"Namanya Karina, kami lihat di ukiran kalung." Jelas seorang perempuan yang bernama Jessica, yang merupakan ibu panti di mana tempat Karina dibesarkan selama ini.
"Bulan berapa?"
"Bulan Agustus. Waktu dini hari di mobil Van."
"Apa ada mobil Van waktu itu?" Wendy lupa akan hal itu.
Chanyeol menggeleng, "tidak ada mobil sama sekali." Seingatnya begitu.
"Berarti ada yang membantu dia membawa Karina."
"Jadi maksud kalian Karina diculik waktu itu?" Jessica tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.
"Iya. Kami tidak menyangka baby sitter itu ternyata orang suruhan musuh keluarga kami." Jawab Wendy.
"Pantas saja aku merasa tidak yakin kalau Karina dulu sengaja dibuang. Karina terlihat sangat terawat."
"Sebenarnya saat itu Karina sedang masa pemulihan." Ucap Chanyeol.
"Pemulihan karena apa?"
"Operasi."
"Benarkah? Tapi saat aku periksa tidak ada bekas luka operasi." Yunho jelas ingat. Ketika itu ia melihat ada bayi, dia sigap langsung memeriksa keadaan sang bayi.
"Sudah kelang sebulan dari oprasi, rambut Karina cepat tubuh memang."
"Sebentar, berarti yang di operasi kepala? Memangnya Karina sakit apa?"
"Itu bukan sakit. Kamu percaya tidak kalau Karina itu kembar?"
Mata Jesicca berbinar-binar. Kalau Karina kembar, berarti dia tidak perlu berebut sama suaminya yang suka sekali memonopoli Karina yang imut.
"Jadi hubungan operasi sama kembar ini maksudnya Karina kembar siam begitu?" Tanya Yunho memastikan.
"Benar sekali. Kepala mereka berdua menempel. Padahal pas USG tidak terlihat sama sekali kalau akan terjadi seperti itu." Jelas Wendy.
"Untung saja operasinya berhasil." Chanyeol bersyukur tentu saja.
"Ya, untung saja."
"Ngomong-ngomong, kapan kalian akan memperkenalkan kembaran Karina? Aku tidak sabar melihat Karina ada dua." Jessica exited tentu saja.
"Nanti, setelah hasil tes DNA keluar." Jawab Wendy. Semua harus dipastika dengan bukti nyata tentunya. Walaupun dilahat saja sudah pasti kalau itu anak mereka yang hilang, tapi tetap saja, akan lebih menyakinkan jika sudah melakukan prosedur akurat.
...🕊️...
"Mana Katrina?" Tanya Karina.
"Ada di kamar tuh. Kamu tidak kuliah hari ini?" Tanya Jeno.
"Tidak ada kelas, hehe .... Aku ke kamar dulu, ya." Pamit Karina kepada Jeno.
"Jangan lari-lari." Peringat Jeno.
"Iya."
"Ayo Hyung, ke ruang kerjaku saja." Ajak Jeno kepada Mark yang menemani istrinya datang ke sini.
Mark ngangguk mengikuti Jeno dari belakang.
Jadi, selama seminggu ini mereka berdua sudah lebih akrab sama halnya seperti calon kembar Siam itu. Selama seminggu ini pula Karina sering mampir ke rumahnya. Karina tetap tinggal di rumah orangtuanya, dan kuliah seperti biasanya menggantikan Katrina tentu.
Lagipula, Katrina tidak bisa kuliah karena calon bayi yang biasanya anteng itu sekarang sangat rewel. Membuat Katrina suka marah-marah tidak jelas. Jangan lupa, Katrina suka ngidam aneh-aneh tanpa kenal waktu dan orang yang dia susahkan.
Sabar sekali orang-orang yang kena sasaran Katrina pokoknya.
"Kau tidak berniat untuk lanjut kuliah lagi, Jen?" Mark memulai obrolan.
"Kalau aku kuliah lagi nanti aku tidak punya waktu untuk mereka, Hyung."
"Benar juga. Pekerjaan ini saja sudah menyita waktu banyak." Mark tentu mengerti sesibuk apa orang-orang seperti mereka ini.
"Mommy sama daddy mana? Katanya mau ke sini juga." Jeno menanyakan keberada mertuanya.
"Mereka masih di rumah sakit. Hari ini kan hasil tes DNA keluar."
"Kok aku yang deg-degan menunggu hasilnya?"
"Aku rasa ada hubungannya sama Karina lah." Mark membenarkan duduknya, "apa kau percaya sama penjelasan mereka soal berpindah raga?" Mark menatap Jeno serius.
"Aku tidak tahu, masalahnya ini tuh sangat tidak masuk akal."
"Benar." Mark pun tidak percaya sebenarnya.
...🕊️...
"Katrina?" Kepala Karina muncul dari balik pintu.
"Sudah aku bilang langsung masuk saja. Ini juga kamar kamu." Balas Katrina.
"Hehehe ..." Karina mengabaikan Katrina yang cemberut melihatnya.
"Ini pesananmu." Wajah Katrina langsung berseri-seri melihat kotak yang saudarinya sodorkan.
"Pasti enak sekali~"
Karina cuma meringis pas Katrina membuka kotak itu. Apa enaknya coba oreo yang di sambal?
"Kamu mau?" Tawar Katrina.
Karina menggeleng, "sana habiskan sendiri. Biar adik bayi kenyang."
"Tunggu sebentar ya, sudah ini kita ke rumah belakang."
Seketika perasaan Karina tidak tenang lagi.
...🕊️...
"Anggia!" Teriakan Katrina membuat si pemilik nama berlari cepat menuju kearahnya.
"Iya, Nyonya." Jawab Anggia takut-takut.
"Bawa Sooyoung ke sini." Suruhnya.
"Baik."
Karina menatap perihatin setelah Anggia pergi dari hadapan mereka berdua. Anggia terlihat tidak terurus sekali.
"Tatapan apa ini, hm?" Katrina menyipitkan matanya menatap Karina penuh peringatan. Karina yang ditatap begitu menciut. Seram.
"Nyonya, ini Sooyoung."
Katrina mengalihkan pandangannya. Dia menatap remeh dua orang yang sering menguras emosinya ini.
"Sesuai janjiku waktu itu, Karin, kupastikan mereka akan mencium kakimu."
Karina melotot kaget. Mana bisa begini?!
Katrina mengeluarkan sesuatu dari balik saku bajunya. Benda kecil dengan ukiran cantik berwarna gold yang ternyata adalah belati.
"Bagaimana kalau belati ini menyayat bibir kalian?" Tanya Katrina dengan santainya.
Anggia beringsut sembunyi dibalik tubuh Sooyoung. Tidak ada orang yang mau bibirnya hilang!
"Katrina, jangan begitu." Karina takut-takut menepuk lengan saudarinya.
"Cium kakinya!" Tunjuk Katrina ke arah Karina.
Tanpa protes Sooyoung pelan-pelan bersimpuh dihadapan Karina. Dia tidak mau tambah sengsara setelah kamarin Katrina memukul perutnya untuk yang kesekian kali.
Karina berkacak pinggang dan tersenyum puas. Indahnya pemandangan.
"Nasib si perusak."
Karina menoleh ke sumber suara. Ternyata ada mama Jennie yang tengah bersandar di pilar. "Mama kapan ke sini?
"Barusan kok."
"Daddy?"
"Ada di dalam. Itu Karina kenapa tegang sekali?"
Karina cuma melirik. Ini dia harus bagaimana coba? Dua orang ini masih mencium kakinya.
"Ck." Katrina berdecak kesal, "itu tuh contoh orang yang terlalu baik!" Katrina mendekati Karina terus berbisik, "kalau kamu ternyata memang saudariku, Karin ..., jangan harap aku membiarkan sikap kamu yang seperti ini. Bukan hanya aku, tapi daddy dan mommy pun sama. Jadi siap-siaplah."
Tambah kaku lah tubuh Karina.
Bugh
"Akh!"
"Akhirnya kita bertemu lagi, hahaha ...."
Sooyoung tersungkur karena seseorang menendang tubuhnya secara tiba-tiba. Ketika dia ngedongak, betapa terkejutnya dia bertemu dengan orang ini lagi.
"Wendy!"
"Ya, Sooyoung~" Ia memandang Sooyoung rendah.
"Nasib orang tidak tahu diri akhirnya memang tidak pernah menyenangkan." Wendy adalah orang pendendam. Tidak akan ada kesempatan kedua kali baginya. Sifat ini pula sangat melekat kepada salah satu putrinya, Katrina.
"Setiap malam aku selalu bermimpi menguliti manusia tidak tahu malu sepertimu, dan sekarang lihat, hahaha .... Dia di hadapan ku, hahaha ...." Wendy merogoh saku celananya. Ada benda menggemaskan dibalik sana.
Sangat menggemaskan untuk mencabut nyawa orang.
"Siap?"
Pertanyaan apa itu?! Tidak ada orang yang siap mati!
Lalu harus bagaimana? Sooyoung hanya sendiri di sini. Mau mengandalkan Anggia? Wanita itu bahkan sudah meringkuk menjauh darinya.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya melakukannya karena terpaksa. Mereka mengancam untuk membunuh saya. Saya tidak ada pilihan lain." Sooyoung mersimpuh meminta pengampunan dari mantan bosnya dulu.
"Kau pikir saya orang bodoh. Kami lebih dari mampu melindungi kau. Kau juga tahu itu, kan. Padahal alasan kau sebenarnya karena kau sakit hati suami saya tidak melirik perempuan seperti kau. Dan di sini, kau berhasil rupanya merebut suami orang, eh." Cibir Wendy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments