Liburan

"Matcha, Om harus pulang dulu. Besok Om akan menjemput kalian untuk berangkat jalan-jalan"pamit Reynand pada Matcha, mencium pipi gembul anak itu lalu mengacak-acak rambutnya.

Ya, meskipun Tari tidak mengizinkan. Perempuan itu tetap kalah dengan dua orang yang saling mendukung itu, ia sampai lelah memarahi Reynand agar tidak mengintimidasi Matcha untuk berpergian. Namun yang Tari dapat hanyalah sikap keras kepala Rey.

"Aku pergi dulu, jika kalian lari percuma. Aku bisa menemukanmu dimanapun kamu bersembunyi"ucap Rey pada Tari yang masih memandangnya dengan kesal.

Cup!!

"Aku pergi dulu"ucap Rey lagi setelah meninggalkan ciuman singkat di kening Tari.

"Dadahh Om!!"teriak Matcha melambaikan tangan pada Rey yang juga melambaikan tangannya.

Sementara Tari membeku sejenak atas perlakuan pria itu. Tanpa sadar pipinya memerah bagai tomat.

Plak!

Tari menampar pipinya sendiri, aku harus sadar! Aku tidak boleh terbuai dengan perlakuan manis pria itu! Ingat Tari! Dia tidak cocok untukmu! Apakah kamu ingin rencana yang kamu susun rapi selama ini terbuang sia-sia? Padahal sedikit lagi aku mencapainya! Aku tidak akan membiarkan usahaku musnah begitu saja dengan kedatangan pria itu!

Tari meruntuki dirinya sendiri.

"Ibu kenapa?"tanya Matcha heran. Ibunya itu menampar diri sendiri.

"Tidak apa-apa"

***

Pagi harinya Reynand berkemas-kemas menyiapkan keperluan untuk berpergian. Entah kenapa ia kepikiran untuk liburan di Bandung, rencananya Rey akan camp di bukit X. Ia ingin mengikat Tari untuk jadi miliknya, maka dari itu ia harus mengambil hati wanita itu. Dan Matcha adalah jalan satu-satunya.

"Pak mau kemana dengan alat-alat ini?"Marshel yang sedari tadi membantu Rey memasukan alat-alat camp ke bagasi baru berani bertanya.

"Saya akan ke Bandung beberapa hari, tolong handle perusahaan selama saya tidak ada"jawab Rey.

"Tentu, saya akan bekerja semaksimal mungkin!"ucap sang asisten patuh.

"Bagus! Saya percayakan semua padamu"

Reynand berlalu, kali ini dia memakai mobil sportnya berwarna hitam dengan atap yang terbuka. Dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut melaju menempuh jalanan. Rasa senang di hati Rey tak terkalahkan ingin cepat sampai ke tempat tujuan.

Di satu sisi Tari juga bersiap-siap untuk pergi, anaknya itulah yang sangat antusias berkemas dari pagi-pagi sekali. Tari yang memang sudah pasrah, menurut saja pada Matcha.

Dengan memakai baju kasual biasa di tambah blazer bermotif Tari tampak terlihat cantik natural, karena hari ini panas Tari memilih menguncir rambutnya saja. Sementara Matcha, anak itu juga memakai baju warna cerah yang terkesan ceria di tambah kacamata berbentuk matahari yang dia pakai membuatnya terlihat menggemaskan.

Dari kejauhan Matcha dan Mentari sudah melihat mobil sport melaju ke arah rumah mereka, awalnya mereka pikir bukan Reynand tapi setelah melihat siapa yang keluar dari mobil tersebut. Ya, tidak lain tidak bukan adalah orang yang mereka tunggu, pria itu keluar dari mobil dengan kacamata hitam yang bertengger bebas di hidung mancungnya di tambah kemeja yang Rey pakai membuatnya tampak elegant dan berkelas.

Tari sampai tak berkedip melihat pria itu.

"Waaa mobil Om keren!!"takjub Matcha melihat mobil yang di pakai oleh Rey.

Rey tersenyum mengelus kepala anak menggemaskan itu. Kemudian beralih memandang Tari.

"Cantik"ungkapnya sambil menarik ikat rambut Tari, membiarkan rambut hitam perempuan itu tergerai indah.

"Jangan di kuncir, biarkan seperti ini"

"Rey!"belum apa-apa Rey sudah memancing kemarahan Tari lagi, dan ini pertama kali ia memanggil nama Rey saja.

"Sudah menurut saja!"tukas Rey memasangkan kacamata hitamnya pada Tari "ayo kita berangkat!"ajaknya menarik Matcha untuk masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Tari yang masih diselimuti rasa kesal. Rey selalu berbuat seenaknya!

"Mana tas kamu?"tanya Rey, dia hendak memasukkan bawaan Tari ke dalam bagasi mobilnya.

"Kenapa kamu bertingkah seenaknya saja? Saya tidak suka!"ucap Tari, entah tatapan apa kali ini. Yang jelas mata perempuan itu tidak bisa Rey lihat karena memakai kacamata hitam.

"Tapi aku suka"Rey menarik tas yang di pegang oleh Tari.

**

Perjalanan sangat jauh, di mobil mereka sambil bersenang-senang dengan memutar musik yang meng-asikan hingga Matcha tertidur kelelahan karena terlalu bersemangat.

"Apa kamu tidak kesusahan?"tanya Rey melihat Matcha tidur di pangkuan Tari.

"Kamu bisa memindahkannya ke belakang kalau mau"

"Tidak, biarkan saja Matcha tidur seperti ini"

Hening, Rey mematikan musiknya karena Matcha sudah tidur.

Tanpa permisi, Rey meraih tangan Mentari. Menggenggam tangan halus itu dengan lembut.

"Jangan"Rey menahan tangan Tari yang ingin melepaskan genggamannya.

"Ini tidak benar, lepaskan"Tari berusaha menarik tangannya yang di genggam oleh Rey.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu"ucap Rey yang akhirnya melepaskan tangan Tari. Ia kembali fokus menyetir, dengan sorot mata yang serius.

Tari yang melihat itu jadi merasa iba, Rey hanya ingin menggenggam tangannya tidak lebih. Tapi Tari merasa ia tidak enak di posisi tersebut, walaupun ia sering melakukan itu pada pria lain tetapi Rey berbeda. Tari merasakan ketulusan dari mata pria itu hingga membuatnya sesekali merasa gugup.

Dengan menghela napas, Tari menarik tangan Rey menggenggamnya seperti tadi. Entahlah, apa yang ia lakukan hal itu seakan mengalir saja tanpa bisa ia kontrol.

Seakan mendapat lampu hijau, Rey tersenyum matanya kembali menghangat. Pria itu bahkan mencium singkat tangan Tari saking senangnya.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Saat sudah berada di perkotaan, suara deretan notifikasi pesan dari ponsel milik Tari secara beruntun berbunyi. Wanita itu segera mengecek ponselnya yang baru mendapatkan sinyal.

Tak lama dari itu Tari mendapat panggilan telepon dari Arvin, ia melirik Rey sekilas yang sedang fokus menyetir dengan masih menggenggam tangannya dengan erat seolah tak ingin melepaskannya.

Ingin menjaga hati Reynand, Tari menolak panggilan tersebut.

"Kenapa tidak di angkat?"tanya Rey yang menyadarinya.

"Tidak penting"balas Tari, namun kemudian panggilan itu kembali berbunyi dengan orang yang sama yaitu Arvin.

"Angkat saja, bilang bahwa kamu sibuk dan sedang tidak ingin di ganggu"Rey memberi saran seolah mengerti.

Mendengar itu Tari memandang Rey sejenak, dari perkataan pria itu. Tari menyadari bahwa Rey benar-benar sudah tahu tentangnya.

"kenapa harus saya yang kamu pilih?"tanya Tari tiba-tiba, ia mengabaikan saja panggilan dari Arvin.

"Kamu jelas tahu asal usul saya, saya punya anak. Yang artinya saya seorang janda yang pernah gagal dalam berumah tangga"bagaikan bumi dan langit, itu yang Tari rasakan sekarang, ia merasa tidak pantas untuk seorang Reynand yang terlalu tinggi.

"Kamu mempertanyakan pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabannya"balas Rey.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak tahu jawabannya? Apa yang membuatmu tertarik?"

"Aku terus memikirkanmu, merindukanmu. Setiap kali aku mencoba untuk melupakan kalian tetap saja kamu dan Matcha selalu mengganjal di hati. Seperti ada yang tidak tersampaikan"ungkap Rey dengan jujur.

Tari terdiam, jawaban Rey mampu membuatnya tegugu.

"Aku terima semua kekuranganmu dan seburuk apapun masa lalu kamu, aku tidak perduli Mentari"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!