Keluarga Rey

Pagi hari setelah membersihkan diri, Mentari yang tidur di kamar tamu ingin segera menuju ke lantai 2 untuk membangunkan Matcha. Namun belum sempat ia menginjak anak tangga, sayup-sayup Tari mendengar suara tawa dari arah halaman belakang.

Tak ayal, Mentari langsung berjalan menuju halaman belakang. Di dapur ia sudah melihat ada seseorang wanita paruh baya sedang memasak, Tari pikir itu pasti pembantu di rumah ini.

"Tidak, bukan seperti itu Matcha. Tapi rentangkan tanganmu seperti ini lalu seimbangkan tubuhmu"ucap Rey pada Matcha sambil memperagakan gaya berenang yang baik dan benar.

Ya, saat ini Tari melihat dua orang itu sedang asik berenang di kolam renang. Ia melihat anaknya tampak senang sekali di dalam air sana.

"Ibuu!"panggil Matcha yang baru melihat ibunya.

"Aku hanya menuruti kemauan Matcha, dia ingin belajar berenang setelah melihat kolam ini"jelas Rey, ia takut wanita itu akan marah lagi melihat anaknya bermain air.

"Ibu ayo ikut berenang!"

"Tidak, Ibu sudah mandi sayang. Matcha saja yang berenang sama Om Rey"

"Humm baiklah, Ibu Matcha senang sekali disini"

Mentari hanya tersenyum, ia ikut senang melihat anaknya senang. Namun Tari juga takut jika Matcha akan bergantung pada Rey dan menganggap pria itu ayahnya.

Rey bernapas lega melihat respon Tari yang seperti sediakala. Lembut dan penyayang, tidak seperti semalam. Rey seakan melihat sisi lain dari Tari.

"Tari..."panggil Rey.

Mentari menoleh pria itu yang melambaikan tangannya, mengisyaratkan untuk mendekat. Tak banyak tanya, Tari pun menurut mendekati Rey yang berada di dalam air.

"Apa pipimu sakit?"tanya Rey sembari menatap lekat wajah wanita itu.

Mentari refleks memegang pipinya, pikirannya seketika melayang saat mantan istri Arvin menamparnya dengan sangat keras hingga saat ini masih bisa ia rasakan.

Mentari menjawabnya dengan gelengan. Namun, sesaat kemudian Tari terkejut dan langsung menutup matanya ia baru sadar Rey hanya bertelanjang dada.

"Kenapa?"Rey terlihat bingung dengan reaksi Mentari.

"Kamu tidak pakai baju!"

Rey melihat tubuhnya lalu terkekeh geli. Bisa-bisanya Mentari bertingkah selucu itu melihat dia hanya bertelanjang dada. Rey menggeleng-geleng kemudian Rey naik kepermukaan mengambil handuk kecil dan menutupi sebagian tubuhnya.

"Kamu bisa membuka matamu"

Mentari membuka matanya secara perlahan, Rey sudah memakai handuk untuk menutupi tubuhnya meskipun masih ada terlihat dada bidang dan otot sispack pria itu.

"Kenapa kamu terkejut sekali?"tanya Rey dengan nada menjengkelkan.

"Ck, pakai saja bajumu!"sungut Tari kesal.

"Baiklah, suruh Matcha naik dia sudah dari tadi berendam disana. Kita sarapan dulu"ucap Rey yang kemudian berlalu sambil mengusap-usap kepalanya dengan handuk.

Tari mengangguk paham, ia segera membawa Matcha ke dalam untuk berganti pakaian basahnya, menguncir rambut pendek anak itu hingga seperti kelinci.

"Hemmm wanginya anak ibu"ucap Tari sambil mencium pipi Matcha dengan gemas.

"Tumben sekali Ibu ikat rambut Matcha"Matcha melihat pantulan cermin dirinya sendiri di kaca, sebelum-sebelumnya Tari tidak pernah mengikat rambut Matcha yang pendek itu.

"Tidak apa-apa Ibu hanya ingin mengikat rambut kamu karena sudah mulai panjang"

"Ekhem..."Rey melihat interaksi ibu dan anak itu dari depan pintu kamar ruang tamu "ayo sarapan dulu"ucapnya yang langsung dituruti oleh Tari dan Matcha.

Tirisan ayam kecap dan capcay dengan berbagai sayuran menjadi menu sarapan pagi hari ini.

"Aku sengaja menyuruh bibi masak karena Matcha dan kamu suka langsung makan nasi di banding roti dan minuman hangat"

"Orang Indonesia, jika belum makan nasi itu artinya mereka belum makan. Bukan berarti kami tidak suka roti, hanya saja nasi lebih mengenyangkan"jelas Tari yang mendapatkan anggukan oleh Reynand.

"Enakk!"ucap Matcha sembari mengunyah ayam kecap yang terasa sangat lezat itu.

Ketiganya makan bersama di meja makan dan lagi-lagi Rey merasa memiliki keluarga kecil melihat Tari dan Matcha makan di hadapannya. Ia harap momen ini akan selalu terulang di setiap harinya, tanpa sadar pria itu tersenyum tipis, harapannya sangat besar untuk mendapatkan hati Mentari yang sulit ia tebak itu.

Masih di waktu yang sama, Tari,Matcha serta Rey larut dalam pemikiran masing-masing saat menyantap makanan. Namun, secara tiba-tiba Rey di kejutkan dengan kedatangan keluarganya.

"Rey...."panggil sang Mama.

"Mama"Rey langsung berdiri melihat Mariam, Aldric,Shenia serta Arnold datang ke rumahnya di jam seperti ini.

Tari melihat itu tak kalah terkejutnya, ia berdiri sambil menatap Rey dengan gugup.

"A-ada apa Mama kesini dengan membawa mereka semua?"tanya Rey sedikit gagap.

"Haiii Matchaa, kamu cantik sekalii"bukannya menjawab pertanyaan sang putra Mariam malah menyapa Matcha dengan riang, sementara yang lain masih tercengang. Mereka berusaha mencerna suasana ini.

"Haii Omma"sahut Matcha.

Deg!!

Seketika semuanya terkejut mendengar sahutan dari Matcha yang memanggil Mariam dengan sebutan Omma. Terlebih Mentari yang ingin segera pingsan disana.

"Omma? Siapa dia Ma?"tanya Shenia penasaran.

"Dia cucuku"jawab Mariam santai, wanita itu langsung duduk di samping Matcha "Ohiya, ini Ibu Matcha?"Mariam melihat Tari, dan menanyakannya pada Matcha yang mengangguk.

"Masya Allah, cantik sekalii"puji Mariam sambil memeluk Mentari singkat.

"Ma---"

"Mama kesini hanya ingin menemanimu sarapan Rey"tukas Mariam.

"Kalian duduklah!"perintahnya menyuruh yang lain duduk.

Sementara Mentari masih syok dengan kejadian di hadapannya, ia sebisa mungkin bersikap biasa saja dengan senyum kakunya.

"Nama kamu Mentari?"tanya Mariam pada Mentari.

"Iyaa nama saya Mentari Bu"jawab Mentari.

"Rey cerit---"

"Mama tiba-tiba kesini ada apa Ma?"potong Rey, ia tidak mau Mamanya itu berkata yang tidak-tidak terhadap Mentari.

"Mama kamu ingin bertemu anak bernama Matcha Reynand, dia dari semalam ingin terus kesini untuk menemui Matcha"sambung Aldric.

"Bentar-bentar Ma, ini sebenarnya ada apa sih? Kakak disana siapa? Dan ini anaknya siapa?"tanya Shenia yang bingung, sementara Arnold dia hanya menjadi penyimak yang baik. Sifatnya yang sama seperti Rey membuatnya tidak peduli akan apapun.

"Kakakmu ingin menikah Shenia! Ini anak mereka berdua!"

Uuuhuukk!!!

Perkataan Mariam berhasil membuat Mentari terkejut bukan kepalang, ia sampai tesedak salvianya sendiri. Tari langsung memandang Rey dengan tajam, seolah ingin pria itu tidak membenarkan ucapan ibunya tapi yang Tari lihat Rey hanya mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng.

***

"Apa maksud itu semua Rey? Kenapa bisa mama kamu tahu tentang aku dan Matcha? Dan kenapa Mama kamu berbicara seolah kita akan menikah?"ucap Tari mengeluarkan semua emosinya pada Rey setelah kepulangan keluarganya.

"Aku juga tidak tahu Mama akan berkata seperti itu, yang pasti dia tahu kamu dan Matcha karena aku cerita. Tapi aku tidak akan menyangkal perkataan Mamaku, karena aku akan tetap menikahimu bagaimanapun caranya"

Mendengar itu sontak membuat mata Mentari melebar saking terkejutnya dengan pernyataan Rey "kamu gila! Kamu pikir aku mau nikah sama kamu?"ketus Mentari dengan sinis.

"Aku pikir kamu itu pintar, tapi kamu bodoh juga"cibir Rey yang langsung menerima tatapan sinis dari wanita itu.

"Maksudmu?"

"Ya karena hanya orang bodoh menolak pria kaya,tampan, perhatian dan juga memiliki segalanya. Kamu mau cari yang bagaimana lagi?"ucap pria itu dengan percaya diri yang tinggi.

"Ck.. ck.. ternyata kamu juga bodoh karena beranggapan dengan harta dan ketampananmu semua wanita mau kamu ajak menikah"

"Tentu, mereka tidak akan mikir dua kali"Rey semakin membanggakan diri.

"Sudahlah, terserah kamu saja. Aku memang bodoh karena menolakmu, sekarang aku mau pulang saja. Dan kamu cukup sampai disini, jangan menemuiku lagi"Tari berlalu menuju kamar tamu, ia ingin segera berkemas dan pergi dari rumah ini.

"Kata siapa kamu menolakku? Kamu tidak akan kemana-mana karena rumah kamu disini"Rey juga ikut berjalan membuntuti Mentari.

"Pria gila!"cibir Mentari menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir Rey yang awalnya ia pikir pendiam dan dingin bisa bertingkah gila seperti itu "Aku akan pulang sendiri, tidak perlu kamu antar"ucap Tari sembari memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

"Tidak, aku yang mengajakmu kesini. Aku juga yang akan mengantarmu pulang"

"Untuk kali ini saja, jangan paksa aku menuruti keinginanmu terus. Aku juga punya kehidupan dan privasi aku sendiri, jadi jangan terlalu ikut campur"

Rey terdiam, ia sadar apa yang telah ia lakukan. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa begitu memaksa Tari seolah sudah punya hak untuk mengatur hidup wanita itu. Dan ia bersikap seperti bukan dirinya, tapi ia sadar. Semuanya mengalir begitu saja dalam dirinya.

"Baiklah, terserah kamu saja. Nanti aku akan kesana lagi untuk bertemu kamu dan Matcha"

"Terserah"

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

mumpung blm pindah rumah y...

2024-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!