Bab 11 ~ Ranjang Sembilan

Sudah lewat tengah malam, tapi sosok Ningrum belum juga muncul. Bahkan aku berkali-kali menghampiri raga Ningrum yang terlelap. Semua tenaga kesehatan di bangsal kamboja sibuk dengan tanggung jawab pasien masing-masing.

Ucapan Andra tentang malam ini akan menakutkan tidak terbukti. Sudah hampir pukul dua pagi dan kondisi mistis atau gangguan dari ‘mereka’ tidak ada, tentu saja membuat aku senang dan bersemangat. Bahkan sosok Ningrum yang aku harapkan hadir pun tidak muncul.

“Yah penuh,” gumamku ketika dua toilet dalam bangsal ternyata sedang dipakai, sedangkan perutku rasanya melilit. Panggilan alam memaksaku ke luar bangsal menuju toilet di sisi janitor. Meskipun sempat ragu mengingat kejadian lalu, tapi rasa tidak nyaman di perut memaksaku untuk bergegas.

Aku memilih bilik paling dekat dengan pintu dan menuntaskan haj@tku.

Terdengar suara pintu dibuka lalu langkah orang berjalan. Bisa dipastikan ini memang seseorang, karena aku melihat kaki melangkah melewati bilik di mana aku berada dari bawah pintu bilik.

“Cepet banget,” gumamku melihat langkah itu kembali lewat dan terdengar suara pintu.

Urusanku sudah selesai, saat aku membuka pintu bilik tercium aroma yang begitu menyengat. Bau menyan dibakar, aku hafal bau ini karena Ayah pernah membawaku ke orang pintar untuk menutup mata batinku dan bau ini ciri khas urusan supranatural.

Aku melangkah menuju bilik paling ujung, betapa terkejut saat aku melihat ada sesajen di lantai bilik tersebut. Sesajen yang berisi secangkir kopi, kembang setaman, telur dan entah apalagi aku kurang tahu.

“Siapa yang taruh ini di sini ya, untuk apa juga,” ujarku pelan.

Sesajen itu aku foto untuk ditunjukan pada Andra, bau menyan yang menyengat membuatku ingin bergegas meninggalkan toilet.

“Aduh.” Perutku kembali melilit, membuatku balik lagi ke bilik tadi. “Kayaknya salah makan,” gumamku sudah duduk di atas toilet.

Baru selesai membasuh lalu memperbaiki pakaian, tiba-tiba perasaanku tidak enak. Ruangan pun terasa dingin dan lampu mulai berkedip, seperti kejadian kemarin malam. Aku duduk di atas kloset yang tertutup karena mendengar suara langkah. Bukan langkah kaki, seperti suara lompatan.

Mataku terbelalak melihat sosok yang baru saja lewat di depan bilik. Meski hanya dari bawah pintu, tapi sangat jelas kalau sosok itu adalah pocong yang melompat.

Dahiku terasa berkeringat, dalam hati aku mengucap doa. Ternyata belum berakhir, ada lagi sosok yang lewat dan berdiri di depan bilik tempatku berada. Kedua tangan menutup mulutku agar tidak bersuara, bahkan kedua kaki aku naikan ke atas closet. Dengan tubuh gemetar aku berharap sosok itu segera lewat atau pergi.

Sosok dengan bulu-bulu hitam seperti primata, entah bagaimana penampakan wajah dan tubuh lengkapnya. Melihat kedua kakinya saja sudah membuatku seperti kena serangan jantung.

Bruk Bruk

Sosok itu menggedor pintu bilik, tubuhku semakin bergetar. Dalam hati aku berdoa mengharapkan pertolongan. Akhirnya sosok itu lewat, dugaanku ‘mereka’ menuju sesajen yang ada di bilik paling ujung.

“Tuhan, tolong aku,” ucapku dalam hati.

Cukup lama tidak ada lagi sosok yang lewat atau kembali, aku menurunkan pelan kedua kaki dan melangkah menuju pintu bilik. Berlama di dalam sini akan membahayakan diri, sesajen itu sengaja diletakan untuk memberi makan mereka yang tak kasat mata.

Klek.

Aku menggeser kunci bilik lalu terdiam dan menunduk untuk melihat lewat bawah pintu. Memastikan tidak ada siapapun dan apapun di depan bilik. Perlahan pintu aku buka lalu berlari keluar. Entah karena panik atau memang pintu utama toilet sulit dan berat ketika aku tarik ke dalam.

“Ini kenapa keras,” ujarku merasakan sekujur tubuh sudah merinding.

Srek srek

Bibirku terus mengucap doa sambil berusaha menarik pintu.

Srek srek

Suara itu semakin dekat dan terasa berada di belakang tubuhku. dengan pelan aku menoleh dan ….

“Aaaaaa.”

Aku berteriak melihat sosok suster dengan seragam yang sudah kusam, rambut yang acak-acakan dan wajah … bopeng. Akhirnya pintu berhasil aku buka, aku berlari menuju bangsal kamboja. Lagi-lagi aku tidak dapat membuka pintu tersebut.

“Tolong,” teriakku sambil memukul pintu kaca tapi dilapisi cat agar tidak terlihat aktivitas di dalam. Ada suara pintu toilet terbuka, aku tidak berani menoleh. Melihat sekeliling untuk pergi dari lantai tiga belas.

Lift tidak mungkin, tangga darurat … aku bisa mati.

Brak brak

“Tolong, buka pintunya." Aku berteriak sambil menangis.

Srek Srek

Tap tap

Aku yakin bukan hanya suster bopeng yang mendekat, tapi pocong pun menuju ke arahku.

“Andra!” Aku kembali berteriak dan pandanganku tertuju pada sensor pintu otomatis. Rasanya ingin mengumpat, karena panik aku lupa kalau pintu bisa terbuka dengan membaca sidik jari petugas termasuk aku.

Aku membuka pintu setelah menscan jari lalu berhambur ke dalam tepat ada Andra di sana.

“Lo kenapa?”

Tubuhku sudah lemas seakan tak bertulang, nafasku terengah dan pandangan mulai menggelap dan ….

“Mel, Amel.” Sayup-sayup aku masih mendengar suara Andra lalu gelap.

...***...

Aku mengerjapkan mata dan menyesuaikan pandangan dengan penerangan ruangan. Terdengar bunyi alat medis yang saling bersahutan, jelas aku berada di rumah sakit. Dengan menggeram pelan, aku masih merasakan pusing mencoba mengingat apa yang terjadi dan kenapa aku bisa berbaring di sini.

Perlahan aku melihat sekitar, tepatnya menatap ranjang di sebelah kananku. Ada seorang wanita berbaring di sana dan itu pasien bernama Lidia.

Tunggu, kalau Lidia ada di sana di ranjang delapan artinya aku berada di ranjang … sembilan.

“Aaaa.” Aku berteriak karena sulit untuk bangun.

Tangan dan kakiku terasa terikat atau ada yang menahan.

“Lepaskan aku, tolong … Andra tolong aku.” Aku berteriak sambil menangis, karena tubuhku rasanya kaku.

Srek Srek.

Suara itu lagi, aku mengguncangkan tubuh untuk bangun. Namun, sulit.

“Amel,” suara wanita memanggilku.

“Tidak … pergi!!!!”

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

aduh tegang bacanya

2024-04-28

0

A B U

A B U

next
.

2024-03-22

1

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Jangan mati dong amel nya

2023-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!