..."Bukan tak suka hanya saja perasaan ini masih bertanya-tanya."...
Empat orang laki-laki yang terdiri dari Regan, Bima, Satya serta Nararya sedang berkumpul di kostan Nararya. Sudah menjadi rutinitas mereka untuk berkunjung ke kostan Nararya seminggu sekali. Tujuannya adalah untuk mempererat silaturahmi dan juga agar Nararya tidak kesepian. Tujuan utamanya sih karena mereka ingin mendapatkan makan gratis, karena memang jika para sahabatnya datang berkunjung ke kostan Nararya selalu menyediakan makan untuk mereka.
Suasana di antara mereka begitu ramai, Regan, Bima dan Satya sedang memperebutkan pizza yang kini tinggal tersisa 1 potong. Bahkan mereka sampai mengadakan hompimpah untuk menentukan siapa pemenang pizza satu potong itu.
Sisa pizza tersebut jatuh pada tangan Bima, si laki-laki yang terkenal playboy itu. Beda halnya dengan Bima yang sekarang kini sedang memasang wajah ceria, lain halnya dengan Regan dan Satya yang kini berekspresi kusut.
"Mau," rengek Regan dengan memasang wajah memelas.
"Mau ya?" goda Bima sebari menaikan kedua halisnya.
"Heem," balas Regan.
Bima membelah potongan pizza tersebut menjadi dua namun dengan sisi yang berbeda. Raut wajah Regan yang ceria karena melihat Bima yang akan membagi potongan pizza tersebut berubah menjadi kusut kembali karena potongan pizza yang diberikan pada Regan berukuran kecil.
"Jahat," dumel Regan sebari memasukan potongan pizza tersebut ke mulutnya.
"POBOK, loh. Dikatain tetap aja dimakan," komentar Satya yang jengah melihat tingkah Regan yang seperti anak kecil.
"Kan sayang kalau gak dimakan,"
Di ambang pintu terlihat seorang laki-laki yang sedang berdiri menghadap keluar dengan tangan yang dilipat di depan dada. Pikiran laki-laki itu kosong, dia sendiri tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu. Di telingnya terpasang headphone yang sama sekali tidak tersambung ke ponsel.
Kali ini pikiran Nararya seperti teracuni oleh salah satu gadis bernama Vallesia. Terlalu pengecut memang karena Nararya tidak bisa mengakui dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. Nararya hanya menunggu waktu yang pas karena sekarang perasaannya masih belum jelas, masih abu-abu.
"Ada yang falling in love nih," kata Bima.
Satya dan Regan langsung menoleh ke arah Bima. Seolah sudah tahu dengan maksud Bima, Regan langsung menyahut. "Kini macam sudah berubah menjadi kucing. Hebat gak tuh,"
"Tapi sayang, macannya belum berani jujur," Satya ikut menyahut.
Merasa disindir, Nararya langsung menoleh ke arah teman-temannya yang kini sedang duduk di lantai tepatnya di samping kasur dengan beralaskan karpet.
"Maksud kalian apa?" tanya Nararya meminta penjelasan.
"Udahlah gak usah munafik, kalau suka ya bilang suka kalau enggak ya bilang enggak," tegas Regan.
Nararya mendekat lalu ikut duduk di antara teman-temannya. "Gak semudah itu untuk mempercayai seseorang terlebih gue baru mengenal dia,"
Bima berdecak. Dia kurang suka dengan sikap Nararya yang terlalu banyak berpikir. Menurut Bima kalau kita sudah menyukai seseorang ya langsung aja tembak, ceweknya nerima udah kelar. Menurut Bima pacaran itu tidak usah terlalu serius karena nanti kalau udah jadi suami takut keburu bosen.
"Jangan kebanyakan mikir lo, disambar orang tahu rasa lo. Lagian ya, kita masih anak SMA urusan cinta gak usah dibawa ribet lah, nikmatin aja dulu," jelas Bima.
"Emang dasar lo ya anjir tetap aja anjir. Udah berapa ribu cewek yang udah jadi korban lo hah?" kata Satya sambil melempar bantal ke arah Bima.
"Baru juga lima puluh. Kalau gak salah itupun," jawab Bima.
"Bangsat memang lo," ujar Regan sambil menoyor kepala Bima.
Nararya diam. Apa yang dikatakan Bima memang benar jika dia terlalu lama berpikir bisa saja Vallesia sudah diambil orang, Damar misalnya. Nararya memang tidak suka kalau Vallesia dekat dengan cowok lain namun dia sendiri tidak memiliki keberanian untuk mengatkan perasaan dia yang sebanarnya.
Melihat kediaman Nararya, ketiga temannya langsung saling lirik. Mereka ingin bertanya namun mereka tahu kalau Nararya sudah diam seperti itu artinya dia sedang berpikir dan Nararya tidak suka kalau pikiran dia terusik.
"Udah ah, kasihan gue ngeledekin dia mulu," kata Bima lalu langsung mengambil headphonenya dan menghibungkannya dengan ponsel berniat untuk bermain games. Sedang Satya dan Regan sudah terjun ke alam mimpi.
Sebagai kekompakan persahabatan, mereka memilih untuk membeli headphone yang modelnya sama namun berbeda warna. Sebagai ciri, di headphone mereka tertulis nama Swag Partner menggunkan spidol hitam.
Karena menurut mereka, headphone lebih berguna. Misalnya, Bima yang hoby games bisa menggunakan headphone ketika bermain games agar suaranya tidak mengganggu orang lain. Regan yang hoby tidur bisa mendengarkan musik menggunkan headphone sebagai pengantar tidur. Satya yang hoby belajar bisa mendengarkan video yang berisikan penjelasan materi menggunakan headphone, ruang guru misalnya. Dan Nararya yang hoby melamun bisa mendengarkan musik lewat headphone sebagai teman untuk merenung.
