Satu minggu kemudian, setelah dirasa semua beres, Gerry memberikan kabar pada bosnya jika rumah baru yang satu minggu lalu dibeli itu sudah siap di huni oleh keluarga bosnya.
Seorang gadis kecil melompat-lompat riang setibanya di halaman rumah itu.
“Ella, hati-hati sayang, nanti jatuh.” Wanita cantik yang baru keluar dari mobil mengingatkan puterinya yang tak sabar melihat rumah baru yang dibeli ayahnya.
“Ayah, kita akan tinggal di sini?” gadis kecil yang dipanggil Ella itu bertanya pada Jordy, sang ayah.
“Iya, kau suka, sayang?” tanya Jordy mengelus puncak kepala puterinya.
“Ehmm, sangat suka.” Ella mengangguk cepat saking ia suka.
“Kau bagaimana, Shinta? Sebagai istri yang sangat ku cintai ini, aku mempersembahkan rumah ini untukmu, atas namamu.” Jordy merengkuh pinggang Shinta, istrinya.
Shinta mengangguk dengan senyum terulas penuh, “Tentu, aku sangat menyukainya, tapi sepertinya yang sangat menyukai adalah gadismu itu.” Kekeh Shinta melihat puteri mereka masih melompat riang tak sabar ingin mendaki undakan tangga.
“Ayo ayah, bund. Kita naik, Ella gak sabar.” Bocah itu menarik tangan ayah dan ibunya agar segera masuk ke rumah baru mereka.
“Iya sayang, sini di tengah, biar ayah sama bunda pegang.” Shinta memberi jarak dari Jordy agar Ella bisa masuk di antara mereka berdua.
“Asikkk, Ella gak sabar.” Teriak puterinya sumringah
Padahal rumah mereka sebelumnya juga tak kalah besar dengan Angsana 10 ini, tapi perasaan puterinya luar biasa antusias begitu diberitahu akan tinggal di sini.
“Hai, hai, apakah aku telat nih?” satu suara menghentikan langkah keluarga kecil ini menaiki undakan tangga terakhir.
“Om Sein!!!!” mengenal suara itu, Ella menoleh cepat, bahkan langsung melepas pegangan kedua orang tuanya dan balik merentangkan tangannya pada si pemilik suara bernama Sein.
Sadar akan permintaan bocah itu, Sein menangkap tubuh Ella untuk digendongnya.
“Ya ampun, manjanya keponakanku satu ini.” Ujar Sein mencium gemas wajah Ella hingga gadis cilik itu tertawa karena geli.
“Karena kamu yang manjainnya terus, Sein.” Sahut Jordy
“Iya, karena kamu yang nurutin semua keinginannya, makanya Ella jadi gitu.” Sambung Shinta ikut menceramahi iparnya.
Sein terkekeh, “Karena dia gadis yang imut dan cantik, makanya om Sein cinta banget sama ponakan satu-satunya om ini.” Sein kembali menduselkan hidungnya di pipi lembut Ella.
“Ayo masuk, kita makan malam bersama.” Ajak Jordy merangkul istrinya dan diikuti Sein yang masih menggendong Ella.
“Om nginep di sini ya, tidur sama Ella.” Celetuk bocah itu meminta pada Sein.
“Hmm, boleh gak sama ayah dan bunda. Nanti om gak dibolehin.” Memasang wajah sedih dan bibir dikerucutkan, Sein berujar demikian.
“Ayah, Bunda, Ella mau om Sein nginep di sini, ya.” Ella dengan puppy eyesnya, merayu orang tuanya.
“Iya sayang.” Sahut Shinta membolehkan
Lepas makan malam, kehangatan keluarga kecil dan adik Jordy si Sein memang sudah tidak aneh lagi, mereka terlibat jalinan yang kuat.
Sein begitu menyayangi Ella, sehingga ketika Shinta harus mendampingi Jordy pergi keluar kota, pria itu akan menjaga keponakannya.
“Kamu kapan mau nikah, Sein. Abang belum lihat kamu pacaran sama sekali.” Di sela obrolan santai di ruang tengah, seperti biasa, Jordy menyinggung lagi perkara romansa sang adik.
“Nanti bang, belum ada niat sama sekali. Orangnya belum nemu.” Jawab Sein santai, ia tengah bermain bersama Ella yang saat itu menjadi dokter cilik.
“Makanya sini abang kenalin sama beberapa perempuan dari klien perusahaan, ada anak gadisnya, adiknya, sepupu, keponakan, kamu tinggal pilih.” Jordy memberi solusi serupa, menekan telak sang adik yang katanya sulit menemukan tambatan hati.
“Ck kamu ini, biarin aja Sein cari sendiri. Kamu aja juga cari sendiri, kan?” celetuk Shinta yang datang membawa camilan dan kopi untuk obrolan mereka.
“Nah, kakak ipar ku yang cantik ini saja paham apa mau adiknya.” Sein senang ada yang membelanya.
“Abang tidak mau tahu, kau harus nurut untuk melakukan kencan dengan gadis pilihan abang.” Titah Jordy keluar dengan suara tegasnya walau masih terkesan santai.
Shinta menggelengkan kepalanya melihat suaminya seperti itu, “Jangan memaksanya sayang. Biar dia cari sendiri.” Shinta menyentuh wajah Jordy agar jangan terlalu serius seperti itu.
“Jangan melarangku, Shinta, biar kali ini Sein harus menurut, agar aku tidak perlu memikirkan kehidupannya yang kesepian itu.” Alasan Jordy
“Bang, aku punya kalian, kenapa aku merasa sepi.” Balas Sein merasa abangnya terlalu berlebihan khawatirnya
“Kami tidak selamanya bersama-mu, Sein. Kau harus ada yang mengurus, memiliki anak dan hidup bahagia dengan caramu.” Ujar Jordy
“Terserahlah.” Decak Sein masa bodoh, abangnya tetap pada pendiriannya, memaksa.
Tengah malam, Jordy yang masih berada di ruang kerja barunya mendengar suara aneh di telinganya.
“Jordy!!” suara halus itu memanggil namanya, membuat ia yang baru saja menutup berkas pekerjaan terganggu akan suara itu.
“Siapa?” gumamnya ketika sudah 3x suara itu masuk ke telinganya. Tapi mengendikkan bahu, ia tidak peduli.
Ceklek!
Setelah menutup pintu ruang kerja, ia beranjak menuju dapur tapi langkahnya terhenti manakala suara sayup-sayup tertangkap telinganya di arah ruangan kamar puterinya.
“Sein berbicara dengan siapa?” tanya sendiri, karena terdengar jika Sein terlibat obrolan serius dengan suara yang ditekan.
Penasaran, ia mendekat untuk tahu apakah adiknya bertelpon dengan seorang wanita akibat ia desak tadi.
Pasti bagus jika Sein memiliki kekasih....
Tapi....
“Aku tidak bisa! Tidak mau!” suara Sein kembali menekan, ia menolak tepatnya.
“Lalu kau mau apa, Sein. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi.”
Deg!
Jordy tercekat seketika akan suara lawan bicara Sein... Shinta? Istrinya? Kenapa mereka mengobrol di kamar puterinya.
“Aku belum bisa melupakanmu, jika saja aku sekaya abang, pasti kau akan memilihku, kan?” Sein seperti mencibir Shinta yang memilih Jordy ketimbang dirinya.
‘Apakah mereka pernah....’ Batin Jordy menduga hal yang jauh.
“Lupakan aku, aku sudah memiliki keluarga, jangan sampai Jordy tahu kau masih menyukaiku, aku istrinya, kakak iparmu.” Shinta memperingatkan Sein status mereka berdua saat ini.
“Tidak, aku masih mencintaimu, bukankah kita sudah memiliki...” Sein seolah tengah mengungkit sesuatu tetapi dipatahkan Shinta dengan cepat.
“Hentikan Sein, itu masa lalu, lupakan semuanya.” Sentak Shinta tak suka
Jordy tak sanggup lagi mendengarnya, ia segera bersembunyi ketika mendengar gelagat Shinta akan keluar dari kamar itu.
Dan benar saja, istrinya keluar dengan Sein mengikuti dari belakang.
“Tunggu Shinta, aku belum selesai.” Sein menarik lengan Shinta, merengkuh pinggang istri Jordy begitu posesif, dan Jordy melihat itu dengan dada panas.
“Lepas Sein, kita ada di mana sekarang, jangan sampai Jordy salah paham.” Sergah Shinta menyentak tangan Sein kasar.
“Aku mencintaimu, Shinta. Sangat...” Sein tak mau melepas barang sedikitpun, ia merasa jika Shinta masih miliknya.
“Bagus!” Jordy yang muncul sembari bertepuk tangan pelan menghentikan obrolan terlarang dua orang itu.
Shinta membulatkan mata lalu menepis pelukan Sein secepatnya.
“Sayang, ini tidak seperti yang kau pikirkan.” Ujar Shinta dengan wajah pucatnya, sementara Sein berlalu dari tempat itu, ia enggan menjelaskan hal yang berlawanan dengan hatinya.
“Sein!” panggil Jordy tapi diacuhkan saja oleh Sein yang sudah keluar dari rumah.
“Jordy, kami tidak ada apa-apa, percaya padaku.” Ucap Shinta terisak penuh permohonan.
“Aku tidak tahu, apa yang harus aku pikirkan sekarang.” Jordy meninggalkan Shinta begitu saja, dan pergi keluar rumah seperti Sein tadi.
Seiring kepergian Jordy, Shinta terduduk di lantai dengan tangisan pilunya, ia merasa hidupnya akan berantakan setelah ini. Menyesal tidak memberi tahu masa lalunya dengan sang suami yang pasti salah paham padanya.
“Shinta!!!”
“Shinta!!”
“Shinta!!”
Suara yang memanggil namanya membuatnya membalikkan kepalanya, kali ini bukan hanya suara seperti pemilik sebelumnya, tapi Shinta melihat sosok keluar dari ruangan yang setahunya itu, ruang bawah tanah.
“Si-siapa kau!” tanyanya lalu tawa mengerikan memenuhi ruangan itu, membuat Shinta seketika tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments