Kawan Sehati

Arjuna benar tak sangka kalau Srikandi akan mendadak muncul di rumah padahal dia juga sudah berniat pergi ke hotel bersama Kunti untuk rayakan kesuksesan Srikandi menjadi dokter.

Arjuna bisa bersama Kunti di kamar karena mereka baru saja mengalami kecelakaan di mana mobil yang dibawa Arjuna ditabrak pengemudi baru hingga masuk parit. Untunglah tak ada luka namun mereka berantakan. Kunti minta mandi di tempat Arjuna karena tak sempat pulang ke rumah lagi. Kunti berniat pinjam pakaian Srikandi yang menimbulkan salah paham besar. Srikandi mengira Arjuna telah lakukan hal maksiat dengan Kunti sehingga kabur yak pernah kembali pada Arjuna.

Arjuna tak tahu kalau Kunti sengaja matikan ponsel Arjuna biar salah paham antara kedua pasangan itu makin menganga lebar. Kunti mau ambil keuntungan dari kejadian ini pisahkan Arjuna dari Srikandi dan dia berhasil.

Orang tua Srikandi langsung bawa Srikandi tinggalkan tanah air melanjutkan kuliah dokter spesialis yang diidamkan Srikandi.

Kenangan buruk itu terukir jelas di lubuk hati Srikandi tak selamanya takkan terhapus. Srikandi sangat membenci Arjuna dan Kunti. Keduanya telah merampas kebahagiaan dia.

Delapan tahun kemudian.

Kini Srikandi telah kembali ke tempat sama untuk berkarir sebagai dokter spesialis internis. Srikandi jauh melampaui Kunti yang masih dokter umum. Srikandi harus bisa melupakan masa lalu memulai apa yang mesti dia kerjakan sebagai seorang dokter. Jangan terhalang oleh kisah tak sedap karirnya tak bisa maju.

Srikandi keraskan hati walau sadar besar kemungkinan jumpa kedua makhluk jelmaan setan itu. Srikandi berjanji abaikan mereka. Anggap saja mereka itu sama saja rekan kerja lain. Jika perlu tak usah interaksi.

Lamunan Srikandi buyar tatkala pintu diketuk dari luar dengan nada konsisten. Orang yang ketuk pintu punya jiwa seni lumayan. Ketuk pintu saja sedap di kuping.

"Masuk..." sahut Srikandi merdu tak kalah sedap dari suara ketukan pintu.

Dua orang perawat muda berpakaian hijau menyembulkan badan pindah ke dalam ruangan dengan malu-malu kucing. Mereka berdua berdiri siaga seperti murid sedang menghadap guru.

"Kalian ada perlu?" tanya Srikandi ramah dan lembut.

"Kami disuruh hadap bu Dokter oleh pak Wardana. Katanya kami akan bekerja untuk bu dokter."

Srikandi tersenyum mendengar alasan kedua perawat muda ini datang kepadanya. Ternyata mereka ditugaskan oleh pak Wardana untuk membantunya sehari-hari melayani pasien. Srikandi tentu saja tidak keberatan menerima kedua perawat muda itu untuk menjadi kaki tangannya.

"Oh gitu ya! Ok..aku dokter Srikandi. Kalau begitu mulai nanti kapan aku ditugaskan kalian akan membantu aku. Kuharap kita bisa bekerja sama untuk memberi yang terbaik bagi orang sakit." Srikandi memberi sambutan yang sangat ramah membuat kedua perawat itu merasa berada di tempat yang tepat. Biasanya seorang dokter spesialis akan berkesan angkuh dan sombong. Baru kali ini mereka menemukan seorang dokter muda yang baik dan ramah.

"Ya bu...aku Sriwati." salah satu di antara mereka perkenalkan diri.

"Aku Citra bu.." disusul yang satunya lagi memperkenalkan diri.

"Baik...semoga kita menjadi partner yang cocok. Aku masih kurang paham peraturan rumah sakit ini jadi kalian bisa kasih tahu semua satu persatu bila nanti kita sudah mulai kerja." suara Srikandi begitu lembut membuat keduanya tampak sumringah.

Kerja berat takkan terasa bila punya majikan baik. Parah kalau atasan sombong hanya tahu perintah. Dokter model apa belum mereka temui selama bekerja di rumah sakit ini. mungkin baru kali ini mereka menemukan dokter yang betul-betul mengademkan hati mereka.

"Iya bu...kami siap bila jadwal praktek ibu sudah turun." kata Sriwati semangat.

Srikandi tertawa lebar menerima dua perawat muda energik. Perawat model begini yang dia harapkan.

"Baik... tinggalkan nomor kontak kalian agar kita bisa berhubungan setiap saat."

Dengan tak sabar kedua perawat muda itu menulis di atas kertas putih yang disodorkan Srikandi. Srikandi perhatikan cara keduanya menulis. Srikandi menduga kalau Citra lebih teliti dari Sriwati karena dia menulis namanya di samping nomor kontak yang dia tinggalkan. Sedangkan Sriwati hanya menuliskan nomor menunjukkan dia lebih teledor. Dari sini Srikandi bisa menilai kinerja kerja keduanya. Srikandi akan mengambil Citra untuk berada di dalam ruangan sedangkan Sriwati akan tangani antrian nomor pasien. Tapi Srikandi akan beri Sriwati kesempatan juga untuk lihat sampai di mana kemampuan kedua perawat itu melayani pasien. Tak semua pasien mudah dihadapi. Ada saja yang kadang bikin para dokter puyeng bisa jumpa pasien tukang buat ulah.

Kedua perawat itu pamitan menunggu kapan Srikandi akan bertugas. Srikandi juga hanya bisa menunggu instruksi dari pihak rumah sakit kapan dia akan mulai praktek. Kontrak Srikandi hanya setahun jejali kondisi rumah sakit ini menuju ke akreditasi rumah sakit internasional.

Ruangan kembali sepi. Barusan ada sedikit kehidupan sekarang kembali redup. Srikandi tahu jalan ke depan takkan mudah sebab Arjuna juga berada di rumah sakit sama. Delapan tahun apa mampu menyembuhkan luka di hati Srikandi. Srikandi , meninggalkan tanah air namun tak ada gerakan dari Arjuna mencari Srikandi klarifikasi apa yang dia lihat. Betapa sakit hati Srikandi mendapatkan Arjuna berselingkuh dengan Kunti. Mereka tumbuh besar di lingkungan yang sama. Boleh dibilang mereka tetangga.

Srikandi tahu Kunti memuja Arjuna namun Arjuna lebih memilih dia yang jauh lebih muda dari Kunti. Arjuna tak keberatan bimbing Srikandi menjadi dokter muda handal. Hari-hari mereka begitu bahagia walaupun Srikandi masih muda perlu bimbingan dari Arjuna. Srikandi berusaha mengimbangi kedewasaan Arjuna dalam rumah tangga mereka tanpa membebani Arjuna dengan berbagai permintaan tak masuk akal.

Bukan sekali dua kali Kunti berusaha memisahkan Srikandi dan Arjuna. Sayang sekali Arjuna terlalu bucin pada Srikandi sehingga rencana jahat Kunti tak pernah sukses. Apapun itu semua sudah tidak penting bagi Srikandi. Dia dan Arjuna sudah tak memiliki hubungan apa-apa selain hubungan rekanan kerja yang baru akan segera dimulai. Srikandi bukannya tidak tahu kalau rumah sakit ini adalah milik keluarga Arjuna. Sayang Srikandi tidak bisa menolak panggilan tugas yang dilimpahkan kepada dirinya.

Srikandi harus siap menantang semua cobaan yang bakal muncul satu persatu saat dia hadir kembali di kehidupan Arjuna walaupun bukan sebagai pasangan suami istri. Sedikit banyak pasti ada rasa sungkan di antara mereka. Srikandi harus lebih tabah walaupun harus melihat Arjuna dan Kunti di rumah sakit ini.

"Halo...." kepala Srikandi terangkat mendengar sapaan yang begitu manja bergema di sekitar gendang telinganya.

Pupil mata Srikandi kontan berbinar melihat sosok berpakaian putih bersih berdiri di antara daun pintu. Sosok yang sudah lama menghilang dari peredaran mata kini hadir lagi membawa kebahagiaan buat Srikandi.

"Utari????"

"Hhmmm kirain lupa padaku setelah jadi spesialis." Utari membawa tubuh masuk ke dalam sambil rentangkan tangan menanti tubuh semampai itu berlabuh ke dalam pelukan.

Srikandi tak ragu merapatkan tubuh ke tubuh temannya yang berpisah cukup lama. Keduanya saling melepaskan rasa rindu sekian tahun tak jumpa. Ada rasa haru menyelimuti relung hati Srikandi. Cukup lama Srikandi tak pernah kirim kabar pada teman seperjuangan sewaktu kuliah di fakultas sama.

"Kau kok makin muda...dikasih makan apa untuk kembali jadi remaja?" Utari menjauhkan tubuh Srikandi untuk melihat temannya lebih jelas.

"Omong apa itu? Kamu sudah sampai di mana?" Srikandi menyentuh baju snelli temannya. Pakaian Utari cukup keren memberi tanda dia sudah jadi dokter seratus persen.

"Mentok dokter umum... kudengar kamu spesialis Internis. Wah hebat...semuda ini sudah spesialis. Aku iri padamu.." Utari mengguncang bahu Srikandi pura-pura kesal tertinggal jauh dari Srikandi.

"Hanya beruntung saja...berapa anakmu?"

Utari menarik tangan Srikandi duduk di kursi agar lebih nyaman bercerita perjalanan hidup mereka. Srikandi menangkap beban duka hinggap di mata sahabatnya itu. Cuma Srikandi tak mau sok tahu menduga yang belum tentu seperti dugaan dia.

"Aku belum punya anak..."

"Hei...hei..kendor amat! Berapa tahun kamu dan Duryudana berkeluarga? Masa tak ada bangau baik hati antar bocah kepada kalian." Srikandi menepuk paha Utari bermaksud bercanda.

"Kau tak tahu kemelut yang kuhadapi. Nanti aku akan cerita. Sekarang kita baru jumpa setelah terpisah delapan tahun. Kamu tak berubah malah makin muda. Sudah cantik pintar lagi. Apa sudah ada pengganti Arjuna?"

Srikandi tersenyum hambar menggeleng kepala beberapa kali. Berat sekali melupakan Arjuna walaupun bertahun-tahun telah terlampaui. Srikandi belum bisa menerima kehadiran lelaki lain dalam hidupnya meskipun Arjuna tak pantas dapatkan cinta Srikandi yang tulus.

"Kita wanita sekali cinta takkan goyah tapi mengapa laki demikian kurang ajar tebar cinta sana sini." rutuk Utari tak sadar bocorkan isi hati yang terpendam.

"Tar.. jangan bilang Duryudana jual cinta kamu!"

Utari meringis memamerkan giginya yang bersih. Raut wajah Utari seakan menahan rasa sakit sulit diukur dengan meteran sepanjang apapun. Srikandi menghela nafas ikut menanggung beban Utari. Kesedihan Utari pernah dia rasakan sampai detik ini.

"Kau masih bersama dia?"

"Masih tapi akan segera berakhir. Aku akan beri pelajaran berharga buat laki setan itu."

"Memangnya kenapa Tar? Dia piara vampir pengisap darah?"

"Dia memang tak ngaku tapi aku sudah berapa kali pergoki dia main sama sekretaris dia. Sering kali keluar bersama alasan bisnis jumpa klien. Aku sudah susun rencana buat dia kehilangan segalanya."

"Kau bisa? Ada rencana suntik mati?" gurau Srikandi agar tidak tegang. Bahas hal sensitif begini selalu buat urat leher menegang. Tensi darah auto melonjak bisa bikin orang stroke berat.

"Itu terlalu enak buat dia. Perempuan itu janda tanpa anak. Dia itu satu kampung dengan Duryudana. Ibu Duryudana yang masukkan dia kerja di kantor. Ijasah juga cuma D 1 namun dapat posisi sangat bagus. Tak lama lagi semua akan berakhir Sri."

"Maafkan aku membuatmu bersedih. Baru jumpa sudah terdengar kabar miris. Sedih aku Tar." Srikandi menyesal telah ungkit kepedihan hati sahabat kuliahnya dulu.

"No..no...aku malah senang ada yang mau dengar cerita aku. Selama ini aku kan hanya bisa diam menanti waktu tepat sepak dia dari hidupku. Aku mulai dari perusahaan peninggalan papa aku. Sekarang masih dikelola dia jadi aku harus buat dia sengsara tak punya apa-apa. Aku harus ambil alih dulu baru buat dia sengsara." Utari menggeram rasanya ingin Jambak rambut di kepala suaminya. Jika perlu Jambak sampai botak plontos.

Srikandi tak sangka pasangan yang selalu buat orang iri hati juga terjerembab dalam kasus seperti yang dia hadapi. Sedikitpun Srikandi tak sangka Duryudana tega khianati Utari yang telah angkat dia dari kegelapan menemui matahari terang. Sudah terang malah keliaran tak tahu jalan pulang.

"Kau sudah lepas piket?" Srikandi malas bahas masalah yang bikin hati perih. Lebih perih dari makan satu bambu cabe rawit.

"Belum...curi waktu jumpa kamu. Tadi aku sudah lihat kamu di aula maka bergegas cari kamu. Kamu di sini harus persiapkan mental baja jumpa dua makhluk kasat mata itu. Arjuna masih praktek sekaligus direktur utama rumah sakit. Kuntilanak ya masih di IGD seperti aku. Maklumlah dokter umum seperti kami kerjanya ya di IGD."

Srikandi sudah bayangkan kalau tantangan berat akan halangi jalan terjalnya. Sudah terjal banyak rintangan pula. Sanggupkah Srikandi setiap hari melihat kedua orang yang telah menoreh luka menganga di jantung Srikandi.

"Aku terikat kontrak kerja Tar...aku di sini cuma setahun lalu kembali bertugas di rumah sakit tempat aku bekerja."

"Kau sudah pindah kewarganegaraan?"

"Sudah...tiga tahun lalu aku sudah jadi warga sana. Aku tak mau terbebani oleh masa lalu. Hariku masih panjang maka aku tak boleh terlihat bodoh di depan kedua setan neraka itu."

Utari tak dapat menahan tawa dengar Srikandi berkata kasar. Srikandi jarang ngoceh sembarangan apalagi mengucapkan kalimat bikin orang tersinggung. Namun kini Srikandi berani berkata lantang tentang Arjuna dan Kunti maka dapat dirasa betapa benci Srikandi pada kedua makhluk itu.

"Aku ada di sebelah kamu. Kalau nanti aku selesai beri pelajaran pada si hidung belang apa aku boleh pindah tugas di tempat kamu kerja?"

"Sori Tar...aku tak bisa jawab sekarang. Itu mesti jalani tahap sangat panjang. Apalagi kamu lulusan tanah air mungkin sedikit rumit masuk rumah sakit sana. Tapi kamu jangan putus asa! Selalu ada jalan bila kita mau berusaha. Siang nanti kita makan bersama ya! Kamu traktir aku!"

"Ya Tuhan...sudah jadi dokter senior minta traktir pada dokter junior. Logika dari mana itu? Kamu yang harus traktir aku. Mesti lho! Tak boleh ngelak."

"Baik dokter Utari...aku tunggu kamu! Apa nomor kontak kamu masih yang dulu?"

"Tidak...sudah kuganti. Nomor dulu kena blokir...mana nomor kamu biar aku simpan."

Srikandi mengeluarkan ponsel berikan kepada Utari biar temannya puas dapat nomor langsung dari ponsel pemilik. Utari memasukkan nomornya ke ponsel Srikandi lalu lakukan panggilan miscal hanya untuk tahu nomor kontak Srikandi. Utari mengembalikan ponsel Srikandi setelah yakin nomor Srikandi telah save di kontak. Selanjutnya mereka akan gampang komunikasi.

"Aku pergi dulu ya sayang! Masih piket sih! Eh sudah jumpa Arjuna? Tambah kece lho di usia makin matang. Aku takut kamu tergelincir jatuh cinta padanya."

"Saking matang sampai busuk kan? Sori aku tak tertarik bahas soal itu. Aku ke sini bertugas bukan cari laki."

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Nahh.. part 2 ternyata mulai enak saya baca... lanjutttttt

2023-12-07

0

Neng Aulia

Neng Aulia

fix othornya dalang 🤣🤣🤣

2023-11-12

1

RithaMartinE

RithaMartinE

hai . semanggatt kak 🤗🤗

2023-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kenalan
2 Kawan Sehati
3 Tutor Idaman
4 Lawan Si Culas
5 Bermula Kisah
6 Restu Beracun
7 Klop
8 Sinetron Rumahan
9 Terbongkar
10 Diusir
11 Otak Udang
12 Cucu Rahasia
13 Pulang
14 Pengakuan
15 Mencari Pewaris
16 Jumpa Cucu
17 Kenalan
18 Pesta
19 Ketemu Batu
20 Insiden
21 Semakin Kacau
22 Mantan Tak Indah
23 Pecat Kunti
24 TAK SEINDAH BAYANGAN
25 PENGAKUAN
26 Kunti Minta Maaf
27 JADI RELAWAN
28 Kena Skorsing
29 Si KEMBAR JAHIL
30 Jumpa Papi
31 Praduga
32 Test DNA
33 Curiga
34 Mengejar Cinta
35 Tak Tik
36 Teman Baru
37 Tersingkir
38 Pelukan
39 Anak Lucu
40 Dokter Anak Tiri
41 Buka Praktek
42 KESABARAN YUDISTIRA
43 Srikandi Dokter Idaman
44 Result DNA
45 Kunti Stress
46 Nakula Drop
47 Tamparan Menyegarkan
48 Draft
49 Dibuang
50 Kunti Berulah
51 Tuntutan
52 Janji Safitri
53 Kunti Kena Batu
54 Ketegasan Arjuna
55 Nakula
56 Ngobrol
57 Berdamai
58 Si Muka Licik
59 Tak ada Damai
60 Cari Kesempatan
61 Terbongkar Rahasia
62 Ketulusan Pembaca
63 Terbongkar
64 Wanita Pujaan
65 Interogasi
66 Siapa Penjaga
67 Pencuri Tidur
68 Derita Safitri
69 Jumpa Lagi
70 Karma
71 Sapu Kunti
72 Runtuhnya Kunti
73 Dosa Turunan
74 Penyesalan
75 Senjata Makan Tuan
76 Insaf
77 Mulai Bekerja
78 Bisma
79 Cerita Di Kantin
80 Jemputan
81 Undangan
82 Berteduh
83 Pengakuan
84 Pengumuman
85 Draft
86 Tuntutan
87 Ayok Nikah
88 Restu Keluarga
89 Nikah Kilat
90 Cerita Keluarga
91 Mengejar Cinta
92 Rencana Kunti
93 Kisah Panjang
94 Pulang
95 Peran Arjuna
96 Pencerahan
97 Rencana Matang
98 Super Papi
99 Terpancing
100 Double Kekacauan
101 Saling curhat
102 Cobaan
103 Perang Dingin
104 Tiada Kata Maaf
105 Adu Mulut
106 Siasat Arjuna
107 Anak Bapak
108 Hajat Bima
109 Keluarga Bahagia
110 Satu Keluarga
111 Asah Otak
112 Bencana
113 Nikmat Keluarga
114 Jasa Arjuna
115 Arjuna Victory
116 Menyerah
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal Kenalan
2
Kawan Sehati
3
Tutor Idaman
4
Lawan Si Culas
5
Bermula Kisah
6
Restu Beracun
7
Klop
8
Sinetron Rumahan
9
Terbongkar
10
Diusir
11
Otak Udang
12
Cucu Rahasia
13
Pulang
14
Pengakuan
15
Mencari Pewaris
16
Jumpa Cucu
17
Kenalan
18
Pesta
19
Ketemu Batu
20
Insiden
21
Semakin Kacau
22
Mantan Tak Indah
23
Pecat Kunti
24
TAK SEINDAH BAYANGAN
25
PENGAKUAN
26
Kunti Minta Maaf
27
JADI RELAWAN
28
Kena Skorsing
29
Si KEMBAR JAHIL
30
Jumpa Papi
31
Praduga
32
Test DNA
33
Curiga
34
Mengejar Cinta
35
Tak Tik
36
Teman Baru
37
Tersingkir
38
Pelukan
39
Anak Lucu
40
Dokter Anak Tiri
41
Buka Praktek
42
KESABARAN YUDISTIRA
43
Srikandi Dokter Idaman
44
Result DNA
45
Kunti Stress
46
Nakula Drop
47
Tamparan Menyegarkan
48
Draft
49
Dibuang
50
Kunti Berulah
51
Tuntutan
52
Janji Safitri
53
Kunti Kena Batu
54
Ketegasan Arjuna
55
Nakula
56
Ngobrol
57
Berdamai
58
Si Muka Licik
59
Tak ada Damai
60
Cari Kesempatan
61
Terbongkar Rahasia
62
Ketulusan Pembaca
63
Terbongkar
64
Wanita Pujaan
65
Interogasi
66
Siapa Penjaga
67
Pencuri Tidur
68
Derita Safitri
69
Jumpa Lagi
70
Karma
71
Sapu Kunti
72
Runtuhnya Kunti
73
Dosa Turunan
74
Penyesalan
75
Senjata Makan Tuan
76
Insaf
77
Mulai Bekerja
78
Bisma
79
Cerita Di Kantin
80
Jemputan
81
Undangan
82
Berteduh
83
Pengakuan
84
Pengumuman
85
Draft
86
Tuntutan
87
Ayok Nikah
88
Restu Keluarga
89
Nikah Kilat
90
Cerita Keluarga
91
Mengejar Cinta
92
Rencana Kunti
93
Kisah Panjang
94
Pulang
95
Peran Arjuna
96
Pencerahan
97
Rencana Matang
98
Super Papi
99
Terpancing
100
Double Kekacauan
101
Saling curhat
102
Cobaan
103
Perang Dingin
104
Tiada Kata Maaf
105
Adu Mulut
106
Siasat Arjuna
107
Anak Bapak
108
Hajat Bima
109
Keluarga Bahagia
110
Satu Keluarga
111
Asah Otak
112
Bencana
113
Nikmat Keluarga
114
Jasa Arjuna
115
Arjuna Victory
116
Menyerah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!