Reynand Dirga Grissham, nama lengkap pria berwajah campuran Indo-Belanda itu. Dia adalah salah satu pebisnis terbesar di Indonesia di bidang perkebunan sawit,tebu dan karet serta di bidang perhotelan di Bali. Tak hanya itu, beberapa perusahaannya juga ada di luar negeri, yaitu di Belanda dimana ia lahir di negeri kincir angin tersebut.
Dengan sifatnya yang cenderung dingin dan sangat membatasi ketentuan-ketentuan yang ia tetapkan membuat para wanita sulit untuk menaklukkan pria itu. Ya, begitulah kira-kira sifat pira tersebut.
Pagi hari setelah kepulangannya dari Desa Z membuat pria itu melamun sejenak memandangi sekitar kamar mewahnya itu. Entah kenapa ia merasa ada yang kurang setelah bangun dari tidurnya, pikiran pria itu melayang jauh.
Biasanya pagi hari ia sudah melihat Tari yang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Kenapa? Kenapa ingatan itu tiba-tiba muncul di pikirannya? Pertemuan singkat itu seakan terasa sangat lama baginya.
Rey menggeleng-geleng, ia harus melupakan kenangan itu dan hanya akan menganggapnya angin lalu saja! Ia yakin, setelah ia menjalani kehidupannya seperti biasa, lambat laun dia akan melupakannya.
Usai bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan, Rey segera turun ke bawah karena kamarnya berada di lantai dua. Namun, langkahnya yang lebar menuruni tangga itu perlahan-lahan melambat saat melihat kedua orang tuanya sedang berada di meja makan.
"Rey"panggil sang ibu pada Rey yang langsung menoleh "ayo sarapan dulu"lanjut Mariam, Ibu Reynand.
Rey menurut, ia juga ikut duduk di depan Papa dan Mamanya.
"Apa kamu baik-baik saja? Marshel bilang kamu kecelakaan beberapa hari yang lalu"tanya Aldric Grissham, Papa Reynand yang wajahnya hampir mirip dengan Rey.
"Iya nak, Mama sangat khawatir. Maka dari itu kami kesini untuk melihat keadaanmu"Mariam memandang sang anak khawatir.
Sebelumnya, Rey memang tinggal sendiri di rumah itu sebab Rey tidak suka keributan yang diciptakan adik-adiknya di rumah utama tempat Papa dan Mamanya tinggal.
"Aku baik-baik saja Pa Ma. Hanya ada beberapa luka kecil dan...."ucapan Rey menggantung ketika dia mengingat kembali Tari yang menyembuhkan kakinya.
"Hem?"Aldric berdehem menunggu Rey melanjutkan kalimatnya.
"Tidak, bukan apa-apa. Hanya luka kecil saja"lanjut Rey.
"Syukurlah"
****
Tiba di kantor perusahaannya Rey bertemu Marshel yang sedang sibuk menghadap laptop dengan berkas-berkas di mejanya.
"Apa mereka mengatakan sesuatu saat di perjalanan?"tanya Rey tiba-tiba tanpa basa basi. Tanpa sadar Rey mempertanyakan Tari dan Matcha lagi, padahal dari awal ia sudah memperingati dirinya agar menepis tentang mereka.
"Pak!"Marshel sontak berdiri, ia terkejut dengan kedatangan bossnya itu.
"Tidak ada pak, Ibu Tari di sepanjang jalan hanya menenangkan anaknya yang menangis"jawab Marshel apa adanya.
***
Tak terasa sudah satu bulan lamanya Rey menjalani kehidupannya setelah perpisahan sebulan yang lalu. Hari ke hari Rey lalui dengan aktivitas yang menyibukkan. Pria itu sengaja menyibukkan diri untuk menetralisirkan pikirannya dari Tari dan Matcha. Entah kenapa ia sangat sulit sekali melupakan Ibu dan anak itu.
Akhir-akhir ini ia juga sering keluar kota untuk terjun langsung ke pengolahan kelapa sawit di Kalimantan dan juga Riau untuk melihat langsung proses tersebut.
"Apa ada agenda hari ini?"tanya Rey pada Marshel yang segera mengecek jadwal pria itu.
"Tidak, hanya saja Bu Mariam meminta Pak Rey untuk menghadiri makan malam di hotel Granz Zurri"
"Baiklah, sebelum itu saya akan menemui klien di Mega Mall dulu"
"Kapan pak?"tanya Marshel, di jadwalnya. Rey tidak ada janji temu bersama klien hari ini.
"Sekarang"
Tak butuh waktu lama, Rey sampai di Mega Mall yang berada di Jakarta. Dengan setelan jas hitamnya pria itu berjalan dengan langkah yang lebar.
Rey dan sang asisten segera menuju bar tempat janji temu kliennya. Layaknya seorang pembisnis, Rey menyapa kliennya dengan ramah, kliennya ini juga memiliki kebun sawit yang lumayan besar di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu mereka bertemu ingin membicarakan penanaman saham dari sang klien untuk perusahaannya.
"Terimakasih Pak Reynand menyempatkan waktu untuk datang dan berkenan untuk memperbolehkan saya untuk bekerja sama dengan perusahaan besar milik Pak Reynand"ucap Zain sambil mengulurkan tangannya.
"Sama-sama Pak Zain, saya harap kerja sama ini berjalan dengan baik"ucap Rey membalas jabatan tangan tersebut.
"Baik, kalau begitu saya pamit. Saya tidak bisa berlama-lama, karena masih ada urusan"
"Iya, silahkan. Terimakasih sekali lagi"ucap Zain yang di jawab anggukkan oleh Rey.
Pria itu hendak beranjak dari sana, namun belum sempat melangkah. Rey tiba-tiba di kejutkan oleh seseorang yang baru saja datang.
"Maaf Mas, aku terlambat. Di jalan tadi macet"ucap seorang wanita pada Zain.
Wanita tersebut tidak menyadari keberadaan Rey disana. Namun pria itu sudah dulu menyadari wanita yang tak asing baginya itu.
"Ohh dia kekasih saya Pak Rey"ucap Zain, ia melihat Rey yang memperhatikan Tari dengan bingung.
Ya, wanita tersebut tidak lain adalah Mentari. Ia menoleh lawan bicara Zain yang langsung membuatnya terkejut bukan main. Ia bahkan tidak mampu berkata-kata lagi, setelah tatapan tajam pria itu kembali ia pandang.
"Apa kalian saling kenal?"tanya Zain, kenapa lama sekali tatapannya? Pikir pria itu.
"Tidak, saya tidak kenal"jawab Rey spontan, iapun segera berlalu dari sana.
"Bukankah itu---"
"Kamu cari informasi tentang dia dan juga Zain"tukas Rey melangkah lurus ke depan yang diikuti oleh Marshel di sampingnya.
"Baik"seolah sudah menemukan jawaban, Marshel hanya mengikuti perintah. Ia tak berani bertanya lebih lanjut karena sang boss sudah menunjukkan raut wajah yang tak biasa.
**
Disisi lain Tari sedang menemani Zain untuk berbelanja setelan jas di Mega Mall tersebut. Sesekali Zain juga memilihkan Tari dress yang membuatnya tampak cantik dan glamor.
Walaupun Tari sempat terkejut bertemu Rey, pria yang ditolongnya sebulan yang lalu. Wanita itu tak ambil pusing, setelah perpisahan itu ia benar-benar melupakan Rey. Hanya saja sang anak masih mengungkit-ungkit nama pria itu sesekali. Dan melihat Rey tadi ia semakin meyakinkan diri untuk tidak akan bertemu lagi dengan pria itu sebab Rey juga tidak mengakui bahwa mereka tidak saling kenal. Jadi, anggap saja dia dan pria bernama Reynand itu tidak pernah bertemu.
Usai berbelanja, Zain dan Tari keluar dari Mall tersebut. Ternyata langit sudah gelap dengan masih tersisa warna kebiruan, ia dan Zain tampak berjalan mesra menuju parkiran.
"Apa kamu senang hari ini?"tanya Zain menatap Tari lama.
"Iya aku senang sekali bisa menghabiskan waktu bersamamu. Terimakasih untuk ini"ucap Tari tersenyum sambil bergelanyut manja di lengan Zain.
"Apa kamu memang lucu seperti ini? Kalau begini terus aku tidak bisa menahan diri untuk jadikan kamu calon istriku sungguhan"ucap Zain gemas dengan tingkah Tari yang lucu.
Tari tertawa kecil, tentunya tawa yang dibuat-buat "Kamu memang pintar menggombal Mas"ucapnya dengan masih ada tawa tersisa.
"Bagaimana kalau aku serius?"
"Tidak akan, bagaimana dengan anak dan istrimu?"
Zain diam sejenak, tentu ia juga takut kalau anak dan istrinya tahu "iya, yasudah. Ayo, aku akan mengantarmu"Zain membukakan pintu mobil untuk wanitanya.
Dari kejauhan, seseorang melihat Zain dan Tari dengan tatapan sulit diartikan. Rey ternyata masih stand by di mobilnya bersama Marshel sejak tadi. Mereka hanya menunggu Zain dan Tari keluar, entahlah Marshel bingung juga apa yang dilakukan bossnya itu sampai membuatnya menunggu.
Mobil yang di pakai Zain dan Tari jelas sangat berbeda saat terakhir kali Rey melihat Tari di antar oleh seseorang di desa waktu itu.
"Saya hampir tidak mengenalnya, Bu Tari begitu sangat berbeda dari kemarin yang saya lihat. Disini dia terlihat sangat cantik memakai dress itu, terlebih melihat rambutnya yang panjang terurai"ungkap Marshel yang juga mengamati Zain dan Tari dari kejauhan.
Mendengar itu, Rey menatap Marshel dengan tajam. Asistennya itu memang sedikit menjengkelkan.
"Siap salah" Marshel menunduk saat melihat tatapan maut itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments