Duryudana yakin Utari masih cinta. Kalau tak cinta tak mungkin dia marah pada Prita. Marah tanda cinta. Bukan hal sulit meraih cinta Utari lagi. Duryudana harus pandai bersandiwara untuk menarik simpati Utari. Laki ini belum mau meninggalkan posisi CEO yang membuatnya tanpa hebat di mata orang terutama di kalangan wanita-wanita bermata dollar.
"Baiklah...mas beri kamu waktu untuk menenangkan diri. Mas akan pergi ke minimarket supaya kamu senang. Nanti malam mas datang sini lagi." Duryudana mundur tak ingin merusak perasaan Utari yang sedang terluka. Utari pasti sakit hati dia menikah lagi serta memberinya talak.
Kepedean Duryudana patut mendapat acungan jempol. Duryudana merasa Utari bukanlah wanita yang sulit ditaklukan selama dia pandai merayu. Duryudana pergi bukan karena tak mau menambah beban Utari melainkan harus melangsungkan akad nikah dengan Prita di tempat Prita.
Sekarang tujuan Duryudana adalah ke minimarket untuk mengambil uang agar bisa melangsungkan pernikahan dengan berita sesuai permintaan ibunya. Laki ini tak tahu kalau Utari sudah amanah pada Yanti dan Hastina tidak memberi peluang pada Duryudana untuk mencari keuntungan di mini market. Laki ini harus dibeli pelajaran biar tidak menganggap remeh orang lain.
Utari tidak menahan langkah Duryudana dan mantan mertuanya meninggalkan rumah mewahnya. Utari malahan tidak sabar ingin melihat mereka segera angkat kaki dari situ. Pergi makin jauh makin membuat jiwa Utari makin tenang. Jangan harap bisa kembali ke rumah ini seenak perut menganggap diri adalah segalanya.
Selepas Duryudana meninggalkan rumahnya Utari segera berkemas untuk berangkat kerja. Utari harus segera merancang resign dari rumah sakit untuk mengurus perusahaannya agar jangan jatuh ke tangan yang salah.
Sebelum meninggalkan rumah Utari memberi pesan kepada satpam untuk mengunci pintu tak mengizinkan Duryudana dan keluarganya kembali ke rumah ini. Bahkan Utari mengingatkan satpam untuk menelepon polisi bila Duryudana melakukan tindakan kekerasan. Utari menutup semua akses Duryudana di rumah ini.
Puas dengan hasil yang telah dia capai Utari segera berangkat kerja seperti biasanya. Pintu gerbang telah ditutup rapatnya dikawal oleh satpam. Utari akan meminta bantuan Bisma untuk menambah Armada pengawal rumah agar terhindar dari hal-hal tadi diinginkan. Orang segila Duryudana siapa bisa tebak apa dia inginkan.
Baru saja Utari jalankan mobil meninggalkan rumah ponselnya berdering kencang. Utari menepikan mobil ke pinggir jalan supaya aman dari kecelakaan. Gunakan ponsel saat mengemudi acap kali mendatangkan bahaya bagi nyawa di pengemudi. Banyak orang menyadari hal ini tetapi tetap saja menerima panggilan masuk dalam keadaan sedang menyetir mobil.
Utari mengutamakan keselamatan karena masih banyak tugas menantinya di depan mata.
"Halo...ada Yan?"
"Ini pak Yana mau minta seluruh uang hasil penjualan. Sudah kularang tapi dia mau pukul aku."
Duryudana tak pernah berubah walau sudah salah. Utari sudah memaparkan fakta kalau anak yang dikandung oleh Prita bukanlah anak Duryudana tetapi lelaki itu masih mau juga menikahinya. Duryudana sempat mengatakan tak akan menikahi berita sebelum jelas siapa bapak anak dalam kandungan Prita. Tapi sekarang lelaki itu bergebu-gebu ingin menikah dengan Prita tanpa memperhitungkan untung rugi menikahi wanita itu.
"Aku datang...kau tahan dia. Jangan beri satu senpun buat dia! Dia mau minta uang untuk menikah dengan Prita."
"Ya Tuhan.. bukankah Pak Yana bilang tidak akan menikahi Prita sebelum jelas asal usul anak itu?"
"Omongan musang berbulu domba kau dengar. Uangnya belum kamu berikan bukan?"
"Belum...aku alasan uang sama kak Hastina. Kak Hastina sudah pergi belanja."
"Bagus...laki itu sudah tak ada obat. Bagusnya kita umpan ke buaya saja." Utari merepet tambah jengkel pada Duryudana. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya adalah sampah. Bau busuk.
Utari memutar kendaraan menuju ke minimarket nya. Pertunjukan bagus akan berlangsung di minimarket setelah dari rumah. Mengapa Duryudana dan ibunya tak bosan bikin ulah bikin orang benci padanya.
Sedang sehat undang penyakit. Tak tanggung penyakit mematikan pula.
Utari memarkirkan mobilnya persis di depan minimarket mau lihat sampai di mana kesombongan Duryudana kepada istrinya. Yanti adalah istri tuanya sekarang maka seharusnya Duryudana hormat kepada wanita itu karena sekarang kekuasaan telah diserahkan kepada Yanti.
Utari menarik nafas lalu menghembusnya sampai berkali-kali untuk menenangkan hati tidak terpancing ingin memaki lelaki itu. Kalau Utari bukan seorang dokter ini rasanya Utari mencakar wajah Duryudana agar tahu diri.
Utari keluar dari mobil berjalan anggun masuk ke dalam minimarket. Yanti berdiri di belakang meja kasir memasang wajah tak sedap sedangkan Duryudana dan ibunya menantang Yanti. Mereka saling berhadapan seperti hendak adu gulat ala pendekar sumo.
"Ada apa ini?" bentak Utari keras memaksa semua kepala memutar ke arahnya. Yanti sangat bersyukur kehadiran Utari di situ.
Lain dengan Duryudana yang berubah pucat melihat kehadiran mantan istrinya. Kekuasaan masih ditangan Utari walaupun telah dialihkan kepada Yanti. Utari adalah pemilik sah dari minimarket ini karena selama ini dia yang mengelola keuangan minimarket ini.
"Sayang ..mas hanya minta sedikit uang untuk maa kawin Prita. Istri durhaka ini menolak memberi uang itu." lapor Duryudana sok manja. dia pikir Utari akan berdiri di sebelahnya karena Utari pernah mengusulkan Duryudana untuk menikahi Prita.
"Mas... semalam aku mengusulkan kalian menikah di rumah tetapi mas menolak dengan berbagai alasan. Sekarang mas meminta uang untuk berpesta di rumah Prita. Apa itu pantas?" tanya Utari dengan nada dingin.
"Pantas tidak pantas Prita harus jadi menantu aku. Dia sedang hamil jadi harus kita utamakan. Kau yang mandul tuduh yang bukan-bukan pada Prita. Seharusnya kamu malu tidak bisa memberi anak kepada Duryudana. Kami sudah berbaik hati mengajak kamu menjadi seorang ibu tetapi dengan sombongnya kamu menolak." ibu Duryudana menyumbang suara menyulut emosi Utari.
"Siapa juga mau jadi ibu dari anak haram? Kalian mau mengakui anak itu sebagai keturunan kalian ya terserah. Kelak kalian jangan menyesal setelah mengetahui siapa ayah biologis dari anak itu. Sudah kubilang kalau Duryudana itu tidak bisa memiliki keturunan tetapi kalian lebih percaya pada kebohongan Prita. Itu terserah kalian tetapi jangan coba-coba mengganggu wilayah kami! Kalian mau berpesta nikah mau tahlilan kematian itu bukan urusan kami." Utari tidak mau kalah meninggikan nada suara untuk menyaingi mantan ibu mertuanya yang tidak tahu malu itu.
"Hei...jaga mulutmu! Kamu tahu anakku memiliki sebagian hak dari perusahaan kalian. Jadi sekarang berikan hak anakku karena anakku harus segera menikahi ibu dari cucuku." ibunya Duryudana membusungkan dada menantang Utari.
Utari tertawa geli mendengar mantan mertuanya meminta harta gono gini. Apa yang sudah disumbangkan oleh Duryudana kalau bukan kekacauan. Apa yang dituntut oleh Duryudana karena semua adalah warisan orang tuanya.
"Ibu tuntut saja ke pengadilan atau minta jatah pada papaku. Jumpai dia di surga."
Yanti ingin tertawa takut dosa. Mau jumpa orang tua Utari berarti harus ikut mati. Kedua orang tua Utari sudah meninggal dunia bagaimana bisa dijumpai.
Duryudana sadar ini bukan waktu tepat berdebat. Prita dan keluarga sudah menunggu dirinya untuk laksanakan ijab kabul. Sebenarnya Duryudana sangat ragu untuk menikahi Prita namun desakan ibunya membuat lelaki ini melemah. Ibunya yakin kalau anak di dalam kandungan pita adalah anak Duryudana. Daripada menyesal di kemudian hari maka itu Duryudana menguatkan hati menikahi Prita.
"Sayang...beri mas kesempatan untuk jadi laki bertanggung jawab. Setelah hari ini mas akan menyayangi kalian semua dan berbuat seadil mungkin pada kalian. Kita semua akan hidup baru bersama keluarga besar kita dan anak kita. Aku janji akan memperlakukan anak hastina dengan baik dan menjadi ayah sambungnya."
Duryudana pikir Utari akan luluh dengan janji kosongnya. Duryudana pikir Utari masih bisa dibohongi seperti dulu. Laki ini tak tahu kalau Utari telah merancang skenario ini sejak bulan-bulan lalu.
Sayang Duryudana masih ngantuk tak mengetahui kalau Utari merancang semuanya untuk mendepaknya keluar dari rumah.
"Silahkan mas tapi aku tak mau keluarin uang satu senpun. Dan lagi kita sudah tak ada hubungan apa-apa karena mas telah menceraikan aku."
Duryudana mengusap wajah tampak geram Utari tak bisa dirayu. Apa yang harus dis lakukan saat ini. Prita mendesak terus sampai mau lapor polisi. Sekarang kantongnya kosong melompong tak ada duit. Janji mahar mobil dan rumah hanya tinggal kenangan karena Duryudana tidak bisa mewujudkannya.
"Sayang...mas kan sudah bilang tetap cinta padamu. Kita akan rujuk dan bahagia seperti dulu. Bahkan lebih bahagia lagi karena telah ramai. Mas janji takkan bedakan kalian berempat. Semua akan dapat kasih sayang sama. Sekarang biarkan mas menjadi lelaki sejati menikahi Prita."
Utari tepuk tangan memuji sikap gentle Duryudana mengakui kalau dia akan mampu mencintai empat wanita sekaligus. Utari tak tahu seberapa banyak cinta di dalam hati Duryudana bisa dibagi-bagi sesuka hati.
"Mas... pergilah! Mas sudah seperti orang bodoh kena pelet Prita. Sudah kukatakan kalau aku tidak akan mengeluarkan satu sen pun untuk membiayai pernikahan kalian. Bukankah ibumu masih memiliki banyak perhiasan? Kan bisa dijual untuk dijadikan biaya pernikahan kalian."
Duryudana mendapat ide bagus dari perkataan Utari. Selama ini Duryudana memang sering membelikan ibunya perhiasan emas. Duryudana tidak tahu sudah seberapa banyak ibunya koleksi perhiasan yang pasti sudah lumayan banyak.
Ibu Duryudana mundur beberapa langkah keberatan perhiasannya dijadikan dana pembiayaan pernikahan Duryudana dengan Prita. Sedikitpun dia tidak rela mengeluarkan perhiasannya untuk diberikan kepada Duryudana.
"Yana..itu milik ibu. Kau tak boleh ambil." ibunya Duryudana langsung mengeluarkan penolakan sebelum Duryudana meminta perhiasannya.
"Bu...nanti aku akan bayar setelah semua kembali normal. Kita akan tinggal bersama satu rumah. Ingat cucu yang ibu idam-idamkan." Duryudana tak kalah pinter merayu ibunya dengan menggunakan kata cucu.
Utari tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Duryudana selalu mengatakan akan berkumpul lagi. Duryudana pikir akan segampang itu meminta Utari kembali ke pelukannya. Jangan harap Utari akan luluh oleh semua rayuan lelaki itu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Marwan
ini kisah siapa sih pokus tokoh utama dong MLS baca
2023-12-05
1
𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻
tak tahu malu
2023-10-15
1