Disisi lain Mentari sedang besitatap wajah dengan Arvin yang tidak mau Tari pergi dari hidupnya. Arvin sudah terlanjur sayang dan cinta pada Tari, hingga perjanjian dari awal mereka bertemu membuat Arvin menyesal karena telah menyetujuinya.
"Mas, dari awal aku sudah mewanti-wanti kamu untuk tidak jatuh terlalu dalam. Bukankah kamu yang bilang kalau kamu hanya ingin bersenang-senang?"
"Iya, tapi aku tidak tahu akan sedalam ini mencintaimu Mentari. Aku sudah terlanjur larut dalam perhatian kamu selama beberapa bulan belakangan ini. Bahkan kamu yang kasih aku pengertian tentang rumah tangga aku, aku nyaman berbicara denganmu. Apa tidak ada sedikitpun perasaanmu untukku?"tutur Arvin tidak rela Tari ingin mengakhiri hubungan kontrak dengannya secepat ini.
"Mas, aku bukan perempuan yang tepat untukmu. Mas Arvin bisa cari yang lebih baik dari aku, untuk barang yang pernah Mas Arvin berikan aku akan kembalikan termasuk motor"
"Aku tidak peduli dengan barang yang aku berikan, tapi tolong jangan seperti ini. Beri aku kesempatan untuk bisa membuatmu jatuh cinta padaku"
"Tidak bisa Mas, aku----"ucapan Tari terpotong saat dering ponselnya berbunyi dengan panggilan nomor tidak dikenal. Awalnya ia hanya mengabaikan panggilan tersebut namun nomor tersebut mengirim pesan setelahnya.
[Maaf, aku membawa Matcha ke rumahku] Tulis Rey.
Membaca itu Mentari langsung berdiri dari duduknya "Mas Arvin aku ada urusan mendadak, maaf sekali lagi. Hubungan kita hanya sampai disini, tolong jangan cari aku"ucap Mentari hendak beranjak dari sana, namun Arvin mencekal tangan Tari dengan kuat.
"Setelah aku bercerai gara-gara kamu, kamu tinggalkan aku begitu saja?"
Tari melepas tangan Arvin dengan kasar.
"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk bercerai, karena sebelum ada aku kamu sudah sering melakukan kesalahan yang istri kamu tidak sukai"
"Tau apa kamu tentang kesalahanku? Bukankah kamu asal dari kesalahanku?"
Tari mendengus geli mendengarnya, ia tentu sadar dengan apa yang ia perbuat. Namun itu tidak sepenuh kesalahannya. "kamu coba introspeksi diri apa yang salah dari kamu! Jarang pulang ke rumah? Mabuk-mabukan? Kamu bahkan sering ke klub malam"
Arvin terdiam sejenak, bagaimana bisa perempuan itu tahu apa yang dilakukannya? Padahal selama ia bertemu dengan Tari ia hanya terus memperlihatkan sikap manisnya.
"Perempuan licik! Murahan!"
"Kamu lebih licik dan munafik!"balas Tari tak kalah sinis nya.
Tari baru saja ingin melangkah, namun secara tiba-tiba seorang wanita menghampirinya menampar Tari dengan keras.
"Jadi ini Mas yang buat kamu tidak pulang ke rumah hah? Perempuan jalaaang ini yang menggoda kamu sampai buat kamu ceraikan aku?"murka Zahra pada Tari yang menampar pipinya yang terasa pedas akibat tamparan dari Zahra (mantan istri Arvin).
Arvin disana ikut terkejut dengan kedatangan mantan istrinya, ia hanya diam. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan mengingat Zahra yang memang sedikit bar-bar jika berdebat.
"Dasar jalaang murahan!!"
Zahra hendak melayangkan tamparan lagi, tapi Tari buru-buru menangkis tangan wanita itu menatapnya tak kalah sinis. Ia tak akan membiarkan dirinya terluka.
"Jangan sentuh saya! Dan jaga ucapanmu! Selain suami yang bodoh, istri juga mau di bodohi. Dengar Nyonya, mantan suamimu itu tidak hanya dengan saya bermain gila tapi dia sering bermain di klub malam maka dari itu dia selalu pulang mabuk"ucap Tari sembari menepis tangan Zahra dengan kasar.
"Apa katamu? Aku bodoh? Tidakkah terbalik? Kamu yang ****** bodoh!"
Tari tersenyum miring "aku tidak ada waktu melayani mu Nyonya, urus saja mantan suamimu yang bodoh itu"Tari beranjak dari sana "oh iya, satu lagi. Tuan Arvin, jika anda tidak ingin kehilangan pekerjaan maka jangan temui aku lagi. Kalau tidak, kertas yang ada di mobilmu akan aku serahkan pada pihak yang berwajib!"
Arvin mendengar itu membelalakkan matanya dengan sempurna. Bagaimana bisa Tari mengetahui berkas penggelapan dana perusahaan yang ia pimpin ? Ini benar-benar diluar akal sehatnya! Ia tak menyangka Mentari yang ia kenal baik akan bertindak sejauh itu.
