Karina Katrina 20

Sesuai dengan rencana awal, Karina yang berniat tinggal dengan Mark sampai beberapa hari ke depan, dengan berat hati ia bertolak ke kediaman kedua orangtuanya. Ternyata sang papa sudah tidak sabar menunggu dia di rumah. Karina langsung menghampiri papanya di halaman belakang rumah. Di sana, sang papa sudah berkutat dengan beberapa benda yang dikatakannya kemarin.

“Papa.” Karina melambaikan tangannya menarik perhatian sang papa.

“Datang sendiri?” Tanya Chanyeol.

“Iya, Mark Oppa ada jadwal kuliah pagi ini.” Ia mendudukan dirinya dihadapan papanya. “Papa dapat benda seperti ini dari mana? Tidak akan jadi masalah dengan pihak yang berwajib, kan?”

Chanyeol tertawa lepas mendengar perkataan putrinya yang polos ini. Sungguh Karina sangat berbanding terbalik dengan Katrina. “Tentu saja tidak. Dunia ini luas, di luar sana banyak kejadian berbahaya yang tidak pernah kita bayangkan. Jangan menilik dari hal-hal awam yang terjadi pada umumnya yang kamu lihat. Benda-benda seperti ini sudah bukan rahasia untuk dunia bisnis seperti keluarga kita. Kita memiliki banyak musuh. Persaingan dunia bisnis sangat kejam.” Jelas Chanyeol kepada putrinya.

“Seperti di film-film itukah kejadiannya?”

“Kurang lebih begitu. Lebih dramatis atau tidak tergantung situasi.”

“Seram juga.” Karina jadi bergidik membayangkannya.

“Bisa juga seperti kejadi Sooyoung.” Tambah Chanyeol.

“Jangan di bahas lagi yang itu, Pa. Aku jadi tidak mau nginap di sini nanti.” Karina cemberut. Sudah tahu dia takut, masih saja diingatkan lagi.

“Lho, kamu harus terbiasa. Malahan mamamu tu mau mengajak nontong bersama movies psikopat katanya.”

Karina melongok mendengar perkataan itu. Keputusannya untuk tinggal bersama dengan Mark Oppa semakin bulat. Ini sangat mengerikan. “Sudah-sudah, nanti saja melakukan kegiatan begitu. Mending Papa ajarin aku dulu. Aku mau belajar menembak saja lah.”

“Papa!”

Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Terlihat perempuan dengan perut agak membuncit tengah berlari kecil sembari melambaikan tangannya, lalu sebelahnya menggandeng lengan seseorang dengan langkah lebarnya.

“Aku ikut main, ya. Jeno mau pergi kerja soalnya.” Ucapnya semangat setiba dihadapan sang kembaran dan papanya itu.

“Tentu saja, Sayang. Sekalian kamu bisa sembari mengajari Karina juga.” Timbal Chanyeol. Dia malah senang berkumpul dengan kedua putrinya. Kapan lagi, kan. Mumpung dia tengah cuti hari ini.

“Ini kami bawa cemilan untuk menemani berlatih, Pa.” Jeno meletakkan jinjingannya ke atas meja. Kemudian dia membisikkan sesuatu, “Katrina masih suka ngidam yang agak menyusahkan akhir-akhir ini. Papa hati-hati.” Peringat Jeno.

“Tenang saja. Papa sudah pernah melewati masa-masa seperti ini kok.” Jawab Chanyeol menenangkan menantunya.

“Semoga Papa kuat. Kalau begitu aku pamit dulu.”

“Hati-hati Daddynya anak kami~” Katrina melambaikan tangannya.

Sedangkan Chanyeol menyerengit mendengar salam perpisahan dari putri ajaibnya itu. ‘Anak kami’ katanya! Seketika kepala Chanyeol terasa sakit. Kalu begini seperti Jeno memang mempunyai dua istri.

Dor!

“EH!” Chanyeol reflek menangkap tubuh putrinya yang hampir saja jatuh membentur tanah.

“Oh, aku agak lemah karena capek mungkin, ya. Bawaan bayi sepertinya ini.” Katrina dengan santai berkata begitu. Tidak tahu saja dia ada dua orang berbeda jenis kelamin dan berdarah sama dengannya itu hampir mati berdiri. Bisa saja ia mengalami pendarah untuk yang ketiga kalinya.

“Bar-bar sekali kamu ini. Nanti cucu Papa tidak jadi melihat dunia, Katrina.” Chanyeol benar-benar sakit kepala. Apa tekanan darahnya tinggi?

“Suruh Jeno saja yang jaga, Pa.” Lalu Karina mendapat delikan sinis dari saudarinya itu.

“Itukan suami kamu. Harusnya kamu saja sana pergi dengan Jeno.” Katrina mengingatkan status mereka.

“Itukan ayah dari anak kamu. Sudah sewajarnya kamu dalam pengawasannya.” Balas Karina tidak mau kalah.

Chanyeol yang berada ditengah-tengah cuma melongok melihat keributan yang terjadi. Ternyata begini rasanya mengurus anak kembar, ya. Membuat pusing saja.

“Kalau kalian tetap bersitegang begini, Papa kembalikan saja kalian ke pawang masing-masing, ya?” Ancam Chanyeol.

Katrina buru-buru memeluk saudarinya. “Nih, sudah baikan kok, Pa.” Ia tersenyum memandang papanya. Tidak ingin dijaga Jeno dulu, pasti setiap tindakannya selalu dikomentari oleh lelaki bermata sipit itu.

“Sudah, sini Karina, Papa ajari.”

Karina melengang dari pelukan saudarinya, mendekati sang papa. “Papa berdiri di belakangku, ya. Aku tidak mau hampir jatuh seperti Katrina tadi.” Karina sudah mewanti duluan.

“Iya, tenang saja.” Chanyeol berdiri tepat di belakang Karina, memberikan instruksi kepada sang putri. “Bidik tempat ditengah, fokuskan pandangan lurus ke depan. Tubuhnya jangan tegang begitu, pegang dengan erat. Kalau dirasa sudah pas, lepaskan.”

Karina menarik napas perlahan, lalu membuangnya. Ia memfokuskan pandangannya pada sasaran di depan sana.

Dor!

Bruk

Karina terdorong ke belakang. Jelas dia terkejut kalau benda itu sulit dikendalikan.

“Untuk permulaan ini hal yang wajar. Kamu akan terbiasa nanti. Sering-sering latihan saja.” Chanyeol mengelus surai sang putri.

“Tapi itu lumayan. Geser sedikit dari sasaran.” Ucap Katrina, “dulu pertama kali, aku bahkan melesat ke pohon.”

“Nanti aku coba lagi. Kalau belati itu latihannya bagaimana? Berkelahi beneran begitu?”

“Kalau kamu mau mendapat lawan sungguhan, masuk saja ke sarang pasar gelap. Tapi resikonya kami tidak akan selamat.” Jawab Katrina santai.

“Kamu memberi masukan tidak masuk akal. Dasar ibu hamil.” Chanyeol menggelengkan kepalanya.

“Hehehe ….” Katrina terkekeh geli melihat wajah masam saudarinya.

“Pakai apel saja untuk menjadi target. Kamu harus menggunakan kekuatan lengan tapi.” Saran Chanyeol.

“Aku coba dulu deh. Latihan begini seperti main perang-perangan saat masih kecil saja.” Gumam Karina. Dia berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan papa dan saudarinya yang mungkin saja memulai sesi gibah mereka. Sebenarnya Katrina sih yang suka gibah.

“Bagaimana dengan rencana hubungan kalian kedepannya?” Chanyeol penasaran. Mereka terlihat santai seperti tidak ada niatan memperjelas hubungan.

“Karina sudah mengurus surut perceraian dengan Jeno kemarin. Lalu, untuk pernikahan mungkin Mark dengan Karina duluan. Kalau aku kan orang tahunya Karina yang memang sudah menjadi istri Jeno, nantinya kami akan menikah secara tertutup saja, lalu untuk resepsi digabungkan dengan tujuh bulan kandungan. Untuk sementara ini keputusan yang kami ambil, Pa.” Jelas Katrina.

“Mark sama Karina sudah menentukan kapan?”

“Sudah menjatuhkan keluarga Kim, mungkin.” Jawab Katrina tidak yakin. Mereka belum membicarakan lagi soal rencana itu.

"Semangat sekali kalian ingin menghancurkan Kim."

Ya, Kim memang mengganggu, tetapi menilik dari kasus kemarin Chanyeol rasa bukanlah keluarga Kim sasaran utama. Kalau memang ingin menghancurkan, maka Chanyeol akan memilih tuan terakhir Sooyoung. Dia adalah pelaku paling terlibat dari kejadian yang menimpa keluarganya.

"Itu akibat dari mereka yang terlalu berani menantang bahaya. Bisa-bisanya mengirim putri sendiri ke dalam kandang serigala."

...🕊️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!