Karina Katrina 15

"Tidak, aku tidak merebut Jaehyun. Jaehyun bilang akan menikahi aku untuk balas budi karena aku sudah menyelamatkannya. Dan aku tidak pernah punya niat merebut suami, Nyonya."

"Dih, tukang drama." Kalau bukan atas dasar kasihan, mungkin Sooyoung sudah lama Jennie singkirkan. Sejak apan pula suaminya itu menawarkan balas buda dengan pernikahan. Pembohong ulung.

"Kamu mau-mau saja di poligami, Jen."

"Itu cuma status saja. Jaehyun tetap suamiku tanpa ada orang ketiga dalam rumah tangga kami. Itulah kenapa dia tinggal bersama Jeno. Karena Jeno orangnya acuh tak acuh. Kalau aku males sekali melihat wajah dia setiap hari."

"Tapi dia tidak tahu diri, kan?"

"Benar. Ambil saja dia kalau mau. Toh dia tidak berguna." Jennie sudah tidak perduli. Untuk apa mengasihani orang sepertia dia. Dulu ia memberikan kesempatan memberikan tempat untuk berteduh, tapi sekarang, melihat semua tingkah lakunya, tidak lagi.

"Tentu saja aku akan mengambilnya. Sekaligus memulangkan dia ke sang pencipta, hehe ...."

"Mommy, kalau mau menyiksa dia silahkan, tapi bagian mencabut nyawa itu bagian Karina." Ucap Katrina.

"Ide bagus!" Seru Wendy semangat, "Karina, sini Mom ajari caranya."

"Ini ide buruk!" Karina bersembunyi dibalik tubuh Katrina. Mana siap dia tiba-tiba disuruh bunuh orang.

"Karin, ingat tadi aku bilang apa? Kamu harus berani." Katrina memberi semangat kepada saudarinya.

"Mom, belum bilang kalau kita kembar." Saut Karina menolak.

"Alah, itu urusan belakangan. Jangan jadi manusia bodoh yang mau diperlakukan tidak manusiawi begitu. Balas perbuatan mereka! Sini aku ajari." Katrina kekeh dengan pendirinya sejak awal. "Ini, genggam kuat belati ini." Suruhnya.

"Katrina, mental ku belum kuat!" Tangan Karina gemetar. Dia tidak pernah berpikir kalau hal itu akan terjadi padanya.

"Karin, bagaimana kalau Jeno saja yang ku antar pulang ke sang pencipta, hm?" Perkataan Katrina membuat Karina langsung berhenti memberontak.

"Jangan bercanda." Ucap Karina lirih.

"Aku serius."

"Kalian berdua jangan membuat korban menunggu lama." Wendy sudah berkacak pinggang melihat perdebatan keduanya seakan tidak ada akhir.

"Mending Mom urusin calon korban yang di dalam sana." Suruh Katrina.

"Siapa?"

"Lelaki brengsek yang pernah meniduri Karina karena dijual oleh Sooyoung." Licin sekali mulut Katrina memang.

"Sooyoung, kau!" Wendy menendang wajah Sooyoung sekuat tenaga menyebabkan darah mengalir dari hidung Sooyoung. Mungkin saja tulang hidungnya patah.

"Jeno?"

"Ikut aku, Dad."

Rencana Chanyeol hanya menjadi penonton ternyata tidak terwujud. Laki-laki kurang ajar itu harus mati hari ini! Berani sekali dia menyentuh putrinya.

Mereka berdua memasuki ruangan yang terdapat seseorang dengan keadaan memprihatinkan karena banyaknya balutan perban melilit tubuhnya. Setelah menyiksa memang si korban langsung mendapat perawatan agar dia bisa merasakan siksaan lebih lama.

"Kurasa dia sedikit lemah, Dad. Mau kita apakan dia sebelum dia meregang nyawa?"

"Kita sebut dengan hidangan bernyawa. Dagingnya nanti untuk makan peliharaan, Daddy."

"Menarik." Jeno tersenyum simpul melihat calon korban sudah tampak gelisah. Menyenangkan.

"Siapkan alat makan." Perintah Jeno kepada bodyguardnya, "aku sudah tidak sabar memotong hidangan."

Sesuai perintah, para bodyguard dengan cepat menyiapkan semua alat yang dibutuhkan, mulai dari meja makan tentu, piring lengkap dengan garpu, dan pisau yang tajam.

Sebagian bodyguard menyiapkan hidangan tersebut. Melepas semua pakaian serta perban yang membalut tubuhnya. Lalu meletakkan tubuh itu di atas meja, lalu mengikat kedua kaki serta tangan si hidangan.

"Dia banyak luka."

"Dia memang harus mendapatkannya."

"Benar. Aku suka punya menantu sepertimu." Kemudian Chanyeol menepuk pundak Jeno.

"Terima kasih, Dad."

"Ayo kita mulai, Menantu."

"Baik, Mertua."

"Aku suka daging paha," pisau dengan ujung runcing itu perlahan tertekan masuk menembus daging, "karena dagingnya tebal."

"Daging di pipi tidak kalah tebal, Jeno. Tebal karena hidangan ini penuh akan lemak. Tidak apa-apa, Daddy suka daging berlemak."

"Daddy penasaran kenapa hidangan kita ini cuma bisa mengeluarkan air mata tanpa suara?" Tanya Jeno.

Chanyeol menggeleng. "Dokter memberitahu dia mengalami stroke." Lanjut Jeno.

"Kasihan sekali. Daddy ikut prihatin."

...🕊️...

"Apa kita mau mengikuti cara Daddy, Mom?" Katrina bertanya antusias.

"Mom sih terserah. Masalahnya apakah Karina kuat?" Wendy melirik Karina yang sudah pucat pasih.

"Cara mereka terlalu lamban. Mending Karin mencoba pakai ini saja." Dengan wajah yang tersenyum lebar, Jaehyun menyodorkan kapak kepada Karina.

Rasanya Karina mau menangis saja. Apalagi melihat tatapan putus asa Sooyoung. Kalau Karina jadi Sooyoung, mungkin Karina sudah tidak sadarkan diri dari tadi saking takutnya.

"Sini, biar Mom yang contohkan caranya." Wendy mengambil kapak dari tangan Jaehyun.

Prak

Bruk

Karina terduduk di lantai dengan kedua tangan menutup telinganya. Badannya bahkan gemetar menggambarkan betapa takut dirinya. Suara Karina dan Sooyoung bersahut-sahutan. Yang satu ketakutan dan satunya kesakitan.

"Bunuh saja aku!" Pinta Sooyoung kepada Wendy. Sooyoung lebih memilih langsung mati daripada merasakan sakit yang amat karena sedikit demi sedikit anggota tubuhnya dipotong dalam keadaan sadar begini.

"Tentu. Tapi nanti, hahaha ...." Tawa Wendy nyaring.

"Psikopat!"

"Bagaimana, ya .... Kalau dikatakan psikopat sepertinya bukan. Karena aku tidak mencari kesenangan dengan membunuh orang. Hanya saja aku senang membunuh orang yang berhasil membangkitkan rasa dendam ku." Ucap Wendy santai.

"Bagaimana kalau kaki sebelahnya kita potong juga? Dari pergelangan kaki saja, ya."

Terkadang seseorang akan kehilangan rasa kemanusiaan karena dendam yang dia rasakan.

...🕊️...

Setelah kejadian tadi yang membuat Karina syok sampai tidak sadarkan diri, yang mana membuat semua orang panik dan meninggalkan kegiatan mereka semua. Tidak perduli meninggalkan orang yang memohon untuk langsung diakhir hidupnya, yang kini menahan sakit karena sebagian tubuhnya sudah terpisah dari tubuh.

Sooyoung tergeletak di atas lantai yang sudah tergenang oleh darahnya sendiri, hanya menangis meratapi keadaannya yang harus meregang nyawa dalam keadaan mengerikan. Kedua kakinya sudah terpisah dari tubuh, begitupun tangan kanan serta telinga sebelah kanannya.

Kalau bisa memutar waktu, Sooyoung tidak akan mau menjadi penghianat hanya karena penolakan atas rasa cintanya, tidak akan tega memisahkan anak dari ibunya, tidak pula gila akan harta.

"Penyesalan memang akan datang diakhir, Sooyoung. Aku sudah memperingatkan kau untuk tidak mengambil langkah yang salah. Ini bayaran karena membuat aku hanya bisa melihat pertumbuhan salah satu putriku dari jauh." Chanyeol memang sudah mengetahui keberadaan putrinya, dan merahasiakan itu dari istrinya. Tentu ia punya alasan akan hal itu.

"Apa jatuh cinta merupakan kesalahan, Chan?" Sooyoung menatap Chanyeol sendu.

"Tentu tidak."

"Yang salah itu kau, kenapa juga jatuh cinta kepada orang yang jelas sudah punya istri." Sela Katrina. "Ayo Dad, tinggalkan saja dia. Karina sudah sadar tuh."

...🕊️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!