******
Vallesia berjalan menuruni anak tangga berniat untuk makan malam bersama. Keluarga Vallesia memang sangat mementingkan kebersamaan keluarga. Di meja makan sudah ada Vatma, Ibunya Vallesia, Frans, Ayahnya Vallesia sereta Vadilla, adiknya Vallesia yang baru berumur 8 tahun.
"Malam, Mah, Pah, Dilla," sapa Vallesia.
"Malam," jawab Vatma dan juga Frans.
Setelah mendapat jawaban dari Ibu dan Ayahnya, Vallesia langsung menarik kursi yang berada di samping Vadiila dan langsung duduk di sana. Merasa ada yang aneh dengan Vadilla, Vallesia langsung menoleh dan mencodongkan badannya agar bisa leluasa melihat wajah adiknya.
"Kenapa?" tanya Vallesia dan dibalas dengan delikan kesal oleh Vadilla.
"Kenapa, Dilla. Kamu marah sama kakak?"
Vadilla langsung membuang muka dari hadapan Vallesia. Kini Vallesia semakin dibuat kesal. Pasalnya dia merasa tak berbuat salah apapun sama adiknya ini, tapi kenapa ekspresi Vadilla mengisyratkan kalau Vallesia ini memiliki kesalahan besar.
"Ih aneh," kata Vallesia.
Vatma dan Frans juga ikut bingung. Karena tadi sebelum Vallesia datang, Vadilla masih baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang seperti ini.
"Kamu ada masalah sama kakak kamu?" tanya Frans dengan suara lembutnya.
"Dilla kesel sama kak, Valles," kata Vadilla.
Kening Vallesia berkerut. Seingat Vallesia, hari ini dia tidak meembuat Vadiila kesal karena Vallesia baru saja pulang sekolah dan langsung mandi terus sekarang dia mau makan. Dan salah dia di mana sampai dia membuat Vadiila kesal. Ralat bukan tidak membuat kesal namun belum. Karena menurut Vallesia mengerjai adiknya itu adalah suatu kewajiban.
"Kamu kesel sama kakak? Kesel kenapa? Ini kakakbaru aja ketemu sama kamu kan kakak baru pulang," jelas Vallesia.
"Kakak mandinya lama, Dilla udah laper banget tahu. Kata Mamah dan Papah kita jangan dulu makan sebelum kak Valles datang," ujar Vadiila.
Seketika suasana di meja makan mendadak ramai akibat penjelasan dari Vadilla barusan. Mereka kira Vadilla kesal karena kesalahan Vallesia yang besar tapi nyatanya karena masalah sepela. Terkadang Vadilla memang suka membuat suasana menjadi ramai. Karena itulah Vallesia senang membuat adiknya kesal.
"Kamu ini ada-ada aja, Dilla," kata Vatma sambil menahan tawanya.
"Sudah. Sekarang kita makan, katanya kamu lapar banget kan, Dilla," ujar Frans.
Suasana di antara mereka menjadi hening karena mereka fokus dengan makanan mereka masing-masing. Kraena dalam aturan keluaraga Vallesia, dilarang mengobrol dan dilarang main hp jika sedang makan.
"Oh iya, ngomong-ngomong pemilik baju yang kamu bawa dulu sekarang apa kabar?" tanya Vatma tiba-tiba ketika proses makan mereka beres.
Vallesia yang saat itu sedang meneguk minum hampir tersedak keika mendengar pertanyaan Vatma yang menurut Vallesia sangat tiba-tiba dan tanpa aba-aba terlebih dahulu.
"Kapan-kapan ajak ke sini dong," kata Vatma.
"Hah?" pekik Vallesia.
"Mamah mau kenalan. Siapa nama dia?"
Vallesia diam. Dia bingung harus bagaimana, pasalnya dia sendiri bingung dengan hubungan dia dengan Nararya. Vallesia hanya takut kalau nanti Ibunya akan bertanya macam-macam kalau dia membawa Nararya ke rumahnya.
"Namanya Nararya, tapi kayaknya Valles gak bisa ngajak dia ke sini. Dia orangnya sibuk," jawab Vallesia.
"Sesibuk-sibuknya laki-laki, dia pasti mau luangin waktunya buat perempuan yang dia sukai," kata Franas yang sukses membuat Vallesia melotot.
"Tapi Valles sama dia gak ada hubungan apa-apa jadi pasti dia gak akan mau luangin waktunya buat Valles,"
"Tapi seingat mamah, setelah kejadian itu kamu gak pernah tuh berurusan dengan cowok dan kemarin kamu berani bawa baju cowok sampai rela mau cuciin. Itu namanya apa kalau gak saling suka," goda Vatma.
Vallesia sukses dibuat kesal. Dia ingin mengumpat namun dia masih ingat kalau sekarang orang yang sedang mengejeknya adalah orang tuanya sendiri.
Vallesia bangkit dari duduknya dengan tergesa-gesa lalu dia melangkah pergi meninggalkan meja makan tanpa pamit seidikitpun. Melihat itu, Vatma dan Frans saling tatap lalu tersenyum karena mereka senang akhirnya putri pertama mereka sudah mendapat kebahagian barunya.
"Kak Valles kenapa, Mah, Pah?" tanya Vadilla yang tidak mengerti dengan keadaan.
"Dia mau ngerjain tugas, kamu jangan ganggu kakak kamu ya,"kata Frans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments