Perkenalkan dengan seorang wanita

Masih di hari yang sama, malam hari sesuai janji. Reynand pergi ke hotel Granz Zurri, dimana ia akan makan malam bersama dengan keluarga besarnya.

Suasana malam yang indah, seperti biasa jika sang Ibu sudah mengadakan makan malam pasti selalu di hotel Granz Zurri tepat di wortof yang langsung berhadapan dengan langit malam.

Disana sudah ada Mariam, Aldric dan kedua adiknya yang sedang asik bercanda ria dengan pasangan masing-masing. Rey menarik kursi dan duduk tepat di depan orang tuanya.

"Apa semuanya baik-baik saja?"tanya Aldric yang melihat wajah putra sulungnya itu terlihat gusar.

"Iya, semuanya lancar"ucap Rey sembari menyeruput wine sedikit.

"Ibu ingin berbicara sesuatu padamu"Mariam membuka obrolan.

Sedangkan Rey menatap sang Ibu, menunggu beliau berbicara.

"Ibu ingin mengenalkan kamu pada seorang wanita. Dia anak teman Ibu yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di AS"ucap Mariam menjeda omongannya sejenak "mengingat umur kamu yang semakin bertambah, Ibu ingin segera kamu memiliki teman hidup. Sudah cukup nak kamu membebaskan diri kamu, cobalah untuk membuka hati"tutur Mariam memohon pada putranya.

Selama ini Mariam tak pernah sekalipun melihat Rey dekat dengan seorang wanita. Terkecuali mantan kekasihnya yang delapan tahun lalu meninggal dunia. Awalnya ia setuju saja jika Rey memilih untuk tidak menikah, tetapi saat mengamati sang putra akhir-akhir ini entah kenapa Mariam merasa Rey sangat kesepian sekali.

Seringkali Mariam melihat putranya itu melamun dan juga sering menyibukkan diri seolah ingin mengalihkan pikirannya yang Mariam sendiri tidak tahu apa yang putranya itu pikirkan. Sebagai seorang Ibu, Mariam tahu betul bahwa sang anak tidak baik-baik saja.

"Apa ada yang mengganggu hatimu? Atau ada masalah pada pekerjaanmu nak?"tanya Mariam dengan lembut.

Rey yang mendengar suara lembut yang terdengar tulus itu terdiam sejenak. Walaupun ia berusaha menyembunyikannya, sang Ibu selalu tahu apa yang ia rasakan karena meskipun Rey bersifat dingin dan acuh jika menyangkut Mariam ia selalu luluh.

"Mama jangan khawatir, aku bisa mengatasinya sendiri. Dan untuk membuka hati untuk seorang wanita, Mama tahu aku tidak tertarik pada wanita manapun"

"Kamu bukan tidak tertarik, tapi kamu tidak membuka hati kamu Reynand. Bagaimana tamu bisa masuk jika tuan rumah tidak membukakan pintu?"ucap Mariam berusaha memberi pengertian "jangan terlalu keras pada dirimu sendiri"lanjutnya.

"Apa yang dikatakan Mamamu benar Rey, cobalah untuk membuka hati. Jika kamu sudah jatuh cinta, dan cinta itu sanggup merubah apa yang ada di dirimu, percayalah. Kamu akan memandang dunia dengan cara yang berbeda"timpal Aldric.

Rey diam sejenak, mendengar ucapan orang tuanya dia jadi teringat seseorang.

"Dia sudah datang, bersikaplah seramah mungkin"Mariam melihat tamunya sudah datang dari kejauhan.

Cherlyn, nama wanita cantik itu dengan pakaian modis yang membalut tubuhnya yang profesional. Dia berjalan dengan elegant dengan senyum manis yang menampilkan lesung pipinya yang menggemaskan.

"Hello Om, Tante"sapanya menyalami Aldric dan Mariam sambil cipika-cipiki.

"Haii Cherlyn, apa kabar kamu?"tanya Mariam menyambut hangat wanita itu.

"Baik tante, Om dan Tante sehat?"tanya Cherlyn sembari duduk di tengah-tengah antara meja.

"Om dan Tante baik juga Cherlyn"jawab Mariam "ohiya, ini kenalin anak tante namanya Reynand"Mariam memperkenalkan sang putra pada Cherlyn yang langsung mengulurkan tangannya.

"Cherlyn"ucap wanita itu sambil tersenyum. Namun tak dapat sambutan apa-apa dari Rey sehingga tangannya dibiarkan menggantung.

"Rey"ucap Mariam mengisyaratkan Rey untuk menerima uluran tangan Cherlyn.

"Reynand"ucap Rey dingin menerima uluran tangan wanita itu. Rey akui Cherlyn sangat cantik, bahkan bisa saja pria lain langsung terpana dengan kecantikannya, tapi Rey justru memandang Cherlyn sebaliknya. Dimata Rey, Cherlyn terlihat biasa saja.

Mereka bercengkrama ringan, sesekali terdengar gelak tertawa dari mereka kecuali Reynand yang hanya diam memerhatikan. Mariam dan Aldric sampai lelah karena mereka harus menuntun Reynand untuk berbicara.

Sementara Shenia dan Arnold, kedua adik Reynand itu duduk di meja sebrang sana yang tak jauh dari meja tempat makan Aldric dan Mariam. Sebelumnya mereka sudah ikut makan bersama karena sang kakak datang terlambat dan sekarang mereka seperti double date di meja itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!