Pagi hari Rey dan Tari sudah sibuk berkemas-kemas untuk berangkat ke kota. Mereka memutuskan untuk memakai motor saja, lagi pula kondisi Rey sudah sembuh total hanya saja bekas luka di kaki belum menutup sempurna tapi hal itu tak menjadi penghalang.
Selesai sarapan pagi, mereka hendak pergi tetapi keduanya harus pamit dulu pada Matcha yang dari tadi hanya berdiam diri di ruang tamu. Sedari tadi anak itu merajuk, hingga tak mau ikut sarapan.
"Matcha, Ibu dan Om Rey pergi dulu ya sayang. Matcha dirumah hati-hati, jangan lupa kunci pintunya"ucap Tari yang kemudian mencium kening dan kedua pipi Matcha.
"Tidak mau, Matcha ikut!"ketus Matcha dengan wajah cemberut.
Tari memandang Rey, berharap pria itu bisa membujuk Matcha agar tidak ikut. Nyatanya Rey hanya berdiam diri.
"Matchaa sayang---"
"Tidak mau Ibu! Matcha mau ikut, Ibu tahu? Setiap kali Ibu tinggalkan Matcha. Matcha selalu kesepian dan takut sendirian, malam hari Matcha berusaha agar tidur lebih awal karena Matcha takut sekali dengan keheningan"ungkap Matcha, anak itu ingin menangis tapi ia berusaha menahannya.
Tari yang mendengar itu terkejut, ia langsung memeluk sang anak. Ia tidak mengira Matcha menyimpan ketakutan yang begitu mendalam, ia pikir Matcha berani dan bisa melewatinya. Tapi ternyata ia salah, Matcha menyembunyikan ketakutannya itu agar Ibunya bisa bekerja dan mencari uang.
"Maafkan Ibu Matcha, Ibu minta maaf"ucap Tari dengan rasa bersalah. Salah ia juga yang mengira Matcha berani, ia sudah cukup lama membiasakan Matcha tinggal sendirian dari umurnya 4 tahun.
"Yasudah kalau begitu, biarkan saja Matcha ikut"Rey mengambil keputusan yang langsung di setujui oleh Tari.
Dengan Rey yang mengendarai akhirnya mereka berangkat dengan suasana pagi yang masih terasa dingin. Untung saja mereka sudah memakai pakaian tebal. Ini pertama kali Rey memakai motor dengan jarak yang jauh, dan juga ini pertama kali Matcha keluar dari desa setelah sekian tahun ia lahir. Ibunya itu tidak pernah sama sekali mengajaknya untuk keluar dari desa tersebut.
Jam terus berputar hingga kurang lebih 3 jam dari desa. Akhirnya mereka sampai di kota, Rey berhenti di sebuah rumah makan yang modern untuk beristirahat.
"Boleh saya pinjam ponselmu?"tanya Rey, ia hendak menghubungi Marshel asistennya untuk segera menjemput di tempat dia berada.
"Ini"Tari menyerahkan ponselnya.
Rey segera menghubungi.
"Cepat segera jemput saya! Saya akan share lokasinya padamu sekarang"ucap Rey dengan nada yang tegas. Ia segera mengirim pesan pada Marshel agar membawa 2 mobil.
"Apa tidak berat?"Tanya Rey yang melihat Tari memangku Matcha yang sedang tertidur.
"Tidak"jawab Tari sambil menepuk-nepuk paha Matcha.
"Nanti biarkan asisten saya yang mengantarmu pulang ke rumah"
"Tapi Pak--"
"Tidak ada tapi-tapian. Ini tanda terimakasih saya padamu, lagian kamu sedang membawa Matcha. Jika dia tertidur lagi di jalan bagaimana?"
Tari ingin menolak di antar pulang, tetapi setelah mendengar ucapan Rey yang memang ada benarnya juga. Tari terpaksa menurut.
Tak butuh waktu lama, sekitar kurang lebih 20 menit. Akhirnya orang-orang Rey tiba disana dengan dua mobil mewah berwarna hitam dan putih, tentu kedatangan mobil mewah tersebut sangat menarik perhatian para pelanggan yang sedang makan.
"Apa yang terjadi pada Pak Reynand? Kenapa Bapak tidak ada kabar dari 3 hari yang lalu?"ucap sang asisten yang langsung menodong pertanyaan pada Rey. Ia begitu terkejut dengan kondisi Rey yang masih ada bekas luka di wajah dan baru kali ini Marshel melihat Rey memakai pakaian kasual.
"Duduklah dulu"Rey menyuruh Marshel duduk terlebih dahulu.
"Apa bapak baik-baik saja?"tanya Marshel lagi, ia begitu khawatir dengan keadaan si Boss.
Rey menjelaskan secara singkat tentang kecelakaan mobil yang di alaminya. Entah kenapa tiba-tiba rem mobil yang di pakai oleh Rey blong sehingga membuat kecelakaan itu terjadi. Padahal sebelumnya mobil itu sering di servis.
Marshel yang mendengar itu mengepal tangannya, itu pasti ulah pesaing bisnis sang boss yang ingin Reynand jatuh.
"Saya akan selidiki kecelakaan itu, saya yakin ada yang tidak beres dengan mobil Pak Reynand pakai"ucap Marshel.
Tari yang menjadi pendengar disana tertegun. Ternyata benar apa yang dia pikirkan selama ini, pria yang di tolongnya bukanlah orang biasa. Melainkan orang yang sangat berpengaruh.
"Ibu, Matcha haus"ucap Matcha tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Sebenarnya ia sudah terbangun karena mendengar suara perbincangan Rey dan Marshel yang cukup menganggu pendengarannya.
Tari segera mendudukkan Matcha dan memberinya air minum yang segera anak itu minum hingga tak tersisa sedikitpun air.
"Matcha dimana Bu?"tanya Matcha sambil melihat sekitarnya.
"Matcha sedang di rumah makan, di Jakarta"jelas Tari pada Matcha yang kelihatan bahagia sekali mendengarnya. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama, ia akhirnya keluar dari desa dengan fasilitas yang sangat minim itu dan sementara saat keluar, dia langsung ke Jakarta dimana Matcha mengetahui di televisi bahwa Jakarta adalah Ibu kota yang sangat padat penduduknya.
"Mereka orang yang menolong saya, dan wanita ini sebelumnya sudah menghubungimu tapi kamu bilang kamu tidak percaya bahwa saya kecelakaan"Rey menjawab kebingungan Marshel yang melihat Tari dan Matcha.
Marshel diam sejenak, dahinya membentuk kerutan-kerutan halus berusaha mencerna perkataan Rey. Lalu kemudian iapun terkejut, ia baru mengingatnya bahwa ada seorang wanita mengatakan bossnya sedang kecelakaan dan berada di rumahnya.
"Maafkan saya Bu, saya pikir itu hanya akal-akalan yang diberikan oleh para pesaing bisnis Pak Reynand. Karena sebelumnya sudah pernah ada terjadi, sekali lagi saya minta maaf"ucap Marshel sembari menunduk. Sungguh, kalau ia tahu itu benar ia tak akan membuat Rey menunggu terlalu lama "maafkan saya pak"tambahnya pada Rey juga.
"Iya, tidak apa-apa. Pak Marshel tidak salah"ucap Tari.
"Terimakasih telah menolong boss saya, saya tidak tahu apa yang terjadi jika tidak ada Ibu"
Setelah memperjelas semuanya, Rey memutuskan untuk segera pulang. Kini mereka berada di parkiran, dan akan segera berpisah.
"Ini, belilah makanan enak untuk Matcha"Rey menyerahkan sebuah amplop coklat pada Tari yang berisi uang tunai.
"Tidak Pak Rey, tidak usah. Saya tidak akan menerimanya, saya ikhlas menolong Pak Rey"Tari menolak uang itu, ia tahu Rey ingin membayar jasanya yang telah menolongnya. Ini bukan Mentari, tetapi Tari dengan seluruh ketulusannya.
"Saya tidak membayarmu, saya hanya ingin memberi Matcha. Belikan dia mainan dan barang yang dia sukai"Rey meraih tangan Tari dan meletakkan amplop tersebut di telapak tangan wanita itu.
"Tapi Pak Rey---"
"Sudah, terima saja"desak Rey.
"Baiklah, terimakasih. Saya akan membelikan barang yang Matcha sukai"ucap Tari yang akhirnya menerima uang tersebut.
"Omm"panggil Matcha dengan lirih.
"Iyaa"sahut Rey menoleh ke bawah dimana Matcha dari tadi menyimak pembicaraan antara dia dan ibunya.
"Om tidak akan ke rumah Matcha lagi?"tanya Matcha dengan wajah yang sedih, dari tadi ia juga berusaha menahan tangisnya.
Rey tersenyum tipis lalu mengsejajarkan tingginya dengan Matcha, menatap mata bening anak itu yang ingin menangis.
"Tidak, namun jika kita bertemu. Itu bukan sebuah kebetulan lagi, Om akan bermain bersama Matcha nantinya"ucap Rey berupaya menenangkan Matcha. Walaupun ia jelas tahu, ia tidak akan bertemu lagi dengan mereka.
"Janjiiii"Matcha mengacungkan jari kelingkingnya yang langsung Rey sambut.
"Janjii"
Marshel yang melihat hal itu menganga tak percaya. Seorang Reynand Dirga Grissham bersifat sehangat itu pada anak kecil yang bahkan bukan siapa-siapa, padahal Reynand yang ia kenal adalah orang yang terkenal dengan sifat dinginnya yang membuat seseorang sampai sungkan ingin berbicara.
"Kalau begitu kalian pulanglah, Marshel! Antar mereka pulang!"titahnya pada Marshel yang segera masuk dalam mobil.
"Motormu akan saya kirim besok pagi"ucapnya pada Tari. Pria itu hendak masuk mobil yang di setir oleh supir rumahnya.
"Pak Reynand"panggil Tari yang membuat Rey menoleh, ia menunggu wanita itu bicara.
Tari mengulurkan tangannya pada Rey sebagai tanda perpisahan.
Rey yang melihat itu diam sejenak, namun kemudian ia menyambut tangan halus itu.
"Senang bisa mengenalmu"ucap Tari dengan senyum tulusnya.
Rey tidak berkata apa-apa, dia hanya mengangguk sambil tersenyum tipis yang nyaris tak terlihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments