Srikandi tak berniat mengecewakan Utari walau itu bukan makanan favorit. Utari sudah susah payah belain beli makanan untuk dia mana mungkin Srikandi tega tak makan. Tak enak juga harus dimakan.
Utari membawa nampan satu lagi barulah duduk manis di depan Srikandi. Utari suka duduk saling berhadapan supaya puas melihat sejauh mana perubahan sosok Srikandi.
Srikandi melap sendok dan garpu gunakan tisu yang tersedia di setiap meja makan. Pekerjaan sama dilakukan oleh Utari yakinkan peralatan makan bebas dari kotoran dan kuman. Mereka adalah pelawan kuman penyakit tentu saja harus jadi contoh teladan perangi bibit penyakit.
"Kau makin cantik Sri.." Utari menatap Srikandi lekat-lekat. Tatapan teman sejati berbaur rasa kangen panjang.
"Tak ada uang receh...makan jangan ngoceh tak jelas." kilah Srikandi tak enak hati dipuja kawan sendiri.
"Aku serius..Arjuna pasti menyesal telah selingkuh dari kamu. Kunti harus oplas setiap tahun untuk saingi kamu. Dia mulai kendor sana sini. Maklumlah hati penuh belatung busuk."
"Tari...kita tak usah bahas orang tak penting. Biarlah mereka bahagia dengan pilihan dia. Jangan merusak selera makan aku!"
Utari tersadar telah ungkit kesedihan Srikandi. Utari baru rasa bodoh telah mengulang kisah sedih Srikandi. Srikandi pasti berjuang dari tahun ke tahun untuk melupakan kejadian yang menimpanya.
"Maaf say...kita tak usah bahas mereka lagi. Aku mau dengar sampai di mana karir kamu. Mentok di spesialis?"
"Aku dalam program S3. Ini juga choas jelang dilantik. Tahun depan aku semakin maju. Kau puas cuma segini?"
Utari mengaduk makanan di piring malas santap makanan yang sudah dipilih. Persoalan yang sudah dihadapi cukup mengganggu pikirannya. Utari mana ada selera makan mengingat kebejatan Duryudana. Duryudana telah melukai hati Utari sampai menganga berdarah.
"Aku mau jujur kepadamu kalau aku akan bercerai dari Duryudana. Mungkin aku harus kembali ke perusahaan papa aku meninggalkan snelli kedokteran."
Selera makan Srikandi turut sirna tatkala Utari mengungkap isi hatinya. Srikandi dapat merasakan betapa sedihnya Utari berdiri di posisinya seperti 8 tahun lalu. Srikandi sendiri tidak dapat membendung kepedihan yang membanjiri hatinya.
"Yang terbaik saja. Kau harus pikir matang-matang sebelum bertindak karena sekali kita melangkah tak ada jalan mundur lagi."
Kepala Utari angguk-angguk sementara tangannya terus yang mengaduk makanan tanpa membawanya ke dalam mulut. Kegalauan jelas tersirat di wajah Utari yang manis.
"Sudah kupikirkan say...tak ada guna lanjut hidup bersama pecundang. Aku tak mau jadi wanita melankolis menangis haru biru ratapi nasib diselingkuhi. Aku harus tegar lawan laki setan itu. Kalau kamu bisa kenapa aku tidak."
Srikandi acung jempol puji ketegasan Utari. Srikandi suka sikap Utari tidak meratap cengeng. Malahan Srikandi merasa Utari jauh lebih kuat darinya.
"Aku dukung kamu."
"Trim's sayang...Oya kau tinggal di mana?"
"Tidak terlalu jauh dari sini. Kapan mau singgah di rumah kontrakan aku?"
"Kamu kontrak rumah? Masya Allah... kenapa tak tanya aku? Aku punya beberapa apartemen kosong bisa kau tempati. Sayang buang uang kontrak rumah. Emang berapa lama kamu bayar kontrakan?"
"Setahun karena kontrak kerja aku memang setahun. Ayok dimakan nasinya. Tak baik lho mubazir makanan." kata Srikandi sok bijak padahal dia sendiri juga tak kalah sedih lihat kehancuran rumah tangga temannya. Utari akan rasakan kesedihan yang pernah dia alami bertahun lalu.
Utari tersenyum hambar. Srikandi melihat duka mendalam di manik mata temannya. Srikandi tak bisa nasehati Utari sebab dia tahu gimana sakitnya dikhianati orang yang kita cintai. Luruh seluruh raga melihat kenyataan laki yang jadi sandaran hidup berbagi hati dengan wanita lain.
"Aku sedang urus ambil alih perusahaan. Semua akses Duryudana kucurkan dana dari perusahaan sudah kututup. Aku mau lihat gimana dia manjakan perempuan sampah itu lagi. Kau ingat Bisma? Sekarang dia pengacara handal, aku menyewa dia untuk selesaikan semua masalah aku. Hampir sembilan puluh persen kelar."
"Sudah berapa lama kau tahu sampah-sampah itu kumpul jadi satu?"
"Setengah tahun lalu sewaktu dia minta ijin pergi berbisnis keluar kota. Katanya tinjau proyek bersama beberapa karyawan nyatanya pergi tour keluar negeri dengan setan alas. Aku jumpa mereka di bandara. Duryudana tak sangka aku muncul di bandara sehingga dia mati kutu. Sejuta alasan dia kemukan untuk bela diri. Dari situ aku mulai curiga dan telusuri hubungan mereka. Aku yang tolol tak tahu kalau hubungan mereka bukan rahasia di perusahaan."
"Lalu?" Srikandi menanti kelanjutan curhat Utari. Berbagai duka mungkin akan melegakan hati yang mampet oleh rasa benci.
"Aku mulai menyusun rencana mengambil semua aset dan menutup akses dia sedikit demi sedikit. Celakanya mertua aku dukung Prita berada di samping Duryudana. Aku akan buat Duryudana mati gaya suatu waktu nanti. Dia akan rasakan bagaimana rasanya sakit hati." ujar Utari menampakkan rasa benci mendalam pada suaminya. Rasa sayang San cinta telah terkikis berganti dendam membara.
Acara makan kedua dokter ini berubah jadi ajang curhatan. Mereka sama-sama ditipu oleh kasih sayang palsu dari lelaki. Rasa percaya kepada lelaki makin menjauh dari hati keduanya.
"Asal itu tak menyakiti kamu silahkan lanjut. Aku dukung kamu beri pelajaran buat laki brengsek tak tahu terima kasih.Kita ngobrol sana sini ujungnya balik ke kisah pahit kita. Kita cerita yang lain saja. Nasinya jadi basi gara-gara kena bakteri jahat laki culas."
Utari tak dapat sembunyikan tawa lihat betapa geram Srikandi pada Duryudana. Lantas apa hubungan nasi dengan laki brengsek itu? Kenapa Srikandi kambing hitamkan Duryudana sebagai penyebab hilangnya selera makan.
"Ok...kita alihkan topik. Kau sudah punya pengganti Arjuna?"
Srikandi tertawa kecil menanggapi pertanyaan Utari. Bukan satu dua orang selalu bertanya begitu. Orang-orang mengira untuk memasukkan seorang lelaki di dalam hati secara tulus segampang membalikkan telapak tangan. Srikandi bukan orang yang mudah menerima seseorang menyusupi hidupnya setelah dia mengalami bencana besar yang menghantamnya sampai tak berani menghadapi berhubungan dengan pernikahan.
"Ada nanti kukenalkan! Mereka ganteng dan pintar. Kocak bikin hidupku bahagia."
"Alhamdulillah kau sudah move on....eh tunggu...katamu mereka. Seberapa banyak kau tebar bibit cinta. Mekaran semua?"
"Mekar banget! Gimana hari Minggu nanti kita pergi main? Kau yang bawa kami karena kami kurang tahu tempat main masa kini."
"Ok... kuharap aku tak jatuh cinta pada incaran kamu."
Srikandi tertawa renyah mengundang tatapan heran dari pengunjung kantin lain. Srikandi merasa geli Utari punya pendapat mau jatuh cinta lagi.Satu cintanya tak habis ditelan masa. Mau uber cinta lagi. Apa Utari sanggup membagi segunung cinta.
"Kau pasti jatuh cinta setelah jumpa."
"Semoga cocok...aku nikung kamu." olok Utari tak takut Srikandi tersinggung. Utari yakin Srikandi tahu dia hanya bercanda. Utari sudah merasakan bagaimana diselingkuhin mana mungkin tega merebut milik temannya lagi.
"Kutunggu..." sahut Srikandi kalem membuat Utari geregetan ingin mencubit hidung bangir Srikandi yang bertengger di wajah.
Waktu berjalan terus memaksa keduanya cepat menyelesaikan makan siang karena Utari masih harus kembali piket sampai waktu yang ditentukan. Srikandi harus pergi dati rumah sakit sambil menunggu jadwal kerjanya. Dia masih mempunyai beberapa hari untuk beristirahat sebelum betul-betul terjun menangani semua pasien.
Srikandi meninggalkan rumah sakit setelah mengantar Utari balik ke tempat dia piket. Utari harus bersabar sampai 1 jam ke depan untuk bisa bebas dari tugas.
Srikandi mencari taksi untuk pulang ke rumah kontrakan dia. setelah ini Srikandi harus memikirkan alat transport dia karena tak mungkin setiap hari membayar taksi yang lumayan mahal. paling tidak Srikandi bisa membeli motor untuk menjadi alat kendaraan antar dia pulang pergi kerja.
Dalam hal ini Srikandi akan berdiskusi dengan Arimbi adik mantan suaminya yang masih berhubungan baik dengannya sampai detik ini. Arimbi sangat memahami Srikandi dan telah menemaninya bertahun-tahun melanglang buana di luar negeri. Arimbi sangat membenci Arjuna dan Kunti sampai tidak mau pulang ke tanah air hanya untuk menghindari pasangan itu. Selama ini Arimbi tinggal bersama Srikandi di luar negeri sambil melanjutkan kuliah. Boleh dibilang Arimbi tak pernah meninggalkan Srikandi di masa-masa diam mengalami hari-hari penuh duka.
Srikandi pulang ke tanah air Arimbi juga ikut pulang untuk menemani Srikandi sampai setahun ke depan. Srikandi sangat mengandalkan Arimbi menjadi teman di kala sedih.
Srikandi sampai di rumah kontrakan setelah berkutat dengan kemacetan selama 1 jam. Ibukota kapan akan bersih dari kemacetan? Mulai pagi hingga magrib ibukota tetap dilanda kemacetan. Kecuali hari telah gelap barulah kemacetan satu persatu berurai menyisakan beberapa kendaraan lalu lalang di jalan raya.
Srikandi membuka pintu dengan kunci serap karena kunci utama ada di tangan Arimbi. Gadis muda itu senantiasa setia berada di samping Srikandi kendati Arjuna adalah abang kandungnya.
"Assalamualaikum..." sapa Srikandi mengharap ada yang menjawab.
"Waalaikumsalam... mami sudah pulang?" muncul seorang anak kecil bertubuh gempal dari kamar. Rambutnya awutan tanda baru bangun dari tidur.
"Wah ganggu nih! Tidur ya?" Srikandi meraih kepala anak itu lalu hadiahkan kecupan di ubun kepala. Tampak jelas Srikandi sangat sayang kepada anak itu.
Anak itu mengambil tangan Srikandi letakkan di atas jidat tanda salam. Didikan anak patut acung jempol. kalau dari kecil seorang anak telah dihujani oleh ilmu agama maka secara tak langsung telah mengantarnya menjadi anak sholeh.
"Baru mau tidur. Sadewa dan onty sudah lama tidur. Mami capek? Naku ambil minum ya!" anak itu tahu diri hendak layani maminya selepas kerja.
Srikandi menggeleng putar badan ke arah sofa untuk manjakan badan. Srikandi meletakkan tasnya di atas meja sambil periksa apa ada kotoran di atas meja. Srikandi bukan tak kenal Arimbi si anak malas. Di mana dia makan selalu tinggalkan jejak kotoran.
"Onty ada kasih kasih kalian makan siang?"
"Ada dong...tadi onty pesan fast food. Spaghetti with beaf. Very delicious but little spicy."
"Naku...kita sudah ada di tanah air. Tak usah gunakan bahasa Inggris. Tak semua orang paham omongan kalian." Srikandi ingatkan anaknya untuk gunakan bahasa lokal walau mereka besar di luar negeri. Srikandi mau anak-anaknya mencintai tanah tumpah walaupun mereka bukan warga sini lagi. Paling tidak Mami mereka berasal dari Indonesia. Srikandi tetap ajar anak-anaknya kenal negara maminya.
"Yes mami...maksud iya mami... Mami pergilah istirahat kalau capek! Apa perlu Naku pijitan?" tubuh gempal itu memanjat sofa mulai menyenangkan maminya. Jari mungil bulat pindah ke bahu Srikandi memijat lembut. Pijitan Nakula tak kuat namun meresap dalam hati. Perhatian anaknya sudah menghilangkan semua rasa lelah.
"Terimakasih sayang..pergilah tidur siang. Bukankah nanti malam masih ada homework harus dikerjakan? Nanti kamu cepat ngantuk kalau tak tidur." Srikandi menepuk jari gempal di bahunya perlahan. Srikandi takut menyakiti jari anaknya bila lakukan kencang.
"Tapi mami kan capek!"
"Mami belum mulia tugas. Belum capek...pergilah! Mami akan masak kesukaan kamu. Salmon panggang.."
Mata Nakula kontan bersinar membayangkan potongan ikan lezat bersatu dengan lidahnya. Digigit perlahan meresapi cita rasa ikan segar takkan terlupakan seumur hidup. Tak terasa air liur Nakula menetes tak sabar mau cicipi menu kesukaan dia.
"Tapi Sadewa tak suka salmon. Nanti dia marah lagi mami tak masak makanan dia." Nakula teringat pada saudara kembarnya yang kurang suka daging ikan. Anak itu lebih suka daging merah dan ayam apalagi yang namanya ayam crispy. Sepuluh paha ayam juga amblas ke perutnya.
"Mami akan bikin steak untuknya. Ok?"
Nakula puas pada jawaban maminya bergerak turun dari sofa berjalan masuk ke kamar bergabung dengan saudara kembarnya serta Arimbi yang telah pulas tidur siang. Arimbi sungguh dahsyat. Disitu jaga anak malah dia yang molor.
Srikandi tidak mengharap apalagi selain ini melihat kedua anaknya tumbuh menjadi manusia yang berguna. Bisa menemaninya sampai hari tua itu sudah merupakan prestasi mengagumkan.
Srikandi tinggalkan ruang tamu menuju ke dapur memasak makanan untuk makan malam. Kedua anak kembarnya sama pintar namun memiliki karakter berbeda. Nakula yang menjadi Abang lebih pengertian dan lembut sedangkan Sadewa lebih kasar tapi otaknya luar biasa. Kedua anaknya saling menyayangi satu sama lain. Mereka memahami posisi Srikandi menjadi single parents. Keduanya tak pernah menuntut Srikandi ini itu walau tahu anak lain punya papi. Mereka tak punya yang namanya papi namun tak jatuhkan semangat mereka untuk lebih maju dari anak lain. Justru mereka lebih rajin dari anak lain biar mami mereka bangga pernah lahirkan mereka berdua. Srikandi telah dapatkan kemenangan sebagai mami dari dua anak jenius.
Utari berniat pulang ke rumah untuk istirahat setelah berapa hari tak pulang. Utari malas pulang jumpa Duryudana maka sengaja minta piket gantiin teman yang halangan datang karena ada urusan. Duryudana telah katakan akan pergi maka Utari bersedia pulang.
Utari pingin tidur sepuasnya ganti begadang di rumah sakit. Badan Utari mau rontok saking lelah mengurus ratusan pasien silih berganti. Tanpa adanya Duryudana maka Utari lebih bebas dan nyaman. Setiap melihat suaminya perut Utari bergejolak ingin muntah. Mual lihat tampang manusia monyet tak tahu untung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
玫瑰
manusia yang tidak kenal terima kasih. ibarat kata pepatah "kacang lupakan kulit "..
2023-10-15
1