Saat ini aku berada di lobby rawat jalan. Malam begini tentu saja sepi dan lampu di beberapa area sudah dipadamkan. Dalam hati aku menyesali permintaan Andra agar menunggu di lobby rawat jalan. Untuk apa juga kami harus bertemu di sini, tapi langsung ke lantai tiga belas juga tidak berani.
“Mbak.”
Suara itu begitu lirih membuatku bergidik. Rasanya enggan menoleh, karena bisa saja bukan aku yang dipanggil. Namun, menyadari area tunggu lobby sangat sepi hanya ada beberapa orang lewat dan itu pun jarang, sudah pasti yang dimaksud adalah aku.
“Jangan menoleh, abaikan saja,” gumamku masih dengan ponsel di tangan meskipun pikiran sudah tidak fokus, rasanya ingin segera lari atau Andra segera datang.
“Mbak.”
Suara itu lagi, aku putuskan untuk beranjak pergi tanpa menoleh tapi tubuhku terasa berat. Berat untuk bergerak. Dalam kondisi begini, aku mendadak amnesia. Doa dan ayat suci yang biasa aku lantunkan seakan lenyap dari otakku.
“Ya Tuhan, tolong aku. Andra, kamu di mana sih,” ucapku lirih.
“Mbak, kemarin panggil aku.”
Deg.
Memang aku panggil siapa, kenapa ada hantu yang mengatakan itu.
“Aku datang mbak, waktuku tidak banyak.”
Penasaran dan rasa takut mendera, tapi aku berusaha untuk kuat dan berani. Bisa saja ini ada hubungannya dengan bangsal kamboja.
“Astagfirullah,” ujarku saat menoleh.
Ada sosok Ningrum di belakangku. Bergegas aku membalik tubuh menatapnya meskipun masih ada merinding di sekujur tubuh.
“Ningrum, kamu benar Ningrum.”
Sosok itu mengangguk.
“Ningrum, apa yang akan terjadi di bangsal kamboja. Kamu tahu sesuatu?”
Arwah Ningrum terlihat menatap sekeliling.
“Jangan menghalangi kalau tidak bisa menghentikan, baiknya pergi jika tidak sanggup.”
“Hah, maksudnya?” tanyaku setelah mendengar ucapan Ningrum yang tidak jelas.
“Mbak, tolong aku. Aku tertahan, tolong aku.”
Aku melangkah mundur melihat sosok di belakang Ningrum. Sosok yang pernah menyeret arwah pasien yang meninggal. Ningrum ketakutan, tapi sosok itu tidak bisa menggapai Ningrum.
“Amel.”
Aku menoleh, ada Andra menghampiri. Saat aku menoleh ke depan, Ningrum dan sosok yang mengejarnya sudah tidak terlihat.
“Andra, bahaya. Ini bahaya, kayaknya aku tahu apa yang terjadi di bangsal kamboja,” tuturku sambil menarik tangan Andra agar mengikutiku.
“Ini mau ke mana?”
“Kita bicara di luar, jangan di sini.”
“Mel, setengah jam lagi jadwal shift kita. Lo yakin mau keluar?”
“ya ampun,” ujarku menyadari saat ini hampir pukul sepuluh malam.
...***...
Tadi sore Ningrum sempat kritis, detak jantungnya mendadak melemah. Itu yang aku baca dari rekam medis Ningrum. Saat ini aku berada di samping ranjang Ningrum, menatap wajah wanita itu yang masih damai dalam ketidaksadaran.
Penampakan Ningrum sebelumnya hanya sendiri, tapi tadi ada sosok hantu pencabut nyawa atau mungkin pengambil arwah yang menjadi tumbal pesugihan pemilik rumah sakit.
“Apa karena Ningrum hampir meninggal, makanya hantu itu mengejar Ningrum?” aku bergumam pelan mengingat Ningrum yang dikejar oleh makhluk tak kasat mata lainnya.
“Mel, ikut saya ke lantai enam,” ajak Suster Dian.
“Mau apa Mbak?” tanyaku, karena tidak biasanya kami harus mengunjungi area lain. Sedangkan di bangsal butuh perhatian ekstra.
“Jemput pasien.”
Aku patuh saja dan mengikuti suster Dian keluar dari bangsal. Saat ini tepat pukul dua ketika aku melihat jam di layar ponsel. Hanya ada aku dan Suster Dian di dalam lift, wanita itu berdiri tepat di depan pintu lift sedangkan aku bersandar.
“Mel, kamu betah kerja di sini?”
“Ya betah-betahin Mbak.”
“Pernah lihat yang aneh di rumah sakit ini?”
Untuk apa Suster Dian bertanya hal itu padaku dan apa pula hal aneh yang dia maksud. Aku merasakan ada yang aneh dengan suster Dian.
“Aneh gimana Mbak? Banyak kasus aneh di rumah sakit, tapi aku sudah biasa.”
“Bukan masalah penyakit, tapi urusan gaib. Kamu sebaiknya hati-hati, karena sok tahu dan apa yang kamu lihat malah menyusahkan dan membahayakan dirimu."
“Aku nggak ngerti Mbak.”
Suster Dian tidak bicara lagi, karena kami sudah tiba di lantai enam. Ada pasien sudah dua hari observasi pasca operasi dan belum ada tanda-tanda sadar, akhirnya akan dipindah ke bangsal kamboja. Amel mendorong ranjang pasien yang mana ada beberapa alat untuk mendukung kehidupan pasien itu. Suster Dian ikut mendorong dari samping.
Saat keluar lift dan akan masuk ke bangsal kamboja, Suster Dian menahan ranjang dan menoleh ke arahku.
“Jangan ikut campur kalau kamu melihat sesuatu. Terkadang orang yang banyak tahu akan cepat mati.”
“Maksudnya gimana Mbak? Siapa yang akan mati?”
Dian membuka pintu bangsal, rekan satu shift kami membantu mendorong ranjang dan memposisikan di sekat sebelah tepat di samping Ningrum. Namun pasien itu bukan tanggung jawabku, jadi aku fokus lagi pada pasien-pasien milikku.
Suasana bangsal sepi hanya terdengar alat medis seakan bersahutan bagai irama musik. Menjelang subuh kami bergantian istirahat. Terdengar suara alat medis yang tidak biasa, aku bergegas ke arah suara.
Ternyata pasien dari lantai enam dan yang mengejutkan adalah Dian hanya diam memandang pasien dengan tubuh berguncang seperti mengalami sakaratul maut. Lagi-lagi aku melihat sosok yang mencengkram leher pasien agar tidak bisa bernafas.
“Mbak, kenapa ….”
“Diam!”
“Tapi Mbak.”
“Amel ingat, banyak tahu hanya akan membuatmu cepat mati.”
Aku bingung harus bagaimana mengatasi hantu ini. Bisa melihat ‘mereka’ tapi tidak tahu mengusir atau melenyapkannya. Sambil memejamkan mata lalu mengucap ayat suci yang pernah Ayah ajarkan kalau aku takut dengan penampakan makhluk gaib kemudian aku teriakkan dengan lantang.
Ternyata berhasil, makhluk itu menjerit dan hilang.
“Alhamdulillah,” ujarku lalu merapat ke ranjang karena detak jantung pasien itu semakin lemah. Dokter jaga sudah hadir, kami memberikan prosedur penyelamatan. Aku kembali bersyukur akhirnya kondisi pasien itu kembali normal. Suster Dian menatap tidak suka ke arahku, lalu mengekor Dokter jaga.
Aku bisa menarik kesimpulan, kalau Suster Dian terlibat dalam pesugihan di rumah sakit ini. Ancaman wanita itu kalau aku bisa cepat mati karena banyak tahu, cukup menjadi beban pikiran. Apa mungkin aku akan dijadikan tumbal juga karena rahasia bangsal kamboja mulai terkuak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
bisa jadi
2024-04-28
0
Zuhril Witanto
atau dokter Dian ada hubungannya sama rumah sakit itu
2024-04-28
0
Zuhril Witanto
kayaknya dokter Dian nih tau
2024-04-28
0