Kisah Siapa Ini?

“Beauty!!!”

Ara yang tengah terpejam, kesadarannya dipaksa bangun setengah, ya, antara sadar dan tidak ia mendengar satu nama dipanggil. Namun merasa bukan namanya, ia masuk sepenuhnya dalam alam mimpi.

“Beauty!!!”

Lagi...

“Beauty!!”

Panggilan ketiga, ia membuka mata, “Kenapa gelap sekali?” ujarnya bertanya, ia bingung melihat sekelilingnya yang mendadak gelap gulita.

“Apa hari sudah malam? Lalu kemana yang lain?” ia meraba sekitarnya, tapi hanya sesuatu yang dingin yang dirasakan tangannya.

“Di mana aku?” monolognya sendiri, ia jelas merasakan jika yang tangannya sentuh bukanlah jog mobil. Karena tidaklah empuk sama sekali, melainkan keras, seperti..

“Lantai?” Duganya, karena penglihatannya terhalang gelap.

“Beauty!!”

“Mama?” sahut Ara tanpa sadar lalu perlahan netranya terisi cahaya, penglihatannya semakin jelas menangkap di mana dirinya sekarang.

Sebuah ruangan, “Di mana aku? Kenapa bisa ada di sini?” tanyanya lagi, ia tak menemukan satupun temannya, pun ia berada di sini juga tak tahu bagaimana caranya.

“Apa aku masih bermimpi?” ujarnya bertanya, dan untuk membuktikannya, ia menepuk pipinya beberapa kali, bahkan mencubit lengannya.

“Arghh sakit.” Keluhnya merasa kulitnya panas akibat perbuatannya sendiri.

“Ini bukan mimpi.” Ucapnya menilai sekitar, tapi gurat wajahnya masih tergambar kebingungan, karena ia tak mengenal di mana sekarang, sampai-sampai ia berpikir...

Apa dirinya diculik?

“Beauty!!” ia menoleh lagi pada asal suara yang sejak tadi memanggil tapi tak kunjung ada wujudnya.

Nihil, kosong. Tak ada siapapun.

Tak ingin berlama-lama menunggu, ia bangkit untuk berniat mencari jalan keluar. Tapi,,,

“Hah!? Kenapa kakiku mati rasa begini.” Ia tidak bisa menggerakan sedikitpun tubuhnya, seakan ada yang membius dirinya saat ini.

Tak mati arang, ia berusaha semakin keras menggerakkan tubuhnya, tapi lagi-lagi hanya tangan saja yang bisa ia bebas gerakan.

“Ya Tuhan!! Kenapa dengan tubuhku!!” Erangnya frustasi.

Ara teringat cara selain berjalan, ngesot! Ya, ia akan memanfaatkan tangannya menjadi pengganti kakinya. Namun lagi-lagi ia tetap tidak bisa bergerak, seakan kakinya terpaku di tempat. Ada penahan kuat di tempatnya duduk.

“Kenapa denganku!!!” ia gelisah.

Seiring rasa frustasinya, sebuah siluet muncul dalam penglihatannya dan juga pendengarannya...

Hiks

Hiks

Hiks

Suara tangisan?

“Anak kecil?” Tambahnya memperkirakan jika yang tengah terisak adalah seorang bocah.

Matanya nyalang, hingga bayangan itu tertangkap jelas,,

“Mama!!” seorang bocah kecil menggoncang tubuh sang ibu yang sudah penuh darah. Ara terbeliak melihatnya, ia hendak bersuara, tapi seketika tenggorokkan yang menyimpan pita suaranya tercekat tak bisa mengutarakan satu kata pun.

“Beauty, la-lari.” Perintah seorang wanita yang dipanggil mama oleh sang bocah.

“Tidak mau, Bee tidak mau meninggalkan mama.” Tolak si bocah.

“Nak, lari, mama tidak mau kamu celaka.” Kembali perintah untuk pergi itu diutarakan wanita yang merupakan ibu si bocah bernama Beauty itu.

Tiba-tiba sebuah suara tawa menguar di ruangan itu, telinga Ara pun seketika sakit dan berdengung mendengarnya.

Seorang wanita, muncul dari arah belakang ibu dan anak tadi, wajahnya begitu mengerikan, bermata merah dan seringai jahat muncul dari bibirnya.

Wanita itu menoleh pada Ara, melempar senyum serupa pada Ara hingga gadis itu merinding di tempat.

“Apa dia bisa melihatku?” tanya Ara, karena dari tadi ia hanya jadi penonton bagi ibu dan anak itu, yang tidak melihatnya sama sekali.

Sembari melihat Ara, wanita itu mengayunkan sebuah pisau di lengan ibu bocah tadi.

“Arhhhgggg.” Teriakan kesakitan memenuhi telinga Ara lagi.

“Arghhh.” Ara ikut sakit, bahkan kepalanya tiba-tiba berdenyut pening

“Mama!!!” pekik sang bocah juga terlontar dari bibir Ara serempak.

“Lepaskan mamaku!!!! Dasar wanita jahat.” Kembali, bibir Ara dan Bee mengucapkan kata yang sama dan juga bersamaan.

“Jangan sakiti mamaku.” Lirih Ara berucap penuh permohonan.

Namun, sekelebat bayangan pisau runcing itu tak jua berhenti walau bocah yang ada di hadapan wanita jahat itu sudah menyentuh kaki agar jangan melukai sang ibu.

“Kalian adalah orang yang akan menghalangi kebahagiaanku, maka dari itu, pergilah ke neraka!!!” teriak si wanita pemegang pisau, membabi buta menghujam tubuh ibu Bee yang sudah tak berdaya. Sedangkan sang puteri jatuh tergeletak tak sadarkan diri.

“Ara!!!”

“Ara!!!”

Di alam bawah sadar Ara, gadis itu mendengar ada yang memanggilnya, tubuhnya terasa berguncang.

“Ara!! Sayang!! Sayang!!”

“Hah!!!?” matanya terbuka seketika dengan nafas terengah-engah.

“Aku di mana?” Tanyanya kemudian.

“Syukurlah.” Hendy memeluk erat tubuh Ara penuh rasa khawatir.

“Kau kenapa Ara, kami berusaha membangungkanmu lebih dari satu jam yang lalu.” Ujar Gabby juga cemas wajahnya.

Ara mengerutkan dahinya bingung, “Satu jam? Maksudnya?” ujarnya bertanya,.

“Iya, kami dari tadi membangunkanmu, tapi tak kunjung bangun.” Raisa yang menjawab.

“Kau bahkan menangis dan seperti kesulitan bernafas, makanya Hendy memberikan bantuan pernafasan padamu.” Tambah Gabby menjelaskan.

Ara semakin bingung, melihat sekelilingnya, ia berada di mobil lagi.

Apa dirinya hanya bermimpi?

Tapi, “Arhhhhg.” Kepalanya berdenyut lagi, bahkan saat tangannya terangkat terasa sakit.

“Kamu kenapa, sayang?” tanya Hendy menyentuh wajah Ara.

“Aku tidak tahu kenapa dengan diriku saat ini.” jawab Ara menggelengkan kepalanya.

Ara menatap sekitarnya, rupanya mereka masih berada di depan rumah Angsana nomor 10, saat ia menatap rumah itu, mang Ujun juga tengah menatapnya, tampak gurat dingin di wajahnya.

Pun saat Ara menoleh ke arah lain, ia merasa ada yang tengah menatapnya juga, tapi ia tak tahu siapa, jelas ia itu berasal dari lantai dua dan satu sudut di bawah bangunan.

“Ayo kita pulang.” Ajak Hendy, ia duduk di sebelah Ara, Raisa di kursi paling belakang, sementara di depan ada Roni dan Gabby duduk di sana.

“Kita akan pulang, oke?” Hendy menaruh kepala Ara dalam pelukannya, setidaknya itu yang bisa dilakukan Hendy untuk memberikan kenyamanan pada sang kekasih.

Seperti yang dirasakan Ara, benar adanya.

Banyak pasang mata tengah menatap gadis itu dari rumah megah tadi, tak hanya mang Ujun yang melempar tatapan dingin serta tajam untuk Ara. Tapi, hampir di tiap sudut rumah itu seperti memfokuskan tatapan hanya pada Ara saja.

“Kisah siapa yang aku lihat tadi?” gumam Ara pelan dan ucapannya tertangkap di telinga Hendy karena dekat dengan telinga pria itu.

“Hemm? Kisah siapa, sayang?” Tanya Hendy

“Aku bermimpi melihat sebuah kejadian, di sebuah ruangan, dan aku tidak bisa bergerak sama sekali di sana.” Jawab Ara pelan

“Kejadian? Kejadian apa?” Hendy berujar lagi melempar tanya pada Ara.

“Aku melihat ada kejadian mengerikan, di mana seorang wanita menyiksa wanita satunya lagi dan seorang bocah perempuan menyaksikan hal itu.” Jawab Ara

“Dan setiap kali siksaan itu diberikan, aku merasakan sakit di kepalaku, bahkan ada rasa perih di hatiku melihatnya.” Ucap Ara dengan linangan air mata yang turun setelah mengucapkan hal itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!