10. Harapan dan Ketakutan

..."Tolong, jangan kasih aku harapan kalau kamu tidak mampu untuk bertanggungjawab."...

Suasana kelas XI Ips 03 begitu hening dikarenakan guru sejarah yang sedang menerangkan materi di depan begitu hanyut dalam penjelasannya. Hal itu menyebabkan semua siswa-siswi berasa didongengi alhasil 70% penghuni kelas XI Ips 03 hanyut dalam alam mimpi masing-masing.

Laki-laki berperawakan tinggi itu sudah merasa bosan. Dia ingin mencari suatu kegiatan yang bisa menghilangkan kebosanannya. Ide gila terbit di otaknya. Laki-laki itu tersenyum miring lalu mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.

Di rasa cukup, Nararya langsung merobek kertas itu dan diremasnya sehingga kertas itu membentuk menyerupai bola. Dengan sekali lemparan, kertas itu langsung membentur kepala Megan.

"Aduh," ringis Megan sebari mengelus belakang kepalanya.

Megan melirik kiri-kanan untuk mencari sesuatu yang menghantam kepalanya lalu matanya mulai mendapati sebuah kertas yang tergeletak di dekat kakinya.

Mata Megan memicing tatkala dirinya sudah membaca sebuah tulisan yang berada di atas kertas itu.

"MINGGIR!" gumam Megan.

"Lo ngusir gue?" tanya Vallesia heran.

Mendengar pertanyaan Vallesia barusan, sontak saja Megan langsung melirik Vallesia. "Enggak. Ini gue lagi baca ini, tadi ada yang ngelempar ke gue,"

Tangan Vallesia langsung merampas kertas yang berada di genggaman tangan Megan. Dilihat dari cara penulisannya Vallesia tahu itu ulah siapa. Tulisannya singkat namun penuh penekanan. Huruf kapital semua dan menggunakan tanda seru yang banyak.

Vallesia memberikan kembali kertas itu kepada Megan. Tak berpikir panjang, Vallesia langsung menolehkan kepalanya ke arah Nararya dan kebetulan saat itu Nararya sedang memperhatikannya.

"Maksud lo apa?" tanya Vallesia.

Tak ada jawaban dari Nararya, dan sekarang tatapan Nararya beralih ke arah Megan. Sontak Megan langsung gelagapan dan tanpa bertanya dulu pada Vallesia, Megan langsung beranjak dari duduknya dan mempersilahkan Nararya untuk duduk di sebelah Vallesia.

Tak terima dengan tingkah Megan yang meninggalkan dirinya dan membiarkan dia berdua dengan Nararya, dengan cepat Vallesia langsung mengeluarkan sumpah serapah untuk Megan.

"DIEM!" sentak Nararya yang kini sudah duduk di sebelah Vallesia.

"Lo apa-apaan sih, ngeselin tahu," dumel Vallesia sebari menghentak-hentakan kakinya.

Melihat tingkah Vallesia yang seperti anak kecil membuat Nararya tersenyum dalam hati. Akhirnya rencana dia tidak sia-sia biarkan saja gadis yang ada di sampingnya ini merasa kesal yang penting Nararya sudah menemukan kebahagiaannya.

"Hargai guru!" kata Nararya yang sukses membuat Vallesia bungkam.

Akibat ulah Nararya, kini Vallesia sampai lupa untuk memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan. Kalau terus-teruan seperti ini bisa hancur nilai Vallesia.

"Dasar pengganggu," dumel Vallesia dengan suara pelan namun masih bisa didengar Nararya.

"Lo ngatain gue?" tanya Nararya.

Mata Vallesia terbelalak, padahal dia berbiacara dengan suara yang menurut dia sangat pelan namun laki-laki di sampingnya ternyata memiliki indra pendengaran yang cukup tajam, sepertinya suara semutpun dia bisa mendengarnya.

"Enggak. Gue ngatain ... eumm ... iya gue ngatain semut ini nih penganggu belajar gue," ujar Vallesia lalu berpura-pura menginjak semut.

Mata Nararya yang semula memperhatikan Vallesia kini beralih menatap ke arah lain. Bukan. Bukan karena dia tak suka melihat raut wajah Vallesia, hanya saja dia tidak ingin kalau Vallesia melihat dirinya tersenyum berkat ulah Vallesia.

Jujur, Nararya sudah tertarik masuk ke dalam pesona Valleia hanya saja dia tidak ingin gegabah untuk mengambil keputusan. Nararya hanya tidak ingin kejadian masa lalu terulang lagi. Untuk sekarang dia akan mencoba menikmati keadaan sekarang, mencoba membuka hati sepenuhnya untuk Vallesia walau dia sendri tidak tahu apakah dia bisa atau tidak. Tapi dia ingin mencoba, tidak ada salahnya kan.

Di sisi lain, Megan dan Damar hanya saling lirik melihat interaksi Nararya dan Vallesia. Merela heran, ada apa sebenarnya dengan mereka berdua. Terlebih mereka bingung dengan Nararya yang akhir-akhir ini terlihat possesif pada Vallesia.

Selama mereka bersekolah di sini, dan selama mereka satu kelas dengan Nararya baru kali ini mereka melihat Nararya mau berinterkasi terlebih Nararya mampu berinterkasi dengan perempuan, sontak saja hal itu menggemparkan semua orang yang mengenal Nararya di sekolah.

"Mereka pacaran ya?" tanya Damar pada Megan.

"Gue juga kagak tahu. Aneh mereka," jawab Megan.

"Coba deh lo tanya sama Valles!" titah Damar.

"Ogah. Takut digibeng gue sama dia. Lo tahu sendirikan kalau dia itu sensi kalau soal cowok,"

Damar nampak berpikir, yang dikatakan Megan memang benar tapi kenapa Nararya bisa sedekat itu sama Valles. Kali ini Damar sukses dibuat pusing.

"Tapi kenapa dia mau-mau aja dideketi sama Nararya?" ujar Damar.

Megan menyimpan jari telunjuknya di atas dagu pertnda kalau dia sedang berpikir. Lalu bibirnya membentuk sebuah senyuman sepertnya Megan sudah mendapatkan jawabannya. "Mungkin karena Nararya ganteng kali,"

"Anjir lo," ucap Damar sebari memberi pukulan di kepala Megan.

Megan hanya terkekeh lalu matanya kembali fokus pada guru yang sedang mengajar di depan.

"Baik anak-anak sekarang kalian boleh istirahat dan jangan lupa tuganya kalian kerjakan," kata Pak Boni lalu bergegas pergi keluar kelas.

Semua siswa-siswi langsung berhamburan keluar kelas. Vallesia langsung membereskan barang-barangnya ke dalam tas lalu melirik Megan yang sekarang juga sama sedang membereskan barang-barangnya.

"Kantin yuk!" ajak Vallesia.

"Tunggu bentar," jawab Megan lalu mulai memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

Setelah beres, Megan langsung mengajak Vallesia pergi. Namun Vallesia tidak bisa keluar dari bangkunya karena jalannya ditahan oleh Nararya. Karena merasa kesal, Vallesia memberanikan diri untuk menendang kaki Nararya namun usahanya sia-sia karena Nararya berhasil menghindar.

"Minggir ih!" kesal Vallesia.

"Alles, lo pergi sama gue," ujar Nararya penuh penekanan.

Karena suara Nararya yang cukup besar, alhsil semua perhatian orang yang masih berada di dalam kelas tertutuju pada mereka berdua. Mereka heran, kenapa Nararya memanggil Vallesia dengan sebutan lain, itu seperti nama panggilan kesayangan.

"Alles?" tanya Megan meminta penjelasan.

Vallesia bingung, dia tahu ini akan terjadi namun bagaimana dia harus menjelasankannya pada Megan. Dia sendiri bingung mengapa Nararya bisa bersikap seperti ini pada dirinya.

"Ayo!" kata Nararya lalu mulai membawa Vallesia keluar dari kelas.

Selama dalam perjalanan, pikiran Vallesia berkecamuk. Ribuan pertanyaan hinggap di kepalanya. Dia ingin segera menemukan apa alasan Nararya memperlakuan dia seerti ini. Dia seperti diperlakukan layaknya seorang pacar bagi Nararya namun Vallesia tidak tahu alasan yang sebenarnya. Dia ingin menjauhi Nararya namun selalu gagal karena Nararya selalu menariknya untuk kembali.

Vallesia hanya takut kalau di sini, Vallesia-lah yang terlalu berharap. Dan nantinya dia sendiri yang akan sakit. Dia tidak bisa menyalahkan Nararya, karena itu sama saja kalau dia memparmalukan dirinya sendiri yang nantinya Nararya akan menilai bahwa dirinya pengemis kasih sayang.

"Gak usah ngelamun,"

Mendengar suara itu, Vallesia langsung mengedarkan pandangannya dan sekarang dia sudah berada di rooftop berdua dengan Nararya.

"Mau ngapain?" tanya Vallesia.

"Enggak ngapa-ngapain," jawab Nararya enteng.

"Eumm ... Nar!" panggil Vallesia kaku,

Nararya menoleh. Melihat raut wajah Vallesia saat ini, dia tahu kalau Vallesia ingin membicarakan sesuatu. "Hmm," jawab Nararya.

"Lo kenapa mau bicara sama gue sedangkan sama orang lain enggak?" tanya Vallesia. Dia tahu seharusnya dia tidak usah bertanya seperti itu. Vallesia sangat paham kalau Nararya itu tipe orang yang tidak suka orang lain terlalu ikut campur sama urusannya.

"Terserah gue lah mau bicara sama siapa aja, apa urusannya sama lo?" kata Nararya.

"Ya, gue kan cuma nanya. Abis lo aneh, sama gue ngeselin abis tapi sama orang lain lo gak pernah lirik mereka,"

Nararya membuang mukanya dari hadapan Vallesia. Apakah dia harus jujur kalau alasan sebenarnya karena dia suka sama Vallesia. Nararya rasa, ini bukan waktu yang pas buat ngungkapin yang sebenarnya.

"Lo gak usah kepo," kata Nararya lalu melangkah pergi meninggalkan Vallesia.

Di tempatnya Vallesia hanya melongo sambil menghantak-hentakkan kakinya karena kesal. "Nah kan gue ditinggal lagi. Ini udah kesekian kalinya gue ditinggal di sini. Itu orang hoby banget narik-narik gue lalu dengan enteng ninggalin gue sendiri. Cowok sialan,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!