"Arghh!"
Teriakan serta makian tidak absen keluar dari Sooyoung yang kini nampak mengenaskan.
"Teruslah memaki, teruslah berteriak, karena aku suka. Dan aku semakin bersemangat."
"Gila!"
"Oke."
Jeno semakin bersemangat memberika hukuman yang setimpal sesuai apa yang telah diperbuatnya. "Nah …. Jari kelingking sudah selesai. Besok gantian jari manis, ya, Mama Sooyoung."
Sooyoung tidak menanggapi perkataan Jeno. Dia sibuk menahan rasa sakit dijarinya. Belum lagi kepalanya yang terdapat memar dan luka sobek akibat kena hantam tongkat besi yang membuatnya jatuh mengenai ujung meja kaca tadi, hingga ia kehilangan kesadaran. Malang sekali.
"Sebentar lagi dokter akan datang mengobati luka kecil ini, Mama. Jadi jangan sedih, ya. Mama tidak akan mati dalam waktu dekat." Jeno meninggalkan ruangan itu setelah mengunci pintu dengan sensor wajahnya.
Ruangan yang di tempati Sooyoung merupakan gudang tempat mereka menyiksa Karina selama ini. Gudang itu sudah dilapisi dengan busa-busa tebal yang menempel di dinding, mengeluarkan semua benda atau barang keras untuk mencegah siapa tahu Sooyoung ingin bunuh diri. Karena perjalanannya masih sangat panjang.
Anggia, di mana dia?
Anggia di kurung tidak jauh dari tempat Sooyoung berada. Hanya saja Anggia sekarang tengah menonton movie pembunuhan yang membuat siapa saja bisa kehilangan nafsu makan selama beberapa hari. Jeno berkata bahwa itu gambaran penyiksaan yang akan Anggia terima nanti.
Demi apa pun, Anggia hampir mati ketakutan.
...🕊️...
"Karin~" Panggil Jeno ceria, ketika dia masuk dalam ruang rawat, istrinya itu sudah duduk sambil ngemil. Terlihat sudah lebih baik dari beberapa jam yang lalu.
"Suami Karin~" Karina melambaikan tangannya melihat suaminya datang.
"Bagaimana? Apa ada keluhan?"
"Eum ..." Karina ngangguk, "perut Karin sakit sekali. Dia menghitam." Adu Karina.
Jeno duduk di samping Karina. Menyingkap sedikit baju yang Karina kenakan, warna kulit bekas pukulan itu sangat kontras dengan kulit putih Karina. Kalau Jeno perhatikan mirip lintah yang menempel.
"Sudah diberi obat, kan?"
"Sudah. Tadi Renjun yang bantu."
Jeno menaikkan sebelah alisnya, "tumben?" Tanya Jeno heran.
"Hah?"
"Biasanya panggil Injun bukan Renjun."
"Oh itu …. Tidak tahu. Aku lagi ingin memanggil Renjun saja. Mungkin bawaan adik bayi." Karina menjadikan bayi mereka sebagai alasan.
Jeno sedikit melotot kaget. "Hampir lupa. Bagaimana keadaan bayi kita?"
Karina merasa lega. Untung Jeno bisa dikelabui dan tidak bertanya macam-macam. "Dia tidur." Karina berucap sambil mengusap perut bagian bawahnya.
Jeno mengedip-ngedip pelan, "dari mana kamu tahu kalau dia sedang tidur?"
"Iya dong .... Inikan sudah hampir larut."
"Kalau begitu Mommy juga harus tidur."
"Mommy?"
"Iya, kamu mommynya adik bayi sama Daddy."
"Nah, Daddy juga harus tidur kalau begitu. Sini naik, Mommy sama adik bayi mau peluk." Karina bergeser memberikan tempat untuk suaminya tidur.
Siapalah Jeno yang ingin menolak. Maka dengan senang hati Jeno bergabung dengan istri dan calon anak mereka.
"Cepat sembuh, Mommy."
"Terima kasih."
"Pejamkan matanya, cepat tidur."
"Hm." Karina memejamkan mata menikmati elusan tangan Jeno di punggungnya.
Nah, semoga pas pulang nanti pemilik tubuh ini merasa bahagia dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, tanpa ada gangguan dari makhluk ular seperti Anggia dan Sooyoung.
Dan untuk Daddy dan Mommy Karina yang tercinta, semoga kalian baik-baik saja sampai anak kalian yang cantik ini pulang.
Ngomong-ngomong, siapa yang menempati ragaku? Jangan-jangan setan lagi!
Oke. Karina tidak jadi tidur gara-gara memikirkan nasib raga tercintanya.
...🕊️...
Setelah 5 hari menjalani perawatan, hari ini Karina di izinkan pulang. Walaupun masih tidak diperbolehkan melakukan aktivitas yang berlebihan.
Waktu diperjalanan tadi wajah Karina terlihat senang, tapi ketika sampai rumah, berubah menjadi menyeramkan. Mood Karina langsung turun drastis. Dan itu mengundang perhatian Jeno.
"Karin kenapa?"
"Aku yang salah lihat apa memang wajah-wajah maid semuanya terlihat asing?"
"Mereka memang maid baru. Yang kemarin sudah aku pecat."
Karina mendelik tajam mendengar hal itu. "Kenapa tidak bilang sama aku dulu?!"
"Karena mereka terlibat, jadi aku pikir untuk apa masih mempekerjakan mereka lagi." Tindakan Jeno memang benar. Tapi tetap saja dia tidak berdiskusi terlebih dahulu.
"Ya harusnya minta pendapat aku dulu. Aku belum balas perbuatan mereka yang sering mengacuhkan perintahku."
"Tapi biasanya kamu tidak pernah membalas perbuatan seperti itu--"
"Ssttt!" Karina menatap Jeno tajam, "kamu tidak pernah merasakan tidak dihargai oleh orang asing di rumah sendiri. Jadi, jangan pernah membahas kebiasaanku yang tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan pula. Kamu juga tidak tahu rasanya sesulit apa mengontrol emosi. Aku ini sedang hamil Jeno, ini sulit bagiku. Pokoknya mereka harus kembali ke sini. Aku mau balas dendam. Kamu mengerti?" Tanya Karina masih dengan menatap suaminya tajam.
Jeno ngangguk cepat. Ia cari aman tentunya, "iya, mengerti."
"Nah .... Mana siluman ular sama tua bangka itu sekarang?"
Jeno melotot kaget mendengar ucapan istrinya, "ada di rumah belakang." Tapi Jeno tetap menjawab cepat.
"Bagus."
Sejak kapan bisa berkata seperti itu? Apakah efek kehamilan bisa merubah drastis sifat seseorang? Jeno tentu saja suka dengan perubahan sifat istrinya itu, walaupun apa yang ditakutkan Jeno sudah terjadi. Tapi tidak begini juga maksud Jeno. Ini tidak ada lemah lembutnya, jadinya menyeramkan.
...🕊️...
"Kok tidak bisa terbuka?!" Seru Karina kesal.
Karina menjauh sedikit dari posisinya berdiri tadi. Kemudian mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu.
"Heh!" Jeno menahan tubuh Karina yang siap menghempas pintu. "Jangan bar-bar, Karin sayang. Ingat, kalau sedang hamil." Ia hampir jantungan kalau begini ceritanya.
"Salahkan pintu kenapa tidak mau terbuka!" Karina menunjuk-nunjuk pintu kesal.
"Sini mendekat."
Click
"Eh?" Karina memegang wajahnya lengkap dengan ekspresi terkejut sekaligus bingung, "kok?" Karina noleh melihat Jeno disampingnya.
"Ayo masuk, Rin." Jeno mendorong tubuh Karina perlahan masuk ke dalam.
"Woah~ Tangannya seperti mumi~" Seru Karina senang.
Sooyoung terlonjak kaget dari lamunannya. Menatap waspada sepasang suami istri yang terlihat bersemangat dihadapannya ini.
"Karin mau mencoba?" Tawar Jeno.
"Coba apa?"
"Menguliti jarinya. Itu sebelah kiri masih bagus."
"Ah jangan .... Biarkan satunya. Kita harus menyisakan sedikit sisi kemanusiaan kita. Tidak lupa memberi dia makan, kan? Dia harus menyapa bayi kecil kita nanti."
Ternyata masih ada sisi lemah lembutnya, Jeno membatin.
Jeno tidak tahu saja niat Karina dibalik itu.
"Nah, Mama yang baik, jangan lupa istirahat agar tetap sehat." Petuah karina bijak, "suami Karin, ayo." Ia melingkarkan lengannya di lengan suaminya.
"Tidak mau melihat Anggia?"
"Besok saja. Aku mau istirahat dulu." Jeno mengangguk menanggapi.
Click
Pintu kembali tertutup. Sooyoung cuma bisa menatap nanar pintu itu. Kalau ditanya apakah Sooyoung menyesal membuat sisa hidupnya terlihat menyedihkan? Ntahlah, Sooyoung masih tidak memahami situasi sekarang. Sooyoung berharap Jaehyun tidak melupakan balas budinya dan membawanya keluar dari sini. Ya semoga saja.
...🕊️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments