Curhatan Rey

Pagi-pagi sekali bahkan langit masih terlihat redup saat itu, Rey membangunkan Tari mengajak wanita itu keluar untuk melihat matahari terbit.

"Pergilah sendiri! Aku masih mengantuk!"kesal Tari, dari tadi Rey terus membangunkannya.

"Ayolah.... Temani aku!"mohon Rey.

"Ck, kamu menyusahkan saja!"dengan terpaksa, Tari bangun. Dari pada keributan itu berlanjut yang akan membangunkan Matcha ia lebih baik menuruti kemauan pria itu.

Dengan mata yang masih setengah tertutup, rasa kantuk pun masih menyerang hingga Tari menguap "Astaga ini masih subuh!"kesal Tari memandang langit masih redup, ia menguncir rambutnya yang berantakan sekali seperti singa lalu mencuci muka dengan air.

"Lihat! Gunung itu sangat indah bukan? Bukit ini juga masih di selimuti awan putih"tunjuk Rey pada gunung sebrang sana yang memang terlihat lebih indah dari sebelumnya.

"Ya-ya indah sekali"jawab Tari dengan malas.

"Kenapa rambutmu di kuncir?"tanya Rey, ia tak suka melihat rambut Tari di kuncir. Karena akan terlihat leher jenjang wanita itu.

"Kenapa? Apa ada masalah dengan rambutku?"decak Tari memandang Rey jengah, ia sudah cukup kesal di bangunkan pagi-pagi buta begini ini tapi Rey selalu memancing emosinya.

"Ck, terserah kamu saja"

Mereka kembali melewati hari-hari itu dengan bahagia meskipun sesekali Tari kesal dengan sikap Reynand yang cenderung pemaksa itu tetapi ia berusaha untuk mengontrol emosinya.

Bermain bersama, makan bersama, hingga bercengkrama ringan seperti keluarga kecil yang harmonis. Suatu hal yang tidak pernah Tari dan Matcha rasakan sebelumnya. Begitupun dengan Reynand, dia rasa ini adalah sisi lain dari dirinya. Dia berubah menjadi begitu hangat dan seolah tidak bosan-bosan membuat Tari kesal setengah mati akibat ulahnya yang terbilang kekanak-kanakan.

***

"Jangan langsung pulang, tolong antarkan aku ke restoran C. Antar aku sampai sana saja"ucap Tari, saat ini mereka sudah menuju perjalanan pulang.

Rey diam, dia tidak merespon perkataan Tari. Pandangannya lurus ke depan dengan sorot mata yang dingin.

"Rey!"panggil Tari sedikit berteriak yang membuat pria itu menoleh "kamu dengar aku tidak?"tanya Tari.

"Bagaimana kalau aku menolak?"Rey tau Tari akan bertemu seseorang di restoran tersebut.

"Kalau begitu turunkan aku disini"

"Aku akan langsung mengantarmu pulang"putus Rey tidak mau tahu.

"Tidak, turunkan saja aku disini. Aku bisa pulang sendiri !"

"Kamu ke restoran ingin bertemu seorang pria?"tanya Rey tiba-tiba yang membuat Tari tidak menjawab pertanyaannya.

"Diam mu sudah menjawab pertanyaanku, aku tidak akan mengantarmu ke restoran"

"Kamu tidak punya hak untuk melarangku, jangan bersikap seolah kamu siapa-siapa. Tolong jaga batasan!"tegas Tari penuh penekanan.

Reynand yang mendengarnya sontak langsung menghentikan mobilnya ke tepi jalan secara mendadak. Untunglah tidak ada pengendara lain di belakang.

"Apa kamu menganggapku seperti pria yang kamu layani? Yang hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu kemudian membayarmu?"Rey telanjur tersulut emosi mendengar perkataan Tari. Ia memang tidak berhak melarang wanita itu tapi ia hanya merasa Tari menyamakannya seperti pria lain. Tentu Reynand tidak terima.

"Terserah kamu berkata apa"Tari hendak turun dari mobil tapi Rey buru-buru menguncinya hingga wanita itu tidak bisa keluar.

"Baik, aku akan mengantarmu ke restoran itu"Rey kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kilatan merah yang terpancar di mata Rey tidak bisa di bohongi ia sedang marah.

Tari yang melihat itu hanya diam, sambil memegang pegangan yang ada di atap mobil "jangan hanya pikirkan nyawamu, kamu sedang membawa anak kecil!"tegur Tari pada Rey yang tak memperdulikannya.

Tari khawatir Matcha kenapa-kenapa di belakang karena Rey melajukan mobilnya begitu cepat. Tari tahu pria itu marah, namun Tari tidak peduli, ia harus menjaga batasan. Ia harus tegap pada pendiriannya, ia tidak boleh goyah.

Sesampainya di restoran C, Tari tampak membenahi rambut serta pakaiannya. Hal itupun membuat Rey menatap tajam wanita itu, cemburu? Tentu saja. Ia tidak mau Mentari yang berparas cantik itu dilihat oleh pria lain, terlebih kalau membayangkan Tari bermesraan.

Arghhh.... Sial!

"Ayo, ikut Ibu!"Tari mengajak Matcha yang sudah bangun dari tadi agar ikut dengannya.

"Matcha tidak akan kemana-mana, dia akan aku antar pulang. Kamu nikmati saja waktumu"

"Tidak, Matcha harus ikut aku"

"Apa kamu seorang ibu? Dia anak kecil yang seharusnya tidak boleh melihat apa yang kamu lakukan"

Dahi Tari membentuk kerutan kecil, ia tidak terima dengan perkataan pria itu yang seolah ia akan memperlihatkan anaknya suatu yang tidak-tidak.

"Aku tahu yang terbaik untuk anakku!"

BUGH !

Tari menutup pintu mobil dengan keras.

"Matcha, Ibu ada urusan sebentar. Matcha pulang dulu ya diantar sama Om Rey"ucap Tari pada Matcha lewat jendela mobil.

"Iya Ibu"sahut Matcha mengangguk patuh.

Setelah kepergian Tari Rey kembali melajukan mobilnya membelah jalanan dengan hati yang gelisah. Namun kemudian Rey tersenyum tipis dengan niat yang terlintas di benaknya.

Rey tidak mengantar Matcha menuju desa Z tetapi ia membawa anak itu menuju rumahnya.

"Om Matcha laper"ucap Matcha pada Rey.

"Sebentar lagi kita sampai di rumah Om, setelah itu Matcha boleh makan apa saja yang Matcha mau"

"Benarkah?"Matcha terlihat senang sekali mendengarnya.

"Iyaaa"

Setibanya di rumah Reynand, Matcha terkagum-kagum dengan rumah mewah bertema klasik Eropa itu. Matcha tidak menyangka akan menginjakkan kakinya di rumah sebesar itu, sebelumnya ia hanya melihat di TV-TV.

"Om Rey tinggal sendiri?"tanya Matcha, ia tidak melihat seorangpun di rumah ini.

"Iyaaa"jawab Rey, ia segera menghubungi Mamanya untuk mengirim ART ke rumahnya untuk membuatkan Matcha makanan.

"Matcha duduklah di meja makan, sebentar lagi ada bibi yang membuatkan Matcha makanan"titah Rey yang langsung dituruti oleh Matcha.

"Ini, pakailah untuk nonton film kartun yang kamu sukai. Om ganti baju dulu"agar tidak bosan, Rey memberikan tablet besar untuk Matcha pakai mencari hiburan. Entahlah, hanya itu yang bisa Rey lakukan agar anak itu betah.

"Okeey"jawab Matcha senang, dengan serius balita itu mulai mengutak-atik benda canggih itu. Walaupun tidak tahu seluk beluknya, Matcha tetap bermain setahu yang ia tahu.

Rey berlalu, ia ingin membersihkan diri dan menenangkan pikirannya. Mentari yang keras kepala sama dengannya yang juga kepala batu membuat keduanya sulit untuk mengerti satu sama lain.

Usai membersihkan diri Rey kembali turun ke bawah untuk menemani Matcha.

"Rey, anak siapa ini?"belum sampai Rey turun ke lantai satu, Sang Mama ternyata datang bersama Asisten rumah tangganya.

"Itu anakku"jawab Rey dengan santai.

"Benarkah? Kamu punya anak? Siapa Ibunya?"bukannya terkejut, Mariam malah senang mendengar Rey memiliki anak.

"Ibunya sedang bekerja"

"Oya? Ibu sedang bekerja? Nama kamu siapa nak?"tanya Mariam sembari duduk di samping Matcha yang terheran-heran.

"Matcha Caramelia Ningrum"jawab Matcha dengan polosnya yang membuat Mariam terkekeh geli.

"Lucu sekaliii"ucap Mariam mencubit pipi Matcha gemas "nama kamu unik ya, seperti nama makanan. Siapa yang kasih kamu nama?"tanyanya penasaran.

"Ibu yang kasih nama Bi"jawab Matcha.

"Iihh jangan panggil bibi, Matcha panggil Oma aja"ucap Mariam yang di jawab anggukkan oleh Matcha.

"Matcha mau makan apa?"tanya Rey, ia ikut duduk di meja makan. Melihat Mamanya tampak girang Rey sampai geleng-geleng kepala.

"Terserah Om aja"

"Om?"ekspresi Mariam penuh tanda tanya.

"Nanti aku jelaskan"

Mariam mengangguk paham "bikinkan sayur soup aja Bi"ucapnya pada Bi Zia yang segera memasak.

"Rey kamu tidak bilang ke Mama kamu udah punya pasangan"

Rey beranjak dari kursi menuju halaman belakang, dimana ada tempat santai dengan kolam renang yang luas di sana. Rey juga mengisyaratkan Mamanya untuk mengikutinya.

Disana Rey menceritakan semuanya pada sang Ibu. Dari mulai Rey kecelakaan yang di tolong oleh seorang wanita yang membuatnya jatuh cinta sampai dititik sekarang. Namun, Rey tidak menceritakan Tari yang sebenarnya pada sang Ibu biarlah itu menjadi urusannya.

"Ya Allah nak, ini benar kamu? Reynand Dirga Grissham?"Mariam terkejut mendengar cerita dari Rey yang berusaha mengambil hati seorang wanita. Padahal yang Mariam tahu putranya itu sangat keras kepala,dingin dan anti terhadap wanita manapun.

"Aku membawa Matcha kesini tanpa sepengetahuannya Ma, mungkin dia akan marah padaku karena dia akan mencari Matcha"

"Astaga Rey tentu saja dia marah! Kamu ini gimana sih? Kok tidak bilang dulu?"

Reynand terdiam, tidak mungkin ia menceritakan ia melakukan itu karena emosi terhadap Tari tadi.

"Coba kamu hubungi dia sebelum dia pulang ke rumah. Kasihan kalau dia sudah pulang tetapi dia tidak melihat anaknya"saran Mariam pada Rey.

"Iya Maa, tapi...."

"Tapi apa Rey?"

"Bagaimana menurut Mama? Dia bukan lagi seorang gadis, dia sudah pernah gagal dalam rumah tangga"

"Jika menurut kamu itu yang terbaik buat kamu, Mama dukung. Jangan lihat dia dari masa lalunya, kamu cukup tahu dan ajari dia, bimbing dia agar bangkit dari masa lalunya"

"Apa keluarga kita bisa terima dia dengan baik? Mengingat dia sudah memiliki anak"

Mariam tersenyum lalu mengusap kepala sang putra "Tentu saja nak, mereka selalu terima keputusan kamu selama itu baik"ucap wanita itu dengan lembut.

Rey mengangguk paham.

"Yasudah, ayo temani Matcha makan"Mariam kembali ke meja makan melihat anak itu sedang makan dengan lahap.

"Matcha sudah sekolah?"tanya Mariam di sela-sela Matcha makan.

"Belum Oma, kata Ibu, tunggu Ibu beli rumah baru. Soalnya di desa tempat tinggal Matcha sangat jauh dari sekolah"terang Matcha apa adanya.

Mariam mendengarnya memandang Matcha dengan prihatin, selain menggemaskan Matcha juga pintar. Wajar jika putranya menyayangi anak itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!