Ada yang Ganjil Di Sini?

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi di kampus, melaksanakan aktifitas perkuliahan seperti biasa, tapi rencana mereka tetap di bahas agar semakin matang.

“Sorry ya besok aku gak bisa ikut rapat nih, peringatan kematian ayah.” Roni menyampaikan izin absen untuk rapat tim mereka yang membahas tugas kampus.

“Oh ya udah, kalau begitu nanti setelah rapat kami akan datang ke rumahmu, untuk acara peringatan ayahmu.” Hendy memberi izin pada Roni yang memang keluarganya rutin setiap tahun melakukan peringatan kematian sang ayah.

“Ok, thanks guys.” Ucap Roni berterima kasih.

“Eh guys, semalam aku bermimpi aneh.” Gabby menyela obrolan mereka.

“Mimpi aneh?” beo keempat temannya yang mendengar ucapan Gabby.

“Iya, semalam pas mau masuk kamar mandi, tiba-tiba lampu mati, waktu mau cari ponsel untuk penerangan tiba-tiba aku malah berada di tempat lain, dan ada kejadian aneh di sana.” Jawab Gabby semakin membingungkan para pendengarnya.

“Maksudnya?” Roni yang bertanya.

“Anehnya itu, aku sedih, dan juga sesak melihat sekitarnya, dan juga itu,,, aku melihat satu sosok mengerikan yang mendorong pria yang tengah membawa istrinya, lalu setelah itu aku ikut terjatuh..” jelas Gabby

“Terus.” Raisa menuntut kelanjutan

“Aku kayak Dejavu gitu rasanya, dan lebih aneh lagi sebelum mimpi itu berakhir, aku lihat papa ada di sana memanggil nama bocah yang terjatuh di sebelahku.” Jawab Gabby

“Setelah itu aku mendapati malah tidur di ranjang sendiri. Makanya aku merasa mimpi yang aku alami itu nyata banget karena tubuhku terasa remuk saat bangun.” Lanjut Gabby

“Apakah sosok mengerikan itu adalah wanita?” Ara berceletuk pelan, mata dan tangannya sibuk dengan jurnal miliknya.

“Benar!!” seru Gabby

“Ia wanita yang mengerikan.” Tambah Gabby lagi

Hening, Raisa, Hendy dan Roni saling bersitatap, seolah berkomunikasi melalui mata mereka bertiga.

“Kalian kenapa?” tanya Gabby melihat sikap tiga temannya seperti itu.

“Kami merasa lucu dengan cerita kalian, itu hanya bunga tidur.” Ujar Raisa merasa lucu.

“Iya, kalian terlalu terpaku dengan cerita itu.” Cibir Roni ikut serta

“Sudah, sudah, jangan sampai apa yang kalian mimpikan malah menghalangi rencana kita menelusuri rumah itu.” Hendy yang ambil bagian, dan mereka semua mengangguk kompak.

Gabby melirik Ara yang masih menekuri jurnalnya, ia menduga mereka berdua mengalami hal serupa tapi menekan semua agar jangan sampai mengganggu rencana besar dua hari lagi.

Keesokkan harinya...

Kediaman Roni dipenuhi sanak saudaranya yang ikut memperingati kematian ayah Roni beberapa tahun yang lalu. Ibu Roni menata hidangan dibantu para keluarga lainnya sebelum acara di mulai.

Selang beberapa waktu, rombongan Hendy bersama Raisa, Gabby dan Ara tiba di sana. Mereka memang berjanji untuk ikut serta dalam peringatan ayah Roni seperti tahun sebelumnya.

Sebuah foto bingkai besar di letakkan di tengah ruangan tempat mereka akan melakukan doa bersama, itu adalah mendiang ayah Roni.

Gilang Hardiansyah, meninggal akibat kecelakaan pada tahun 2009 silam, menurut hasil pemeriksaan polisi, Gilang kecelakaan tunggal setelah menabrakkan mobil di separator jalan hingga terjun ke jurang.

Doa dipanjatkan dengan khidmat, Roni sebagai anak tunggal begitu berbeda saat ia berada di rumah, keempat temannya hapal betul perangai pria itu.

Jika di luaran sana ia bermulut tajam, pedas, suka mengkritik, tak takut dengan siapapun, tegas dan rela melakukan apapun untuk temannya.

Maka berbeda ketika ia berada di rumah, ia begitu patuh, lembut dan terlihat sangat menyayangi sang ibu yang kini dipeluknya erat.

Selesai acara peringatan dilaksanakan, kelimanya duduk di beranda belakang rumah Roni. Dengan camilan yang disediakan ibunya, mereka kini membahas rencana besok, mengunjungi rumah Angsana untuk mendengar cerita terakhir, sekaligus melakukan siaran langsung di rumah itu.

“Kalian sudah pada minta izin belum dengan keluarga kalian untuk rencana besok?” Hendy membuka percakapan.

Semua menoleh padanya, “Sudah.” Sahut mereka serempak

“Baguslah, karena jika sampai terjadi sesuatu, mereka bisa menemukan kita.” Kata Hendy menjelaskan alasan harus ada izin keluarga.

Di tengah mereka sibuk mencatat persiapan, tiba-tiba ada angin melintasi mereka.

Wush!!!!

“Waduh terbang semua catatanku.” Pekik Gabby pelan, melihat kertas-kertas yang ia tata di meja seketika melayang tertiup angin.

“Sama aja, ck.” Decak Raisa sebal. Ia dan Gabby serta Ara menyusun kembali kertas yang sudah tergeletak di lantai ke atas meja sesuai milik mereka masing-masing.

“Ayo, kita mulai siaran saat ini. Sebagai pembuka rencana kita keesokan hari, setidaknya sedikit menceritakan kisah dan memancing atensi penonton untuk menilai rumah itu bagaimana.” Hendy mengajak teman-temannya agar memulai lebih dulu memperkenalkan rumah Angsana kepada semua orang-orang yang belum tahu.

Mereka mengangguk setuju, masing-masing bersiap menata peralatan untuk melakukan siaran langsung. Roni yang memiliki kelengkapan peralatan segera mengambil ke kamarnya.

Tapi saat langkahnya keluar dari kamar, satu suara menelusup ke dalam pendengarannya.

“Roni!!!!!”

Ia tertegun, menoleh, dan mendapati sekitarnya sepi. Semua masih sibuk di bawah.

“Roni!!!”

Lagi, ia membalikkan tubuh, tetap kosong, hanya dirinya sendiri di sana.

“Roni!!!”

Deg!!!

Ia terkejut ketika melirik ke sudut di dekat lemari, ia mendapati bayangan yang ia kenali.

“Ayah?” Ucapnya tak percaya

“Roni?” satu tepukan di punggungnya mengejutkan Roni atas penglihatannya tadi.

“I-ibu.” Jawab Roni gagu.

“Kau kenapa melamun, nak?” tanya sang ibu yang sejak tadi memanggilnya tapi tidak digubris.

“Ah bukan apa-apa bu. Roni turun dulu ya, temen Roni sudah menunggu.” Ia memeluk dan mencium pipi sang ibu lalu bergegas turun menuju tempat di mana temannya berada.

“Ayo guys pada bantuin Roni menata peralatan untuk streaming kita.” Hendy menggerakan teman-temannya agar tidak membuang banyak waktu.

Setelah semua tertata rapi, mereka semua masuk dalam frame kamera. Karena diantara mereka tidak ada yang namanya tokoh dominan setiap melakukan siaran atau rekaman.

Masing-masing memiliki porsi seimbang.

Kamera menyala, Gabby yang duluan akan menyapa..

“Hai Guys!! Ketemu lagi dengan kita-kita.” Sapanya pada kamera yang menyala.

“Kita hari ini akan membahas misi yang pernah kami katakan sebelumnya, masih ingetkan?” Raisa menyambung

Satu persatu komentar bermunculan dan menjawab hal yang sama

Rumah Angsana nomor 10!

“Betul banget, kita akan membahas rumah Angsana 10 yang besok mulai dilakukan siaran langsung.” Roni yang meneruskan

“Ya, dan kami sudah mendapat sedikit bocoran nih,,, kalau rumah itu rupanya menyimpan banyak tragedi mengerikan.” Roni memajukan tubuhnya bak orang berbisik.

Prang!!!!!

Kelima orang yang sedang melakukan tayangan langsung seketika terjengkit kaget mendengar suara benda nyaring yang berasal dari dalam rumah.

Penasaran, mereka masuk, dan betapa kagetnya Hendy, Roni, Ara, Raisa dan juga Gabby ketika melihat apa yang tadi berbunyi keras bak benda pecah berkeping-keping.

“Ayah?!” Roni, melihat figura sang ayah yang masih ditaruh di ruangan tempat mereka melaksanakan doa tadi sudah bertabrakan dengan lantai hingga pecah.

Tak hanya kelima orang itu, keluarga Roni termasuk sang ibu tak kalah terkejut melihat hal itu.

Ara dan Gabby saling melirik satu sama lain.... “Tidakkah kau merasakan ada yang ganjil di sini?” bisik Gabby pada Ara.

Terpopuler

Comments

Sindur

Sindur

lanjut thor, dukung

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!