Mengabarkan pada sang puteri, Jordy beralasan ia tengah melakukan perjalanan bisnis lama. Pria itu belum bisa menemui istrinya dalam keadaan marah seperti ini. apalagi dengan adiknya sendiri.
Ia seperti menyimpan amarah luar biasa yang dikhawatirkan akan melukai orang-orang yang dicintainya.
Jordy tengah berada di apartemen lamanya, beberapa kali ia mendapat panggilan dan ratusan pesan dari orang yang sama, yakni sang istri, tapi sebanyak itu pula Jordy mengabaikan saja, bahkan pesan pun tak dibaca sama sekali.
Ia memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan, dibantu bawahannya, Gerry, Jordy bisa melakukan semuanya hanya dari jauh. Entahlah, ia sulit mengatasi akal yang teracuni oleh perasaan kecewa itu.
Sementara Shinta, ia sadar akan sikap suaminya, pun Jordy yang tidak pulang semenjak malam itu pun ia semakin yakin jika suaminya tengah marah padanya.
Sedangkan Sein? Ia masih menghubungi Shinta selayaknya sebelum insiden itu ketahuan oleh sang kakak.
Ya! Sein yang pernah menjalin kasih dengan Shinta namun kandas karena Sein pergi meneruskan pendidikan harus menelan pil pahit ketika bertemu tambatan hati malah menikah dengan kakaknya sendiri.
Tapi pria itu tak putus asa, baginya Shinta tetap dipujanya, maka dari itu ia masih menghubungi Shinta dan kadang datang walau kakaknya tengah perjalanan luar kota.
“Jordy, aku sangat mencintaimu, tolong percaya padaku.” Lirihnya dengan tangan memeluk Ella, sang puteri yang sudah terlelap.
Ponselnya berdenting, ia sigap meraih, siapa tahu suaminya... tapi lagi-lagi, Sein!
“Kenapa aku harus terlibat dalam hubungan dengan pria yang merupakan kakak dan adik, Tuhan!” ia mengerang frustasi.
Jujur, ia sudah mengeluarkan Sein dari relung hatinya setelah Jordy datang mengobati rasa kecewanya ditinggal Sein begitu saja.
Jordy tulus, dewasa dan begitu sabar menghadapinya, bahkan dengan gagah beraninya menghadapi sang ayah sebagai wujud keseriusannya pada Shinta, walau masih pacaran.
Ting tong!
Ting tong!
Suara bel menggaung di telinga Shinta. Ia yang masih terjaga segera bangkit untuk melihat siapa yang datang.
Mereka belum menggunakan jasa pelayan karena Shinta masih belum kesulitan mengurus rumah.
Langkah Shinta semakin cepat, ia merasa Jordy pulang. Tapi,...
“Kau?!” Shinta segera menutup lagi pintu tapi kaki Sein segera menahannya hingga pintu kembali terbuka.
“Sein!! Sudahlah sana pulang!!!” suara teriakan mengusir keluar dari bibir Shinta.
“Tidak!” Sein dengan santainya masuk, dan berjalan ke ruang tengah.
“Abangmu tidak ada di rumah, jadi pulanglah sana, Sein.” Shinta tak mau ada salah paham lagi.
“Wah, kau lupa jika aku sering kemari ketika abang tidak ada, kan? Kenapa sekarang takut?” cibir Sein, ia terkekeh mendengar ada rasa cemas dari nada suara Shinta,
“Pulanglah, aku tidak mau Jordy salah paham lagi.” Shinta berusaha membujuk Sein menuruti kata-katanya.
“Biarlah dia salah paham, kalian bisa bercerai kan karena itu? Kau bisa kembali padaku dan kita bisa menjalani kehidupan, bersama Ella juga.” Jelas Sein percaya diri sekali.
“Apa kau bilang? Aku tidak akan pernah mau kembali padamu, aku mencintai Jordy!!” sentak Shinta memberi tahu fakta jelas pada Sein agar pria itu sadar.
Tapi Sein terkekeh. “Oh ya? dan aku percaya?” cibir Sein.
“Pulanglah Sein, aku mohon.” Lirih sudah suara Shinta, ia kebingungan mencari cara agar Sein pergi dari rumah ini.
Sein yang masih memiliki rasa yang besar pada Shinta tetiba tertegun mendengarnya, ia diam sejenak lalu menepuk pahanya sebelum berdiri.
“Baiklah, tapi temui aku besok di cafe X.” Ujar Sein berlalu tanpa butuh jawaban Shinta
Kepala Shinta mendadak pening, ia menuju dapur dan mengambil minum dingin.
“Oh jadi ketika aku tidak ada di rumah, kalian sering bertemu.” Suara yang dikenal Shinta membuat air yang sudah turun di tenggorokan keluar kembali.
Ia menoleh
“Jordy?!” Shinta mendapati suaminya pulang, tapi maksudnya apa tadi.
“Iya, kau kaget aku pulang tiba-tiba? Kau takut ketahuan ketika adikku bertamu tadi? Malam-malam pula.” Sarkas Jordy menatap rendah istrinya.
Shinta menggelengkan kepalanya kuat, suaminya salah paham lagi sepertinya.
“Bukan, bukan begitu, kami tidak melakukan apapun, sayang.” Shinta bergegas menghampiri Jordy dan ingin menyentuh lengan pria itu, tapi segera ditepis Jordy dengan kasar.
“Jangan sentuh aku.” Ujar Jordy dingin, dan Shinta seketika tertegun akan sikap suaminya yang tidak pernah begitu padanya.
“Jordy..” Lirih Shinta memanggil Jordy.
“Aku meragukan semua tentangmu.” Balas Jordy dingin kembali.
“Tidak, aku tidak pernah berkhianat padamu selama menikah, Jordy.” Shinta menggelengkan kepalanya menolak maksud suaminya yang tidak percaya akan dirinya.
“Oh ya? setelah apa yang ku lihat dan dengar sendiri dari mulut adikku. Bahkan kini aku tahu jika alasannya menolak perjodohan adalah karena ada wanitanya yang begitu dekat dan masih dicintai.” Sindir Jordy pada Shinta yang sudah basah wajahnya.
“Aku meragukan semua perihal mu, bahkan.... bahkan....” Jordy kesulitan meneruskan ucapannya itu.
“Tidak, jangan meragukan itu, aku pastikan jika itu adalah puteri kita.” Shinta tahu kemana arah bicara Jordy. Pria itu meragukan identitas Ella, puterinya sendiri.
Jordy mendengus dengan senyum sinis di wajahnya, “Aku sudah bilang, jika aku meragukan semua tentang mu, dan termasuk Ella. Kau tahu kenapa?” ujar Jordy bertanya.
“Kau hamil setelah adikku kembali dari Australia setelah kita menikah 1 tahun, lalu ketika Ella lahir wajahnya pun begitu mirip dengan Sein, bahkan sekarang pun masih ada bayang Sein di wajah Ella.” Asumsi Jordy akan keraguannya ini.
“Tidak, tidak Jordy, Ella adalah puterimu, dan kami tidak pernah melakukan hal hina itu.” Tolak Shinta tak terima akan tuduhan mengerikan itu.
“Aku sudah bilang, aku sekarang sudah hilang kepercayaan padamu. Apalagi melihat kedatangan Sein tadi. Dan itu membuat amarahku semakin sulit dipadamkan, Shinta.” Nada bicara Jordy meninggi seiring kalimatnya berakhir.
“Jordy, ku mohon.” Tubuh Shinta berangsur luruh ke lantai, ia sudah diambang frustasi. Suaminya tidak mempercayainya setelah ia bersusah payah menjaga semuanya.
“Kau bisa kembali pada Sein, silahkan jika memang kalian saling cinta.” Setelah mengucapkan kalimat dingin itu, Jordy berlalu dari hadapan Shinta menuju lantai atas. Bahkan suara pintu dibanting keras pun mengejutkan Shinta.
“Apakah aku tidak memiliki harapan bersamamu lagi, Jordy? Bahkan puterimu pun tidak kau percayai.” Ujar Shinta frustasi.
“Baiklah jika itu maumu.” Ucapnya lalu berdiri dan menuju kamar Ella, menggendong tubuh kecil itu dalam pelukannya.
Tujuannya bukan keluar rumah apalagi ke lantai atas, tapi... ia memilih pergi ke ruang bawah tanah.
Entah kenapa hatinya terdorong pergi ke bawah, tangan kirinya sudah membawa racun serangga. Satu yang dilupakan oleh Jordy adalah....
“Sial!!!! Aku lupa!!” Jordy yang baru saja mengambil pakaian ganti menolak langkahnya cepat. Memburu untuk segera mencari sosok yang baru diingatnya itu..
Shinta, kemana dia? tempat tadi sudah kosong,
“Kamar Ella.” Ucapnya segera menolak lagi langkahnya menuju kamar puterinya tapi... kosong.
“Kemana dia?!” pikirnya bingung
“Bunda!!!” suara isakan yang terdengar di telinga Jordy membuat tubuhnya segera berputar cepat ke arah suara
“Ella?!” ujarnya menoleh curiga pada ruangan yang pintunya terbuka.
Gema suara itu terdengar lagi dari arah sana. Langkah kaki Jordy cepat menuruni anak tangga... tapi.
“Shinta!!!!” pekiknya saat melihat istrinya sudah menggelepar dengan mulut mengeluarkan busa.
“Ayah!!” jerit Ella mendekap sang ayah yang datang mendekatinya.
“Ya Tuhan Ella.” Ia mendadak panik melihat hal itu, ia segera membopong tubuh Shinta tapi kakinya tertahan...
“Takut ayah!!” tangis Ella pecah mendekap pinggang Jordy erat.
“Iya jalan dekat ayah.” Sahut Jordy panik
“Itu ada yang berdiri dekat ayah, Ella takut” tangisnya semakin jadi melihat sosok perempuan yang mengikuti langkah mereka yang hendak keluar dari ruangan bawah tanah itu.
Baru mencapai tangga pertengahan, tubuh Jordy limbung, entah karena apa, kakinya kaku dan terasa ada beban berat menimpanya.
“Arghhhh.” Jeritnya, tubuh Shinta ikut jatuh terbanting di lantai, Ella tertindih tubuh Jordy, dan pria itu yang membentur lantai pun seketika tak sadarkan diri dengan darah mulai menghiasi lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments