Sebutan "Ayah"

Pagi-pagi sekali Rey langsung ke rumah sakit, iapun sengaja tidak bekerja karena mendengar kabar kondisi Matcha semakin memburuk. Balita itu bahkan sempat muntah dan beberapa kali mimisan.

Di ruangan VIP, yang memang sengaja Reynand pilih ruangan ini agar Matcha tidak terganggu oleh pasien lain yang berada di ruangan yang sama. Awalnya Mentari protes karena Rey memilih ruang VIP tetapi dengan segala upaya Rey yang tanpa bisa di bantah, terpaksa Mentari harus mengalah dan mengikuti kemauan pria itu.

"Matchaa...."Rey melihat Matcha dengan khawatir.

Matcha yang melihat Rey datangpun langsung tersenyum bahagia, ia hendak memeluk Rey saking rindunya pada pria itu.

Rey pun mendekat dan mendekap anak itu sambil mengelus kepalanya.

"Om Rey, kenapa om baru menemui Matcha?"tanya Matcha.

"Maafkan Om, Om baru bisa menemui Matcha"ucap Rey, pelukan keduanya pun terlepas.

Anak itu terlihat pucat dengan infus yang tersemat di tangannya membuat hati Rey sedih.

"Matcha sudah makan?"tanya Rey yang langsung di jawab anggukkan kepala dari anak itu.

"Bagus, Matcha harus banyak makan supaya cepat sembuh"

"Iyaa Om"

Rey tersenyum tipis, kemudian mengalihkan pandangannya pada Mentari yang mengamatinya di kursi sana. Dari kejauhan perempuan itu terlihat sangat lelah, matanya sedikit sembab karena menangis.

"Aku bawakan kamu bubur ayam, makanlah"Rey memberikan bungkusan yang ia bawa pada Mentari.

"Tidak perlu repot-repot, aku tidak lapar"

"Kamu juga harus makan, kalau ingin Matcha sembuh kamu tidak boleh sakit. Jika bukan kamu siapa lagi merawat dia"Rey berusaha membuat pengertian pada wanita itu.

Mendengar itu Mentari menatap Rey sejenak, lalu melihat bungkusan bubur ayam tersebut "aku makan"ketus Mentari.

"Apa kata dokter tentang operasi Matcha?"tanya Rey di sela Tari tengah makan.

"Lusa mereka akan mengoperasi Matcha. Tapi...."ucapan Tari menggantung, raut wajahnya mendadak sedih.

"Kenapa? Ada apa?"

"Biaya operasi lumayan besar, aku harus mencari uang dalam waktu dekat ini"

Ya, di satu sisi Tari merasa cemas karena biaya operasi Matcha tidak sedikit sementara uangnya mulai menipis karena baru saja pindah rumah dan membeli barang-barang keperluan rumah baru.

"Tidak perlu memikirkan itu, aku yang akan mengurus semuanya"

Mentari menggeleng, ia tak mau melibatkan Rey soal uang "jangan, kamu telah banyak membantuku"

Rey menghela nafas, lalu meraih tangan wanita itu "jika kamu keberatan, maka anggap saja ini balasan dari aku karena kamu telah menyelamatkanku. Aku tidak tahu nasib aku bagaimana jika tidak bertemu kamu Tari"tutur Rey.

Tari menarik tangannya perlahan dari genggaman Rey "akan lebih baik, aku menganggapnya hutang. Karena sebagai manusia aku harus menolongmu biar itu orang lain sekalipun"ucapnya sambil melanjutkan makannya "maaf jika ini terdengar memalukan, tapi Matcha harus segera di operasi. Jika aku telah mendapatkan pekerjaan, aku akan membayarnya"lanjutnya.

"Iya terserah kamu saja, asal kamu merasa itu yang terbaik"Rey hanya bisa mengikuti ucapan Mentari, lagi pula dia tidak akan menuntut apapun.

"Om..."panggil Matcha pada Rey yang segera mendekati anak itu "Matcha ingin jalan-jalan keluar boleh?"tanyanya.

"Matcha ingin menghirup udara segar di luar?"tanya Rey lagi yang di jawab anggukkan dari Matcha "boleh, tapi Matcha udah merasa baikkan?"memastikan anak itu baik-baik saja.

"Iya, Matcha baik-baik aja"

Rey mengangguk menuruti keinginan anak itu membawanya dengan kursi roda ke taman rumah sakit. Tentunya Mentari juga ikut, ia tidak ingin jauh-jauh dari sang anak.

Pagi itu dengan suasana yang cerah mereka bertiga duduk di kursi taman sambil bercengkerama ria. Hati anak kecil itu senang sekali, ia seperti merasakan kehangatan berkumpul bersama keluarga lengkap.

Dari kejauhan pandangan Matcha tertuju pada seorang anak yang sebaya dengannya. Anak tersebut tersenyum lebar kala seorang pria yang dia panggil dengan sebutan 'Ayah' itu memberikan boneka pada anak tersebut.

Matcha tersenyum kecil lalu menarik ujung baju Reynand agar pria itu menoleh ke arahnya "Om..., Apa boleh Matcha panggil Om Ayah?"tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca, berharap Reynand mau ia panggil dengan sebutan Ayah.

Mendengar itu Reynand dan Mentari saling bertatap, dua-duanya sama-sama terkejut dengan ucapan Matcha.

Mentari tampak menggeleng-geleng kecil tanda jangan menuruti permintaan Matcha.

Rey melihat itu jadi ragu, terlebih Matcha sangat-sangat berharap.

"Boleh sayang, Matcha boleh panggil Om Ayah"ucap Rey dengan lembut sambil mengelus kepala anak itu.

Matcha langsung tersenyum mendengar Rey memanggilnya sayang, ia seperti benar-benar mempunyai seorang Ayah setelah sekian lama dari bayi ia tak pernah sekalipun bertemu dengan Ayah kandungnya.

"Benarkah?"tanyanya tak percaya yang langsung di jawab anggukkan oleh Reynand.

"Yeayyy, terimakasih Ayah..."Matcha langsung memeluk Rey dengan erat.

Reynand membalas pelukan Matcha, ada rasa yang aneh di hatinya ketika seorang anak kecil memanggilnya dengan sebutan Ayah. Terharu? Iya, tentu saja. Baru kali ini Reynand merasakan hatinya tersentuh hanya karena sebutan 'Ayah' untuknya.

Melihat itu Mentari menghela napas, jika seperti ini bagaimana Reynand bisa pergi dari hidupnya? Sementara Matcha sudah memanggil pria itu dengan sebutan 'Ayah' ini yang ia takutkan. Tetapi di satu sisi Mentari juga tersenyum melihat Matcha sangat senang, ia hampir saja meneteskan air mata melihat Matcha dan Reynand berpelukan.

"Matcha tanya dulu Ibu, nanti dia marah"

"Ibu tidak marahkan?"Matcha menoleh sang Ibu, menunggu jawaban dari wanita itu.

"Iyaa Ibu tidak marah, tapi Matcha harus sembuh ya.."jawab Mentari dengan senyuman. Walaupun berat hati demi sang buah hati, Mentari harus mendukung kebahagiaan Matcha.

***

Hari berganti hingga tibalah saatnya Matcha di operasi, Kini Reynand dan Mentari tengah menunggu operasi tersebut berjalan.

"Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa"Rey berusaha menenangkan Mentari yang dari tadi khawatir. Wanita itu terus melirik pintu ruang operasi berkali-kali.

Mentari tak menggubris perkataan Rey, ia terus mondar-mandir depan ruang operasi.

Dengan menghela napas, Rey berdiri di hadapan Tari menatapnya begitu dalam.

Cup....

Rey mencium dahi wanita itu dengan tulus dan lama, perasaannya semakin hari semakin dalam saja pada perempuan bernama Mentari Cahya Ningrum itu.

"Lihat mataku"Rey menangkup wajah cantik itu agar melihat kedua matanya "Matcha baik-baik saja, kamu tau dia anak yang kuat"tuturnya dengan lembut.

Perlakuan manis itupun mampu membuat Mentari terdiam dan sedikit tenang. Tidak memungkiri bahwa Rey selama ini sangat memberikan perhatian padanya, wanita mana yang tidak terhipnotis dengan perlakuan pria seperti Rey? Mentari bahkan hampir luluh.

"Duduklah..."

Kurang lebih 30 menit operasi berjalan dengan lancar tidak ada kendala apapun. Matcha sudah kembali lagi ke ruangannya, balita itu sedang tertidur pulas sehabis di operasi efek dari obat bius membuatnya tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!