Love Language

Love Language

Prolog : Pertemuan

Mentari baru saja berbelanja kebutuhan di tokoh biasa langganannya, memang sedikit jauh jarak tokoh tersebut dari rumahnya. Jika berjalan kaki mingkin membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit, jalan yang gelap dan sepi memang sudah biasa Mentari lewati jika keluar dari rumah pada malam hari. Syukurlah, desanya ini aman-aman saja semenjak ia tinggal disini.

Dengan penerangan yang seadanya Mentari menyusuri jalan yang gelap itu dengan senter yang berada di genggamannya. Di tengah fokus berjalan tiba-tiba Mentari membeku sejenak, betapa terkejutnya ia melihat seseorang dari kejauhan berjalan seperti tertatih-tatih, Mentari hendak lari saat itu. Ia mengira sosok tersebut bukanlah manusia melainkan mahkluk halus.

"Tolong saya"Mentari semakin terkejut mendengar suara yang terdengar lirih itu. Ia pun mengurung niatnya untuk kabur dan memilih memberanikan diri untuk mengarahkan cahaya senternya ke arah sosok tersebut.

"Tolong"ucapnya lagi dengan tubuh yang sempoyongan.

Setelah memastikan yang dilihatnya manusia, Mentari mendekati orang itu yang tampaknya baru saja terjatuh entah dimana. Terlihat dari pakaiannya yang kotor dan ada beberapa luka di sekitar wajah.

"Astagfirullah"ucapnya yang segera merangkul orang tersebut dan segera menuntunnya untuk ia bawa ke rumah.

Beberapa menit perjalanan, akhirnya Mentari sampai di rumah dan meletakkan pria yang tadi di temuinya itu di kursi panjang. Nafasnya sampai tersenggal-senggal menuntun pria bertubuh besar dan tinggi itu untuk tiba di rumah.

"Minum dulu pak"Mentari memberi pria itu minum.

Setelah Mentari lihat-lihat pria yang di temukannya itu sepertinya bukan orang desa disini. Terlihat dari pakaian dan perawakannya Mentari rasa dia orang kota.

"Bagaimana bapak bisa sampai seperti ini?"tanya Mentari memandang pria itu prihatin dengan luka goresan di wajahnya.

"Saya kecelakaan, mobil saya masuk jurang. Saya tidak tahu saya ada dimana"tuturnya.

"Bapak ada di desa Z, sekarang bapak istirahat saja disini terlebih dahulu. Dan maaf nama bapak siapa?"

"Saya Rey"jawabnya.

"Iya pak Rey, saya Mentari panggil saja Tari. Agar bapak nyaman sebaiknya bapak bersih-bersih dulu"Mentari bermaksud untuk menyuruh Pria bernama Rey itu untuk bebersih karena tubuh yang sedikit kotor.

"Bisa bantu saya?"Rey mengulurkan tangannya agar bisa di bantu oleh Mentari yang segera menuntunnya kembali menuju kamar mandi.

Tuk...

Tuk...

Tuk...

Mentari mengetuk pintu kamar mandi, berniat untuk memberikan baju ganti pada pria itu "terimakasih"Rey menerima baju tersebut dan memakainya.

Setelah berganti pakaian Rey duduk di meja makan, ia melihat wanita yang menolongnya itu tampak sibuk dengan alat masak "Maaf pak Rey, hanya ada mie instan yang bisa saya hidangkan. Kebetulan hari ini saya tidak masak"ucap Mentari sambil meletakkan semangkuk mie instan di meja depan Rey.

"Tidak apa, terimakasih. Maaf telah merepotkan"bagaimanapun Rey tetap terima apa yang ada. Karena memang ia juga sudah lapar sekali, sungguh ini baru pertama kali Rey merasakan mie instan yang rasanya lumayan enak dengan telur setengah matang.

"Tidak, bapak tidak merepotkan. Sesama manusia kita harus tolong menolong"

Rey mengangguk dan mulai melahap mie instan tersebut. Beruntung ia bertemu seseorang yang baik dan mau menolongnya jika tidak. Rey tidak tahu lagi akan bagaimana.

"Apa kamu tinggal sendiri?"tanya Rey, ia tidak melihat siapapun di rumah ini selain wanita itu. Tapi Rey melihat kotak susu di kantong belanja Mentari.

"Tidak, saya tinggal dengan anak saya. Dia sedang tidur di kamar"jawab Mentari sambil melirik sang anak yang tertidur pulas di kasur.

Entah kenapa Mentari merasa pria itu jutek sekali. Nada bicaranya membuat dia tidak nyaman, tetapi ia berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja.

"Apa luka bapak perlu di obati?"tanya Mentari melihat wajah pria itu ada beberapa goresan.

"Tidak perlu"jawabnya menatap balik Mentari yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Apa kamu punya handphone? Saya ingin menghubungi asisten saya"

"Ada pak, tapi untuk menelfon seseorang harus ke pasar dulu. Disini tidak ada sinyal"terang Mentari.

Ya, karena memang rumah Mentari di ujung desa terpencil sehingga susah sekali mendapatkan sinyal. Untuk mendapatkannya harus menuju pasar di desa tersebut yang pastinya lumayan jauh dari rumah.

Rey menghela napas, kemudian meneguk minuman secara kasar. Kalau seperti ini ia akan lebih lama tinggal disini mengingat kakinya masih sakit akibat tertimpa puing-puing mobil.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"tanya Mentari, sepertinya Rey sedang memikirkan sesuatu.

Pria itu menatap Mentari dengan intens, pikirannya bertanya-tanya. Bagaimana cara dia keluar secepatnya dari desa ini? Dengan kondisi badan yang tidak memungkinkan. Ia hanya akan menyusahkan orang lain.

Mentari yang ditatap seperti itu mengalihkan pandangannya.

Tak ambil pusing, pria itu memilih untuk memikirkannya besok. Sekarang ia hanya butuh istirahat agar tubuhnya segar kembali. "Kalau begitu, izinkan saya istirahat disini sampai besok. Nanti akan saya bayar semua kebaikan kamu"

"Tidak usah pak, saya ikhlas menolong bapak"Mentari menggeleng, ia menolak untuk di bayar. Ia berfikir bahwa pria tersebut bukan sembarang orang dari nada bicaranya juga.

Rey tidak merespon perkataan Mentari, pria itu berdiri dari kursi dan hendak melangkah. Namun belum sempat melangkah tiba-tiba Rey terjatuh, untunglah Tari dengan sigap menopang tubuh besar itu. Lalu kembali menuntunnya menuju kursi.

Rey tidak menolak, walau sebenarnya ia sangat tidak tidak suka di sentuh. Apalagi dengan perempuan.

"Sepertinya kaki pak Rey butuh pengobatan, biarkan saya obati pakai minyak"

"Tidak usah, biarkan saja"Rey takut kakinya akan semakin parah jika tidak di tangani oleh ahlinya.

"Baiklah kalau begitu, biar saya ambilkan bantal dan selimut"Mentari beranjak mengambil barang yang di perlukan oleh Rey "maaf, bapak jadi tidur di kursi ini. Soalnya kamar di rumah ini hanya satu, satunya lagi di gunakan untuk menyimpan barang-barang"Tari jadi tidak enak hati membiarkan Rey tidur di kursi kayu itu. Padahal kondisi badannya sedang sakit.

"Tidak apa"jawabnya singkat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!