Bab 18 ~ Bantuan

“Pergi!” teriakku sambil berjongkok di atas sofa dengan kedua tangan menutupi wajah.

Aroma kamar sudah tidak enak, bau busuk dan lembab. Sudah tidak terdengar lompatan si pocong tapi aku masih ketakutan, bahkan tidak berani mengangkat wajah.

Brak.

“Mel.”

Aku masih dengan posisiku dan terisak.

“Mel, lo kenapa?” tanya Andra.

Aku pun perlahan melepaskan tangan dari wajahku dan mengangkat daguku. Andra, dia benar Andra setelah aku lihat kakinya menapak di lantai.

“Kamu kenapa?”

“Ndra, disitu.” Tanganku menunjuk tanpa menoleh di mana pocong tadi berada.

“Kenapa di situ?”

“Ada pocong.”

“Hah.” Andra beranjak menuju area yang ditunjuk olehku lalu berjongkok. Menemukan serakan tanah, sepertinya tanah kuburan.

Aku memperhatikan lantai dan area lain memastikan tidak ada serangga dan binatang yang dimuntahkan dari mulut si pocong.

“Gue heran, kenapa gangguan lo seringnya terjadi pas gue nggak ada ya.”

Aku hanya menghela mendengar keluhan Andra. Setelah itu kami tidak bicara apapun, agar situasi lebih kondusif. Kalau dari bukti yang ada, jelas kalau pocong itu adalah kiriman. Aku berbaring di sofa, Andra masih menemani dengan tidur di lantai beralas karpet yang dibawa Ibu. Tentu saja tepat di bawah sofa, aku tidak membiarkan dia bergeser atau pindah.

Saat subuh kami sudah bersiap, membersihkan diri lalu mengenakan seragam kerja. Tidak lama, ibu pun datang. Andra baru kali ini bertemu Ibu, di saat begini Andra masih saja berkelakar mengaku dia adalah calon menantu Ibu.

“Kerja yang fokus Mel, ibu yang jaga Doni. Lagian kita satu gedung, kamu bisa cek kesini kalau ada waktu.”

“Iya bu.”

Saat ini aku dan Andra sudah berada di lantai tiga belas, melakukan scan jari untuk membuka pintu dan absen. Sudah ada suster Dian, yang menatapku tajam. Andra yang pura-pura tidak tahu bersiul sambil mengecek rekam medis pasien yang ada di bangsal kamboja.

“Mel, kamu kerja yang bener dong.”

“Memang kerja saya nggak benar ya Mbak?” tanyaku pada Suster Dian yang tiba-tiba melontarkan kalimat tidak berdasar.

“Jangan tiba-tiba nggak masuk, kamu pikir mudah cari ganti tiba-tiba,” tutur Dian dan yang lain tidak mau ikut campur.

“Darurat kali mbak, kakaknya kecelakaan. Aku udah lihat sendiri kok,” seru Andra.

Aku menatap ranjang yang sebelumnya ditempati Ningrum. Belum ada pasien baru di sana. Yang menjadi tanggung jawabku hanya pasien bernama Lidia. Sambil memantau kondisi pasien, aku berada di depan komputer membuka sistem rumah sakit dan mencari tahu informasi tentang rumah sakit. Fokusku teralihkan karena ada pasien baru, gegas aku menghampiri dan membawanya ke ranjang yang kosong.

Sepanjang hari ini tidak ada yang aneh dan mencurigakan, semua aman dan bersyukur tidak ada pasien meninggal. Bahkan ada dua pasien sadarkan diri lalu dipindahkan ke kamar rawat inap. Suster Dian tetap mencurigakan dengan sikapnya yang judes hanya padaku.

Menjelang pergantian shift, bangsal kamboja kedatang Munir. Pemilik rumah sakit yang juga melakukan ritual pesugihan. Beliau menatap sekeliling dan berbincang dengan tenaga kesehatan yang ada. Aku berdiri agak jauh, siapa sangka pria itu malah memanggilku dan ingin bicara berdua di luar bangsal.

“Yang lain standby di posisi masing-masing, belum waktunya pulang,” teriak Dian.

Andra ingin mengikuti aku, tapi tidak jadi karena tanganku memberi tanda agar jangan mendekat.

“Ada apa ya Pak?” tanyaku sudah berada di koridor bangsal kamboja.

Duduk di deretan bangku stainless. Munir hanya manggut-manggut ditemani pria bertubuh gempal.

“Kamu bernama Amel?”

“Iya Pak.”

“Umur dua puluh lima tahun, lahir di tanggal dua puluh lima dan wet0nmu juga bagus. Kombinasi yang kebetulan dan luar biasa.”

“Maksudnya Pak?” tanyaku heran, pria ini ternyata menyelidiki identitasku.

Pria bernama Munir menoleh dan memandangku. “Jiwamu murni, yang seperti kamu ini bisa jadi incaran orang pemuja ilmu hitam.”

“Termasuk Bapak?”

Munir tertawa karena keberanianku bicara, padahal aku gugup berhadapan dengan pria yang menjadi penyebab para arwah menjadi tumbal bahkan bang Doni hampir menjadi korban.

“Hati-hati, bisa saja nyawamu dalam bahaya,” ujar Munir lalu meninggalkanku sambil terkekeh diikuti oleh pria bertubuh gempal -- sang asisten.

“Kenapa Mel? Si Munir bilang apaan?”

“Nggak ngerti, Cuma bilang jiwaku murni terus masalah angka dua lima dan ancaman. Tanpa dia kasih tahu, kita memang sudah dalam bahaya.”

...***...

Bang Doni sudah mulai membuka matanya meskipun kembali tertidur karena pengaruh obat agar penyembuhan lebih cepat. Hanya aku yang menemani meskipun khawatir ada gangguan lagi. Andra pulang sejak pergantian shift, tidak memaksa pria itu tinggal di rumah sakit karena bukan tanggung jawabnya menjaga bang Doni.

Aku sudah tertidur di sofa saat merasakan selimutku seperti ditarik. Tanganku menggapai-gapai untuk kembali menarik selimut agar menutupi tubuh. Masih dengan mata terpejam, kembali merasakan selimut ditarik bahkan sampai teronggok di lantai.

“Perasaan kayak ada yang narik,” gumamku sudah dalam posisi duduk dan tangan terulur untuk meraih selimut tadi.

“Aaaaa.” Aku berteriak karena kaget ada tangan menyentuh lenganku. Tangan hitam berbul_u lebat, saat aku menoleh sosok itu berdiri menatap ke arahku dengan kedua mata merahnya.

Rasanya kamar-kamar rumah sakit ini tidak terlalu horor tapi aku sudah merasakan didatangi dua makhluk menyeramkan. Sudah pasti ini bukan penampakan biasa, mungkin saja kiriman seperti yang dikatakan Andra. Mulutku merapal doa dan makhluk itu menggeram dan berteriak seperti kepanasan.

Tangannya masih mencengkram kuat lenganku, bahkan terasa perih dan sakit karena terkena kuku dari makhluk itu. Tiba-tiba makhluk itu mendekat dan mencengkram leherku. Tanganku yang kecil tidak sanggup melepaskan cengkraman makhluk itu. wajahku memerah dan terasa sesak karena asupan oksigen yang berkurang.

Brak.                                                                 

Tubuhku dihempas ke lantai, entah kepalaku terantuk apa yang jelas nyeri bahkan pandanganku berkunang-kunang.

“Ibu,” ujarku lirih, mataku hampir terpejam dan gelap.

Aku merasakan kedua kakiku ditarik. Oh, Tuhan. Makhluk itu menyeret tubuhku.

“Aaaa.”

“Tolong.”

“Tarik dia.”

“Mbak, bangun!”

“Ibu.”

“Mbak, sadar mbak.”

“Andra, kamu di mana.”

“Mbakkkkk.”

“Hahh.”

Aku terjaga dengan nafas terengah, menatap sekeliling dan berusaha untuk bangun tapi sulit. Sepertinya tubuhku terikat.

“Tolong!” teriakku yang sekarang entah berada di mana. “Astagfirullah.”

Entah di mana aku berada, yang jelas di sini banyak sekali makhluk besar menyeramkan yang sering datang membawa arwah pasien meninggal dan yang menghampiri Bang Doni. Pandanganku tertuju pada sosok yang dirantai, seperti Ningrum waktu menolong Doni. Mungkinkah mereka adalah arwah korban pesugihan, mereka berteriak minta dilepaskan.

“Aaaa.” Aku menjerit karena leherku sudah dicengkram oleh salah satu makhluk itu.

“Mbak, sadar. Ini bukan tempat mbak.”

Dalam usaha melepaskan cengkraman leherku, aku melihat Ningrum. Dia yang sejak tadi berteriak membangunkan aku. Dengan pelan aku melantunkan doa, ternyata berhasil. Makhluk itu menjerit dan melepaskan tangannya dari cengkraman leherku.

“Lepaskan!” teriakku karena tubuhku sulit sekali bergerak.

Terdengar makhluk tadi menggeram. Aku kembali melantunkan doa.

“Mel, bangun Mel.”

Aku mengerjap pelan, merasakan kedua pipiku di tepuk-tepuk.

“Ndra.”

Pria itu membantuku duduk, sepertinya aku tertidur di lantai.

“Gue dateng lo udah ada di lantai. Teriak-teriak nggak jelas.”

Aku mengusap wajahku, lalu menoleh ke ranjang di mana Bang Doni berada. Aman.

“Aku butuh orang yang sangat paham dengan agama. Kyai atau ustad, yang bisa bantu aku lepas dari gangguan ini. Tadi ada genderuwo, dia menyeretku dan saat aku sadar aku melihat para korban pesugihan. Mereka dirantai, termasuk Ningrum.”

Aku menggoyangkan tangan Andra.

“Ini nggak beres dan sesuatu yang jahat. Kita harus hentikan ini Ndra. Kamu tahu siapa yang bisa bantu aku?”

Andra menggaruk kepalanya dan menghela pelan. “Ada sih, gue tahu seseorang. Mungkin besok gue antar lo ke sana.”

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

Alhamdulillah ada yang datang

2024-04-28

0

Ali B.U

Ali B.U

lanjut

2024-03-22

1

Kustri

Kustri

ke ayah'a bang Al🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️

2024-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!