Malam harinya Rey dan Mentari berpergian keluar sedangkan Matcha masih di rumah sakit telah di jaga oleh Marshel. Entah kenapa Mentari tiba-tiba mengajak Reynand untuk makan malam di luar, Rey yang tidak menaruh rasa curiga pun tentu senang dengan ajakan itu dan kini mereka sedang berada di restoran mewah Jakarta.
Gemerlap lampu yang redup, lilin aromaterapi dan pemandangan kota Jakarta pada malam hari sangat indah kala itu membuat suasana romantis tercipta. Reynand sengaja memesan meja ala dinner with cauple, karena ia tidak mau melewatkan satu kesempatan pun untuk berduaan dengan wanita yang ia cintai.
Makan malam indah itu berjalan dengan lancar hingga Mentari membuka obrolan.
"Rey..."panggil Mentari.
Reynand hanya memerhatikan menunggu wanita itu berbicara.
"Terimakasih untuk semuanya, aku bingung harus berkata apa padamu. Kamu sangat baik padaku dan Matcha"
"Aku rasa cukup sampai disini Rey, maafkan aku. Carilah kebahagiaanmu, aku juga akan melanjutkan hidupku"Mentari menunduk, ia tidak kuasa melihat wajah Reynand.
"Apa hanya itu yang ingin kamu katakan?"tanya Reynand dengan santai.
Mentari terdiam, di hati kecilnya ia sangat merasa bersalah sekali terhadap Reynand tapi ini jalan terbaik yang ia putuskan.
"Biasakan jika ada yang berbicara padamu, tatap wajahnya. Jangan menunduk!"
Mendengar itu Mentari langsung mengangkat wajahnya menatap wajah yang terlihat tegas itu.
"Jawab aku dengan jujur. Apa tidak ada sedikit pun aku di hatimu?"
"Tidak"Mentari segera menjawabnya dengan cepat, walau kenyataan ia juga menyimpan rasa pada Reynand.
"Aku tanya sekali lagi, Apa tidak ada sedikitpun perasaan?"suara Rey mulai meninggi.
Mentari terdiam, tenggorokannya tiba-tiba tercekat hanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hingga lidahnya pun kelu untuk menjawab. Dan akhirnya Mentari hanya bisa menggeleng kuat.
"Jawab aku Mentari!"
Mentari memejamkan mata, ia cukup terkejut dengan bentakan Rey. Wanita itu mangatur napasnya guna menenangkan dirinya yang entah kenapa tiba-tiba gugup.
Namun, belum sempat Mentari membuka mata Rey langsung menariknya untuk berdiri. Kemudian menyambar bibir ranum wanita itu, menyesapnya dengan penuh kelembutan. Tangan kekar pria itupun tak tinggal diam, ia menekan tengkuk Mentari untuk memperdalam ciuman hingga Mentari kehabisan napas.
Ciuman itu terjeda, Rey membiarkan Mentari mengambil napas sebanyak-banyaknya. Dan tanpa kata Rey kembali melumat bibir manis itu tanpa henti, terlebih ia merasakan Mentari juga ikut bermain di ciuman tersebut. Karena bagaimanapun Mentari juga mempunyai naluri seorang wanita.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, langit serta suasana disana seolah mendukung pernyataan tanpa pernyataan itu beradu kasih.
"Katakan, apa kamu mencintaiku?"Rey menarik pinggul Mentari agar lebih dekat padanya. Hingga deru napas dari keduanya terdengar sangat jelas.
Mentari lagi-lagi menggeleng, posisi seperti ini membuat jantungnya berdebar-debar tidak karuan.
"Kamu berbohong sayang..."
Cup...
Tanpa kata, Mentari tiba-tiba mencium hidung Reynand. Ya, runtuh sudahlah pertahanan diri seorang Mentari. Ia juga tidak bisa mengendalikan perasaan yang ia rasakan pada pria brengsek di depannya.
Iya, pria brengsek yang berani mengambil hatinya.
Menerima perlakuan itu tentu Rey terkejut sekaligus senang "apa itu tadi?"tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Sudah, lepaskan!"Mentari hendak menyingkirkan tangan Rey dari pinggangnya. Tapi bukannya terlepas, pria itu malah menariknya semakin dekat hingga tak ada lagi jarak antara mereka.
"Jelaskan"ucap Rey memeluk Mentari posesif.
"Tidak ada"ketus Mentari, lalu kembali ketempat duduknya.
Rey menghela napas, ia pun kembali duduk di hadapan wanita itu "bagaimana? Kamu mau menikah denganku?"tanya Rey tanpa banyak basa basi, ia rasa ia sudah menemukan jawabannya.
"Tidak ada yang ingin menikah denganmu!"
"Lalu apa? Atau langsung kawin saja?"celetuknya ngasal yang langsung di sambut lemparan tissue dari Mentari "astaga, hanya kamu saja yang berani melempar tissue ke wajahku!"suntuk Rey kesal.
"Terserah, ayo pulang!!"Mentari langsung beranjak dari sana.
"Heii belum selesai, ada banyak yang ingin aku bicarakan"Rey segera mengimbangi langkah wanita itu yang sangat cepat.
**
Di perjalanan Rey yang sedang menyetir hendak meraih tangan Mentari. Tapi tangan itu selalu menghindar hingga pada akhirnya Rey berhasil menggenggamnya dengan sangat erat, ia tak akan membiarkan tangan itu lari lagi.
"Kamu tidak akan meminta aku pergi darimu kan?"tanya Reynand dengan serius.
"Entahlah... aku tidak bisa menjawabnya sekarang"
"Kenapa? Kenapa kamu tidak bisa menjawabnya?"
"Tidak tahu"
Rey jadi bingung, tadi Mentari memutuskan untuk memintanya pergi dari hidupnya dan sekarang jawaban wanita itu ambigu sekali.
"Jawabanmu menandakan kamu tidak ingin aku pergi. Baiklah, sekarang kamu milikku"putus Rey sembari mencium punggung tangan Mentari yang diam saja. Wanita itu hanya menatap jalanan dari jendela mobil, pikirannya sedang beradu dengan hatinya.
Tiba di rumah sakit dua orang itupun sempat menjadi pusat perhatian orang-orang di koridor karena pakaian mereka yang serasi terlebih keduanya sangat tampan dan cantik.
Masuk ke ruangan, Matcha sudah di sambut dengan Mariam dan Shenia yang sedang berbicara pada Matcha. Melihat itu tentu membuat Rey dan Tari terkejut.
"Mama?"kejut Reynand.
"Heii, dari mana saja kalian?"ucap Mariam melihat Rey dan Tari yang baru saja datang, namun setelah melihat pakaian keduanya Mariam mengangguk mengerti.
"Mama tau dari mana Matcha sakit?"tanya Rey, karena sebelumya Rey sengaja tidak memberi tahu sang Mama tentang keadaan Matcha. Padahal Mariam sudah beberapa kali bertanya tentang Mentari dan Matcha, dan Rey terpaksa berbohong karena tidak ingin memperumit keadaan.
Bukannya menjawab, Mariam malah memukul lengan sang putra "kenapa kamu tidak bilang ke Mama Matcha sedang sakit?"kesal Mariam, untung saja ia menghubungi Marshel untuk bertanya tentang keberadaan Rey.
"Maaf Ibu, Rey... Maksudnya Mas Reynand tidak memberi tahu keadaan Matcha karena saya tidak ingin membuat keluarga Mas Reynand khawatir"jelas Mentari sedikit gelagapan karena tidak mungkin ia hanya menyebut nama Rey di depan Ibunya.
"Tidak nak, kamu tidak salah. Jangan minta maaf, duduklah kalian berdua!"Mariam tiba-tiba luluh mendengar penjelasan dari Mentari.
Melihat itu Rey jadi mencebikkan bibirnya. Ia sangat yakin, jika ia yang menjelaskan akan beda lagi respon sang Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments