(Live) At Angsana 10
“Ayo let’s go!!!!” Roni yang baru saja masuk ke dalam mobil berteriak pada 4 kawannya agar segera menjalankan mobil.
“Sudah telat, main perintah aja.” Gerutu Ara yang duduk di kursi penumpang depan.
“Iya, sana kau yang nyetir.” Giliran Gabby yang berkomentar sebal. Mereka bagaimana tidak kesal, karena Roni terlambat cukup lama, mana sudah minta tunggu pula.
“Iya, iya, sini, aku yang nyetir.” Roni bangkit dari duduknya dan membuka pintu mobil.
“Bagus deh, ayo beb pindah belakang, dan kau Gabby pindah depan.” Hendy cukup lega bisa berleha-leha duduk di belakang menggantikan Roni.
Ia bisa leluasa memainkan game online miliknya jika tidak menyetir.
“Yessshh, bisa bobok manjah.” Ara mengikuti Hendy, sementara Gabby menggantikan posisi Ara.
“Alamatnya beneran ini?” Sebelum menghidupkan mesin, Roni menanyakan GPS yang hidup di layar dashboard mobil Hendy, memastikan tujuan mereka benar agar ia tidak tersesat.
“Iya, ikutin aja, aku udah ke sana kok mastiin lokasinya.” Sahut Hendy dari belakang.
“Cukup terpencil ya lokasinya.” Gumam Roni menilai tujuan mereka.
“Dulunya itu kawasan elit dodol.” Sembur Raisa yang duduk di kursi paling belakang.
“Dadal dodol, aku Cuma mastiin aja, karena dari poto yang dikirim Hendy dan lokasinya beda banget timpangnya.” Nilai Roni
“Jalanin ajalah mobilnya, nanti kita siang deh.” Komen Hendy gerah dengan perdebatan kecil di sekitarnya, mengganggu konsentrasi bermain game-nya saja.
“Ok, let’s go, guys!” pekik Roni menjalankan mobil menuju tempat di mana mereka akan memulai kegiatan baru mereka.
.
.
.
2 jam kemudian....
“Ini, beb?” Ara bertanya saat kakinya sudah berhasil menginjak aspal di sisi mobil terparkir
“Hmm, iya ini.” jawab Hendy singkat.
“Angsana nomor 10.” Lirih Gabby membaca plang nama rumah tersebut.
“Wah, tak terurus saja masih segini sombongnya ini rumah.” Ucap Raisa memuja betapa megahnya bangunan yang sudah tak berpenghuni kata Hendy itu.
“Iya, tapi sayang, tidak ada yang tertarik menempatinya sampai detik ini.” Ujar Hendy menimpali ucapan Raisa.
“Maka dari itu, kita harus membuktikan rumor selama ini tentang rumah berhantu yang membuat tidak seorang pun berani menjejakkan kakinya di sini.” Roni menyambungkan kalimat Hendy yang baru saja hendak dilontarkan.
“Betul.” Sahut Hendy membenarkan.
“Tapi, bagaimana kita memulainya? Apa langsung saja membuktikan?” tanya Ara agak ragu saat tetiba saja bulu kuduknya merinding saat matanya menatap satu sudut jendela lantai atas.
“Kita akan mengobservasinya dulu, mumpung masih siang, jadi lebih baik kita lihat dulu lalu mempersiapkan sebelum siaran langsung kita.” Jawab Hendy merangkul kekasihnya yang mengerutkan dahinya.
“Kau kenapa, baby?” tanya Hendy penasaran melihat ekspresi Ara.
“Ah, tidak, aku hanya,.....” Ara mengurungkan niatnya untuk melengkapi kalimatnya. Berusaha positif saja ketimbang mengikuti debaran takut yang datang tiba-tiba.
“Heleh, jangan bilang kau takut ya.” Sindir Roni yang menyadari gelagat aneh Ara.
Plak!
“Sembarangan aja itu mulut ngomong, kau nanti yang bakalan takut kalau sudah masuk ke dalam rumah itu.” Ara kesal dinilai seperti itu oleh Roni. Meskipun ada benarnya juga.
“Ayo masuk, tunggu apalagi.” Hendy melirik 4 orang yang ada di sisi kanan dan kirinya.
“Itu pintu masih digembok woy!” ucap Gabby yang sebelumnya memang mengecek tadi pas turun awal.
“Mana ada, ini kebuka. Ngasal aja.” Roni balik mencibir Gabby setelah Ara sebelumnya.
“Lah, tadi kegembok loh.” Gabby yakin sekali dengan penglihatannya.
“Faktor umur mungkin.” Hendy tertawa sembari mengatakan hal itu.
“Jangan sembarangan deh, dia temen aku.” Ara tak suka Gabby di tertawakan kekasihnya.
“Iya, iya, anggap aja begitu deh.” Ucap Hendy mengalah.
“Ya udah masuk deh.” Raisa mengawali kakinya setelah ia membuka gerbang tua itu
Grekkkk
Suara derit besi yang sudah lama tidak dibuka itu mengusik telinga 5 orang mahasiswa yang penasaran dengan rumah lama angker itu.
“Wah, jika benar rumah ini hantunya masih aman-aman aja, aku mau deh belinya. Mayan rumah mewah harga murah.” Cetus Ara berharap andai saja ia bisa tinggal di rumah itu.
“Aku juga mau kali, gak kau aja.” Gabby tak mau kalah. Mereka berdua adalah anak orang kaya jadi wajar mengucapkan hal receh yang bagi mereka mudah sekali diucapkan.
“Lihatlah, betapa kokohnya bangunan ini. Bukankah pernah ada gempa? Tapi tak ada goresan atau patah sehelai rambut pun bangunan ini retak.” Raisa memang sedari tadi mengagumi kemegahan rumah Angsana ini.
“Masuk nih?” tanya Roni saat ia sudah berhasil menjangkau area beranda setelah melalui beberapa undakan anak tangga.
“Iya lah, mau nunggu siapa lagi memangnya? Nunggu disambut hantunya?” kekeh Gabby merasa konyol dengan ucapan Roni.
“Lah kan aku nanya doang, Gege.” Roni menunggu tanggapan yang lain.
“Masuk ajalah, gak perlu takut juga, orang rumah gak berpenghuni.” Ara yang bersuara dan disetujui Hendy.
Mereka berlima sudah sama-sama berada di beranda alias teras, menatap 2 patung gagah yang berdiri di sisi kanan dan kiri pintu besar yang menjulang tinggi di tengah bangunan.
Drettttttt
Lagi-lagi suara decitan pintu yang jarang atau mungkin sudah lama tidak dibuka harus mereka dengar. Bau apek, lembab, debu halus, sudah menyapa saat pintu dibuka oleh Roni.
“Wah,,, besar sekali dalamnya.” Roni mengangakan mulutnya melihat isi dalam rumah.
Di saat mereka sibuk mengagumi bagian rumah yang sepertinya ruang tamu itu, angin berhembus kencang di sisi belakang mereka.
Wusshhhhh
“Wuihh kenapa mendadak merinding nih.” Roni memegang tengkuknya
“Dih takut ya?” Ara membalas Roni yang tadi mencibirnya waktu di luar.
“Gak kok, komen doang.” Ujar Roni menepis cibiran Ara. Padahal 5 orang ini merasakan hal yang sama.
“Kalian mencari siapa?” suara tua merangsek ke telinga mereka saat sibuk berdebat kecil.
“Omehget!!” Gabby kaget melihat perwujudan seorang aki-aki yang tiba-tiba muncul di belakang di kiri mereka.
“Kami youtuber mang. Saya hendy, ini Ara, Gabby, Roni dan Raisa.” Hendy memperkenalkan dirinya dan juga yang lain di hadapan pria yang dipanggilnya mamang agar pria itu merasa sedikit muda.
“Oo, Mamang yang jaga rumah ini, mang Ujun.” Gantian pria itu memperkenalkan dirinya.
“Ada perlu apa kalian kemari?” sambung Mang Ujun bertanya.
“Kami berniat ingin melakukan konten video di sini mang kalau boleh. Tapi sebelumnya, kami ingin tahu dulu cerita yang ada di rumah ini.” dengan perlahan Hendy menjelaskan maksud kedatangan mereka kemari.
“Oo begitu. Kalian tahu rumah apa ini?” mang Ujun melempar tanya kembali
Hendy mengangguk, “Iya, tahu mang, konon katanya rumah ini angker sampai tidak ada yang berani menghuninya.” Jawab Hendy
“Eh tapi mamang berani ya.” Hendy terkekeh saat sadar dengan pria yang mengurusi rumah ini.
“Kalian sudah tahu rumah ini konon angker, tapi masih berani mau mengambil video di sini?” mang Ujun tak henti bertanya pada mereka walaupun hanya Hendy yang menjawab sedari tadi.
“Tidak mang, kami yakin ingin memberi tahu pada semua orang bahwa apa yang diceritakan rumah ini memang rumor atau fakta adanya, maka dari itu, mohon bantuannya mang Ujun.” Pinta Hendy dan dibalas mang Ujun dengan tatapan sendunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Sari
jnģ serem thor, tkut
2023-09-28
1
Sinti Artika Sari
hadir😙😙😙, sok baca mlm, bsok2 sianglh
2023-09-27
1
famousST31
mampir☝️☝️☝️
2023-09-27
3