyaman jika terus diawasi oleh bawahan Daddy. Mana mereka seram semua lagi."

"Pulang dengan Mark Oppa?"

"Hm. Dia sudah menunggu di depan."

"Ya sudah. Hati-hati di jalan. Aku tutup dulu."

"Tentu."

Karina melambaikan tangannya menyapa Mark yang menunggu di luar mobil. Sepertinya dia barusan berbincang dengan temannya.

"Langsung mau mengurus surat?"

Karina mengangguk, "sekalian sudah di luar. Lagipula Jeno sibuk dengan tingkah ngidam Katrina."

"Ngidam apa lagi kali ini?"

"Dia ingin warna rambut Jeno jadi blonde. Jadilah mereka ada di salon sekarang."

"Untung masih masuk akal."

"Kamu jangan terlalu santai." Karina mengingatkan, "ngidamnya suka tidak tahu diri begitu."

"Ya, semoga saja dari sekarang ngidam yang masuk akal."

...🕊️...

"Gantengnya~" Katrina tidak habis-habisnya memuji Jeno. Ia bahkan enggan memalingkan pandangannya dari Jeno.

Jeno yang dipuji begitu senang tentu saja. Lagipula dia mau bagaimana pun tetap ganteng kok.

"Kita ke mana dulu sudah ini?" Tanya Katrina.

"Kita ke hotel duluan. Mark Hyung sama Karina nyusul." Timbal Jeno.

"Hooo .... Itu kalian yakin mau buat surat perceraian? Apa tidak heboh kalau ada yang tahu?"

"Entahlah, mungkin saja ada."

"Anggia sih pasti senang kalau tahu."

"Mungkin dia sudah tidak mau lagi. Dia hampir mati begitu."

"Kalau orang obsesi sepertinya tetap mau deh, Jen."

"Apa mau kita lepaskan saja untuk melihat reaksinya?"

"Sudah itu kita perang begitu? Nanti saja lah. Tunggu anak kita lahir."

"Semoga saja keluarganya belum sadar kalau putrinya jadi tawanan."

"Dalam waktu dekat pasti mereka menanyakan. Secara berita tentang kami sudah tersebar." Katrina menimang-nimang apa yang akan terjadi kedepannya.

"Tapi bukankah bagus? Kita jadi punya alasan untuk menyingkirkan keluarga mereka."

"Bagaimana kalau beritahu keadaan putrinya, lalu Karina jadikan umpan? Buat seolah mereka yang mencari masalah duluan dengan ingin menyingkirkan menantu pertama Lee. Dari yang aku dengar, mereka tidak akan mengumbar kekalahan demi menjunjung tinggi rasa egois mereka. Jadi, mereka pasti tidak akan memakai pembelaan kalau putrinya kita perlakukan tidak manusiawi." Jelas Katrina.

"Hm, lumayan juga. Tapi resikonya besar untuk Karina."

"Kita bicarakan lagi saja setelah berkumpul nanti." Final Katrina.

Musuh lebih baik disingkirkan lebih cepat.

...🕊️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!