Jumpa Cucu

Dewi Madri sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana tampang kedua bocah itu. Pandu sudah melihat sekilas dari profil foto di layar ponsel Arimbi namun tetap saja penasaran ingin bertemu langsung dengan kedua anak yang mengalir darahnya. Pandu sudah tidak sabar ingin sekali dipanggil opa ataupun kakek oleh kedua bocah itu. Satu panggilan yang sudah dia idam-idamkan dari bertahun-tahun lalu.

Arimbi sudah tidak sabar menunggu dibukakan pintu mengeluarkan kunci serep yang ada padanya untuk membuka pintu. Arimbi menduga kalau kedua bocah itu mungkin sedang tidur siang. Sedangkan Srikandi pasti sedang sibuk dengan laporan perjalanan. Srikandi mempunyai tugas lain selain menjadi dokter bantu untuk sementara. Tapi tugas ini menjadi rahasia buat siapapun. Cuma Srikandi yang boleh tahu.

Pintu terbuka mereka disambut suasana sepi. Arimbi mempersilahkan kedua orang tua duduk di sofa dari kayu jati warna coklat. Mata keduanya mengendari seluruh ruangan tanpa banyak pernak pernik. Srikandi tak mungkin menghiasi rumah yang bukan milik pribadi jadi untuk apa repot memasang aneka hiasan. Mereka juga sewa cuma setahun. Yang penting bersih agar penghuni sehat.

Arimbi meninggalkan kedua orang tuanya mencari penghuni rumah. Arimbi masuk ke dalam kamar Srikandi mau lihat apa yang sedang dikerjakan oleh wanita itu.

Ternyata Srikandi juga tertidur bersama laptop di sampingnya. Wanita itu bekerja sampai tertidur. Wajah cantik demikian teduh datangkan rasa iba bila ingat percintaan Srikandi. Maka itu Arimbi bersikeras lindungi Srikandi dari semua bahaya.

Arimbi mesti membangunkan Srikandi kendati ada rasa tak enak. Mengganggu waktu tidur orang bukan hal membanggakan namun ini lumayan urgen karena kedua mantan mertua Srikandi sudah turun ke rumah ini.

Dengan gerakan selembut mungkin Arimbi mengguncang bahu Srikandi. Harus bangunkan namun tak ingin bikin heboh.

"Kak...bangun...ada papa dan mama..." Arimbi sembunyikan suara Tarzan menggunakan suara bernada rendah.

Srikandi membuka jendela hatinya melihat Arimbi telah kembali ke rumah. Gadis ini sudah janji on time dan itu pasti. Arimbi curahkan seluruh kasih sayang pada Srikandi untuk tebus kesalahan Arjuna. Abang yang bersalah adik tebus dosa.

"Very on time...masih ada waktu panjang... kenapa cepat balik?" Srikandi menarik badan bangkit dari kasur milik mereka berdua.

Arimbi tampak gugup mengatakan telah bawa dua sosok yang pernah jadi bagian dari Srikandi.

"Ada papa dan mama..." lirih Arimbi tetap segan walau telah dapat ijin Srikandi.

"What? Kau tak bilang secepat ini."

"Maaf kak...mereka tak sabar ingin jumpa kalian. Mama sangat kangen pada kamu kak. Beliau sudah tak sabar mau jumpa kakak." Arimbi terpaksa culas dikit bilang Dewi Madri rindu pada Srikandi padahal tujuan mamanya adalah kedua bocah itu. Demi menjaga perasaan Srikandi mau tak mau Arimbi harus berbohong.

"Oh..." Srikandi segera meninggalkan tempat tidur merapikan diri untuk menemui mantan mertuanya. Srikandi juga kangen kepada mereka karena telah bertahun-tahun berpisah. Entah bagaimana perubahan kedua orang? Semoga saja Allah selalu melindungi mereka.

Kedua wanita muda ini berjalan beriringan menuju ke ruang tamu yang tidak seberapa jauh. Walaupun gugup Srikandi tetap berusaha tampil sebaik mungkin di depan mata mertuanya agar jangan bilang dia telah terpuruk ditinggal oleh Arjuna. Tanpa Arjuna dia juga hidup dengan baik.

Begitu Srikandi dan Arimbi hadir dua pasang mata mengarah kepada Srikandi. Banyak sekali perubahan pada diri wanita itu. Tetap cantik dan terlihat lebih elegan karena sudah lebih matang.

Acara saling tatap menatap berlangsung beberapa menit barulah Dewi Madri berdiri menghampiri Srikandi dan memeluknya tanpa mengeluarkan kata-kata. Sudah cukup lama mereka tidak saling memberikan kabar apalagi saling kontak. Srikandi menutup seluruh akses untuk menemuinya selain dengan Arimbi. Srikandi benar-benar ingin melupakan kalau dia pernah menjadi bagian dari keluarga ini.

"Apa kabar sayang?" Dewi Madri menepuk punggung Srikandi dengan lembut.

"Sangat baik... bapak dan Ibu juga sehat bukan?"

Dewi Madri mendengar panggilan Srikandi pada mereka. Di mana panggilan manja papa dan mama yang selalu dia keluarkan selama menjadi menantu keluarga ini. Kenapa mendadak berubah menjadi bapak dan Ibu seolah ingin menyatakan adanya jarak antara mereka. Dewi Madri sangat tidak nyaman dengan panggilan Srikandi.

"Srik... sampai kapanpun kami ini tetaplah pada Mama kamu! Jangan membentang jarak Antara Kita." ujar Dewi Madri mengurai pelukan menatap bola mata Srikandi. Dewi Madri tak ingin Srikandi menjadi asing walaupun dia dan Arjuna sudah tak punya hubungan apa-apa.

Srikandi tersenyum manis tak mengatakan iya juga tidak pada permintaan Dewi Madri. Sejujurnya Srikandi sangat segan harus berhubungan lagi dengan keluarga Arjuna. Takutnya nanti Arjuna mengira Srikandi menggunakan kesempatan ini untuk mencari simpati. Arjuna telah menentukan pilihannya maka Srikandi harus menghormati pilihan lelaki itu.

"Ayo duduk! Maaf beginilah tempat tinggal kami untuk sekarang." Srikandi membimbing Dewi Madri duduk di salah satu kursi sofa. Srikandi tetap telaten seperti dulu. Sikapnya masih ramah dan lembut terhadap siapapun. Sikap ini adalah sikap yang paling disukai Dewi Madri dari Srikandi.

Tak pernah berkata kasar walaupun dia disakiti demikian dalam oleh Arjuna. Srikandi memilih pergi secara diam-diam tanpa membuat onar permalukan keluarga. Arjuna yang tidak tahu diri memiliki istri muda dan cantik masih juga berselingkuh dengan perempuan yang hampir sebaya dengan dirinya.

"Kenapa tidak kasih tahu kalau kembali ke sini? Papa dan Mama kan bisa mempersiapkan tempat tinggal untuk kalian." Pandu mulai ikut bersuara.

"Saya tak ingin merepotkan kalian berdua. Dan lagi kami juga tidak lama di sini karena kontrak kerjaanku hanya setahun." sahut Srikandi dengan manis.

Pandu dan Dewi Madri saling pandangan tak menyangka kalau Srikandi hanya singgah sebentar di tanah air. Artinya mereka hanya bisa menikmati waktu yang sangat singkat dengan kedua cucunya. Kalau ingin berjumpa dengan cucunya mereka harus terbang cukup jauh hanya untuk melepaskan rasa rindu.

"Kau tak mau buka praktek di sini? Papa akan membantu kamu mempersiapkan semua fasilitas membuka praktek."

Lagi-lagi Srikandi menolak penerima bantuan dari keluarga Arjuna. Srikandi bersedia menerima kehadiran kedua orang tua Arimbi hanya merasa berhutang kepada gadis itu. Permintaan Arimbi mempertemukan Srikandi dan kedua bocahnya pada kedua orang tua Arimbi hanya karena mengingat jasa dan Budi Arimbi.

"Tak usah...saya tak pernah buka praktek pribadi karena seluruh waktu aku tercurah pada pasien rumah sakit. Untuk sementara biarlah begini! Oh ya.. kau bangunkan kedua keponakan kamu itu. Mereka pasti senang bertemu dengan kakek dan nenek mereka."

Pandu dan Dewi Madri kontan bersemangat mendengar Srikandi meminta Arimbi memanggil kedua bocah kembar itu. Keduanya sudah tidak sabar ini segera melihat bagaimana sosok asli cucu mereka. Apa betul ganteng dan sepintar yang diceritakan oleh Arimbi.

Srikandi bersikap tenang dan sopan walaupun kelak dia tahu dia akan disibukkan oleh kehadiran kedua orang tua Arimbi untuk menjumpai cucu mereka. Srikandi juga tak mau disebut sebagai anak durhaka tak mengizinkan orang tua bertemu dengan cucunya. Cepat atau lambat semua ini pasti akan terjadi jadi lebih baik dipercepat agar mereka sama-sama menyadari telah hadir ikatan antara keluarga Arjuna dan Srikandi. Srikandi juga tak ingin adanya kontak antara Arjuna dengan kedua anaknya.

Arimbi membawa keluar dua bocah yang masih ngantuk untuk berjumpa dengan kakek dan nenek mereka. Kedua bocah itu belum ngeh sekali diajak keluar dari kamar untuk jumpai seseorang. Di sini mereka belum memiliki banyak kawan selain kawan-kawan baru di sekolah. Itupun masih dalam tahap beradaptasi.

Dewi Madri Madri langsung bangkit dari tempat duduk terpesona melihat kedua bocah tampan itu. Perpaduan antara Arjuna dan Srikandi. Raut wajah mirip dengan Arjuna, cuma mata yang lebih mirip ke Srikandi. yang lain mewarisi gen Arjuna juga tinggi badan lumayan untuk ukuran anak-anak seumur Nakula Sadewa. Pandu tak kalah terpesona melihat bagaimana sosok cucu-cucunya itu.

Nakula dan Sadewa masih terdiam memandangi kehadiran kedua orang itu. Rasa-rasanya marka mengenal wajah itu tetapi tetap terasa asing. Selama ini mereka hanya melihat sosok kakek dan neneknya melalui foto-foto yang diperlihatkan oleh Arimbi. Sekarang mereka telah bertemu secara langsung mengundang rasa penasaran di hati kedua bocah ini. Mengapa baru sekarang kakek dan neneknya muncul menemui mereka. Apa mereka anak-anak memalukan yang tak pantas ditampilkan di depan umum?

"Nakula... Sadewa....ayo beri salam pada opa dan Oma kalian!" Srikandi memberi perintah kepada kedua anaknya untuk menyalami kedua orang tua itu.

Masih dipenuhi keraguan kedua anak itu berjalan maju sampai ke depan Pandu dan Dewi Madri. Masih dengan tatapan penuh kecurigaan kedua anak itu menyalami Pandu disusul Dewi Madri. Mereka tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Srikandi tetapi mata mereka tak lekang dari wajah kakek dan neneknya. Siapapun tak tahu apa yang terukir di benak kedua anak ini. Mereka bocah kecil yang selalu dianggap hanya tahu main.

Dewi Madri mengusap kepala Nakula dan Sadewa tak henti untuk menyalurkan rasa haru yang telah membanjiri seluruh hati. Mimpi 1000 kali Dewi Madri tak menyangka Dia memiliki sepasang cucu yang mirip dengan anak-anak di dalam iklan. Begitu tampan mempesona menarik perhatian semua orang. Dewi Madri tidak dapat membayangkan bagaimana kalau kedua anak ini telah tumbuh dewasa. Berapa banyak anak gadis akan patah hati bila tak mendapat cinta dari keduanya.

"Ini Oma sayang...ayo panggil Oma..." bibir Dewi Madri mengukir senyum tetapi air mata menetes tanpa diminta. itu adalah air mata kebahagiaan mendapat karunia tak terhingga dari Allah SWT. Kedua anak ini lebih berharga daripada satu kontainer emas permata.

"Halo Oma...saya Nakula..Abangnya Sadewa..." Nakula duluan memperkenalkan diri karena dia merasa lebih tua dari Sadewa.

"Halo...saya Sadewa...kami berdua adalah putera terganteng dari Nona Srikandi." Sadewa lebih kocak dari Nakula yang tampak lebih serius.

"Iya...Oma sudah lihat betapa ganteng kalian. Kalian berdua sangat mirip sulit dibedakan. Apa ada rahasia untuk membedakan kalian?" Dewi Madri mencubit pipi tembem Sadewa yang menggemaskan.

"Ada Oma...saya punya lesung pipi dua sedangkan Nakul cuma satu. Nakula itu terlalu berambisi untuk menjadi Abang maka sebelum Tuhan menyelesaikan tugas membuat lesung pipi satu lagi dia sudah meluncur turun ke bumi. Terpaksalah Nakula menerima nasib lesung pipinya cuma satu. Aku sih sabar makanya mendapat jatah dua lesung. Itulah kata orang orang sabar disayangi oleh Tuhan!" Sadewa kembali bergurau mengundang tawa semua orang yang hadir di situ. Sadewa memang sangat lucu menggemaskan.

Terpopuler

Comments

Cahaya Ibrahim

Cahaya Ibrahim

jadi ingat anak dokter citra yang punya lesung pipi juga

2023-10-16

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

aish.. geng lesung pipi

2023-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kenalan
2 Kawan Sehati
3 Tutor Idaman
4 Lawan Si Culas
5 Bermula Kisah
6 Restu Beracun
7 Klop
8 Sinetron Rumahan
9 Terbongkar
10 Diusir
11 Otak Udang
12 Cucu Rahasia
13 Pulang
14 Pengakuan
15 Mencari Pewaris
16 Jumpa Cucu
17 Kenalan
18 Pesta
19 Ketemu Batu
20 Insiden
21 Semakin Kacau
22 Mantan Tak Indah
23 Pecat Kunti
24 TAK SEINDAH BAYANGAN
25 PENGAKUAN
26 Kunti Minta Maaf
27 JADI RELAWAN
28 Kena Skorsing
29 Si KEMBAR JAHIL
30 Jumpa Papi
31 Praduga
32 Test DNA
33 Curiga
34 Mengejar Cinta
35 Tak Tik
36 Teman Baru
37 Tersingkir
38 Pelukan
39 Anak Lucu
40 Dokter Anak Tiri
41 Buka Praktek
42 KESABARAN YUDISTIRA
43 Srikandi Dokter Idaman
44 Result DNA
45 Kunti Stress
46 Nakula Drop
47 Tamparan Menyegarkan
48 Draft
49 Dibuang
50 Kunti Berulah
51 Tuntutan
52 Janji Safitri
53 Kunti Kena Batu
54 Ketegasan Arjuna
55 Nakula
56 Ngobrol
57 Berdamai
58 Si Muka Licik
59 Tak ada Damai
60 Cari Kesempatan
61 Terbongkar Rahasia
62 Ketulusan Pembaca
63 Terbongkar
64 Wanita Pujaan
65 Interogasi
66 Siapa Penjaga
67 Pencuri Tidur
68 Derita Safitri
69 Jumpa Lagi
70 Karma
71 Sapu Kunti
72 Runtuhnya Kunti
73 Dosa Turunan
74 Penyesalan
75 Senjata Makan Tuan
76 Insaf
77 Mulai Bekerja
78 Bisma
79 Cerita Di Kantin
80 Jemputan
81 Undangan
82 Berteduh
83 Pengakuan
84 Pengumuman
85 Draft
86 Tuntutan
87 Ayok Nikah
88 Restu Keluarga
89 Nikah Kilat
90 Cerita Keluarga
91 Mengejar Cinta
92 Rencana Kunti
93 Kisah Panjang
94 Pulang
95 Peran Arjuna
96 Pencerahan
97 Rencana Matang
98 Super Papi
99 Terpancing
100 Double Kekacauan
101 Saling curhat
102 Cobaan
103 Perang Dingin
104 Tiada Kata Maaf
105 Adu Mulut
106 Siasat Arjuna
107 Anak Bapak
108 Hajat Bima
109 Keluarga Bahagia
110 Satu Keluarga
111 Asah Otak
112 Bencana
113 Nikmat Keluarga
114 Jasa Arjuna
115 Arjuna Victory
116 Menyerah
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal Kenalan
2
Kawan Sehati
3
Tutor Idaman
4
Lawan Si Culas
5
Bermula Kisah
6
Restu Beracun
7
Klop
8
Sinetron Rumahan
9
Terbongkar
10
Diusir
11
Otak Udang
12
Cucu Rahasia
13
Pulang
14
Pengakuan
15
Mencari Pewaris
16
Jumpa Cucu
17
Kenalan
18
Pesta
19
Ketemu Batu
20
Insiden
21
Semakin Kacau
22
Mantan Tak Indah
23
Pecat Kunti
24
TAK SEINDAH BAYANGAN
25
PENGAKUAN
26
Kunti Minta Maaf
27
JADI RELAWAN
28
Kena Skorsing
29
Si KEMBAR JAHIL
30
Jumpa Papi
31
Praduga
32
Test DNA
33
Curiga
34
Mengejar Cinta
35
Tak Tik
36
Teman Baru
37
Tersingkir
38
Pelukan
39
Anak Lucu
40
Dokter Anak Tiri
41
Buka Praktek
42
KESABARAN YUDISTIRA
43
Srikandi Dokter Idaman
44
Result DNA
45
Kunti Stress
46
Nakula Drop
47
Tamparan Menyegarkan
48
Draft
49
Dibuang
50
Kunti Berulah
51
Tuntutan
52
Janji Safitri
53
Kunti Kena Batu
54
Ketegasan Arjuna
55
Nakula
56
Ngobrol
57
Berdamai
58
Si Muka Licik
59
Tak ada Damai
60
Cari Kesempatan
61
Terbongkar Rahasia
62
Ketulusan Pembaca
63
Terbongkar
64
Wanita Pujaan
65
Interogasi
66
Siapa Penjaga
67
Pencuri Tidur
68
Derita Safitri
69
Jumpa Lagi
70
Karma
71
Sapu Kunti
72
Runtuhnya Kunti
73
Dosa Turunan
74
Penyesalan
75
Senjata Makan Tuan
76
Insaf
77
Mulai Bekerja
78
Bisma
79
Cerita Di Kantin
80
Jemputan
81
Undangan
82
Berteduh
83
Pengakuan
84
Pengumuman
85
Draft
86
Tuntutan
87
Ayok Nikah
88
Restu Keluarga
89
Nikah Kilat
90
Cerita Keluarga
91
Mengejar Cinta
92
Rencana Kunti
93
Kisah Panjang
94
Pulang
95
Peran Arjuna
96
Pencerahan
97
Rencana Matang
98
Super Papi
99
Terpancing
100
Double Kekacauan
101
Saling curhat
102
Cobaan
103
Perang Dingin
104
Tiada Kata Maaf
105
Adu Mulut
106
Siasat Arjuna
107
Anak Bapak
108
Hajat Bima
109
Keluarga Bahagia
110
Satu Keluarga
111
Asah Otak
112
Bencana
113
Nikmat Keluarga
114
Jasa Arjuna
115
Arjuna Victory
116
Menyerah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!