Dengan masih diselimuti rasa emosi,kesal dan ingin menangis Tari bergegas menuju alamat rumah Reynand yang sudah di kirim oleh pria itu. Jujur, di dalam lubuk hati Tari ia merasa sakit sekali seperti tertikam bambu tajam yang menusuk hatinya, kejadian tadi di luar dugaannya sehingga ia menahan agar tidak lemah dan menangis. Karena sesungguhnya, Mentari adalah sosok yang gampang menangis dan juga gampang menyembunyikan kesedihan.
Di satu sisi Mentari bersyukur karena sudah mengakhiri hubungan gelapnya dengan Arvin. Dari awal memang janji Tari pada diri sendiri adalah jika dia memiliki rumah baru maka ia akan meninggalkan semuanya dan memulai lembaran baru. Namun, pria bernama Reynand mengacaukan semua rencana yang telah ia susun.
Sesampainya di rumah Rey Tari menekan bel secara beruntun hingga si empu pemilik rumah keluar.
"Kembalikan anakku!"Sentak Tari dengan amarah.
"Dia sedang tidur"jawab Rey, ia sudah memperkirakan bahwa Tari akan marah padanya.
"Dimana?"Tari langsung menerobos masuk ke dalam rumah mencari Matcha.
"Tenanglah dulu, dia baik-baik saja di kamarku"
"Kamu melewati batas Pak Reynand Dirga Grissham! Jangan merasa aku hanya berdiam saja lalu kamu bertingkah seenaknya! Aku mengizinkan kamu hanya karena permintaan Matcha, itupun kamu yang memprovokasinya untuk berpergian"Tari mengamuk sejadi-jadinya, memarahi Rey yang hanya berekspresi datar melihat Tari marah seperti bukan marah biasa "hari ini terakhir kamu menemui kami, jangan pernah---"
Secara tiba-tiba Rey mendorong Tari ke dinding "apa kamu semarah itu? Hanya karena Matcha aku bawa kemari?"ucap Rey menatap Tari dengan lekat, deru napas terdengar ngos-ngosan itu dapat Rey rasakan.
"Apa yang kamu lakukan!"Tari hendak menjauh namun Rey mencekal lengan wanita itu menguncinya kedinding.
"Kenapa wajahmu?"tanya Rey yang salah fokus pada pipi Tari yang merah seperti bekas tamparan.
"Lepas Rey!"pekik Tari berusaha melepaskan tangannya dari cekalan pria itu.
"Jawab aku! Kenapa wajahmu? Kamu habis di tampar?"tanya Rey lagi, ia tak memperdulikan Tari yang memberontak.
"Bukan urusanmu! "
"Baiklah kalau itu mau kamu, karena aku sudah melewati batas. Aku akan memutus batas itu"ucap Rey langsung menyambar bibir Mentari, ********** dengan lembut walaupun wanita itu menolak ciumannya. Rey berusaha melanjutkannya dengan menekan tekuk perempuan itu kemudian langsung memeluk Tari dengan erat.
"Lepas Reyyyy!!"Tari memukul-mukul tubuh Rey dengan sekuat tenaganya. Jika tidak di peluk paksa seperti ini Tari akan menampar pria lancang itu.
Sementara Reynand diam saja, ia menerima pukulan demi pukulan yang ia dapat dari Mentari. Suatu pukulan yang membuatnya tidak sama sekali merasa sakit.
"Maaf, tenangkan dirimu dulu baru akan aku lepas"ucap Rey menenangkan Tari yang entah kenapa ia rasa ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu "Matcha akan tinggal sendirian lagi jika aku mengantarnya ke rumahmu, kasian dia sendirian. Kamu juga pulangnya malam"tutur Rey dengan lembut.
Mendengar itu Mentari perlahan-lahan berhenti. Berganti dengan isak tangis yang Rey dengar dari mulut perempuan itu.
"Duduk!"Rey mendudukkan Tari di kursi, ia hendak menyeka air mata wanita itu namun terburu di tepis oleh Tari.
Rey menghela napas, lalu duduk samping Tari "apa terjadi sesuatu padamu?"tanya Rey menatap wajah Tari yang membuang muka.
"Tidak ada, jangan ikut campur urusanku!"Tari berdiri menatap tajam ke arah Rey "mana kamarmu? Aku ingin melihat Matcha"
"Ikut aku"Rey menuntun Tari menuju kamarnya di lantai dua, tadi sore ia mengajak Matcha bermain di balkon kamar hingga anak itu mengeluh mengantuk jadi ia biarkan saja Matcha tidur di kamarnya.
Mentari langsung memeluk Matcha, mencium kepala anaknya berkali-kali. Tari sangat takut kehilangan Matcha, ia tidak ingin Matcha merasa kesepian setelah pengakuan Matcha kemarin yang membuatnya merasa bersalah.
"Kamu mau bawa Matcha kemana?"tanya Rey melihat Tari ingin mengangkat tubuh Matcha.
"Pulang"jawab Tari.
"Sudah malam, menginaplah untuk hari ini. Kasihan Matcha kamu bawa lagi ke perjalanan yang panjang"
Mentari terdiam, yang dikatakan Rey ada benarnya juga. Namun, mengingat pria itu tinggal sendirian membuat Tari tidak nyaman, apalagi dengan rumah sebesar ini.
"Sudah, besok akan aku antar kalian pulang"ucap Rey meyakinkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments