7. Baju Nararya

..."Sikapmu padaku bertolak belakang dengan sikapmu pada orang lain dan itu membuatku bimbang apakah aku harus senang atau justru sebaliknya."...

Dengan ekspresi wajah yang kusut serta mulut yang terus melontarkan sumpah serapah, Vallesia berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tangan yang menenteng totebag berisi baju seragam Nararya.

Berkat Vallesia mengambil baju Nararya ke rumahnya akhirnya dia dijadikan bahan bullyan sekaluarga karena memang sejak kejadian masa lalu yang menimpa dirinya, Vallesia tak pernah membicarakan tentang laki-laki pada orang tuanya dan sekarang Vallesia tiba-tiba saja membawa baju seorang laki-laki yang sukses membuat gempar seisi rumah.

Dalam perjalanan menuju kelasnya, Vallesia selalu saja menekuk wajahnya lengkap dengan bibir yang dikerucutkan ke depan. Bukannya membuat Vallesia terlihat jelek malah itu membuat Vallesia terlihat manis terlebih dengan kacamata yang menembah keimutan dia.

Ingin rasanya Vallesia membuang baju Nararya namun dia masih sayang nyawa. Ditakutkan kalau Vallesia mmebuang baju milik Nararya itu akan menjadi awal kesusahan bagi dirinya.

Suasana sekolah masih sangat sepi karena Vallesia berangkat agak pagiaan karena dia sudah tidak kuat berada di rumah, tadi saja saat mau berangkat sekolah Vallesia rela meninggalkan sarapannya karena tidak ingin menjadi objek bullyan keluarnya lagi.

Dengan langkah pelan, Vallesia berjalan memasuki kelas dengan kaki yang dihentak-hentakan seolah lantai itu adalah muka-muka keluarganya. Tidak sopan memang tapi ya mau gimana lagi, kalau Vallesia sudah kesal dia akan melakukan apapun untuk membuat kekesalannya pudar. Sebenarnya Vallesia ingin menginjak langsung ke orangnya tapi Vallesia masih ingin masuk syurga.

Bugh!

Vallesia membanting tas serta totebag yang berisi baju Nararya ke atas mejanya. Lalu dengan cepat Vallesia langsung duduk di kursinya dan kepalanya dia sandarkan ke atas meja. Vallesia berniat untuk tidur sebentar mumpung kelas masih sepi.

"Biasa aja kali,"

Hilanglah niatan Vallesia untuk tidur karena dia mendengar suara berat dari seseorang. Dengan harap-harap cemas, Vallesia mengangkat kepalanya lalu tubuhnya dia tegakkan. Terlebih dahulu, Vallesia mengumpukan keberanian karena ditakutkan kalau suara itu berasal dari sosok tak kasat mata.

Setelah keberaniannya terkumpul, Vallesia berjalan menuju bangku belakang. Dalam hati dia terus melafalkan doa-doa yang dia tahu termasuk juga doa masuk wc.

Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Seragamnya dia remas untuk menyalurkan rasa takutnya. Harusnya Vallesia memilih keluar saja namun rasa penasarannya mengalahkan segalanya.

"ANJIR!" jerit Vallesia ketika matanya mendapati sosok seseorang sedang tiduaran dilantai dengan tangan yang dijadikan bantal.

"Berisik!" ujar orang itu santai.

Vallesia ingin sekali menabok wajah Nararya yang saat ini sedang mencoba untuk tidur kembali. Vallesia bisa pastikan kalau sekarang ekspresi wajah Nararya datar dan tak merasa bersalah.

"Lo ngapain?" tanya Vallesia.

Konyol memang pertanyaan Vallesia ini, sudah jelas-jelas Nararya ini sedang tidur tapi kenapa masih ditanya, Ah entahlah, Vallesia memang akan bersikap bodoh kalau dia sedang merasa takut dan gugup.

Entah kenapa sikap galaknya hilang jika sudah berhadapan dengan Nararya. Vallesia yang sekarang bukanlah Vallesia yang asli. Karena Vallesia yang asli tidak takut dengan yang namanya laki-laki.

"Mana?" Nararya balik bertanya yang sukses membuat Vallesia mematung.

Kening Vallesia berkerut. Dia tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan Nararya barusan. "Apa?" jawab Vallesia.

"Bego gak usah dipelihara," kata Nararya lalu bangkit dari tidurnya dan berjalan pergi meninggalkan Vallesia.

Di tempatnya Vallesia hanya menggaruk kepalanya bingung namun pandangannya terus mengarah pada Nararya yang saat ini sedang berdiri di bangku miliknya dengan tangan yang mengacak-acak isi tas dan juga totebag.

"Oh baju ya, gue lupa," gumam Vallesia.

Setelah menemukan barang yang dia cari, Nararya langsung membuka jaket yang dia pakai lalu dengan cepat dia langsung memakai seragam sekolahnya. Sedang Vallesia, dia terus saja memperhatikan Nararya yang saat ini juga sedang memperhatikan Vallesia.

Pletak!

"Aww!" rintih Vallesia ketika dia merasakan sesuatu mendarat di keningnya. Saat dia melihat ke bawah, itu adalah pulpen miliknya.

"Ngapain lo bengong?" tanya Nararya dengan nada bicara andalannya, dingin.

Vallesia gelagapan. Dia juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba melamun yang jelas Vallesia terpesona dengan Nararya.

"Siapa yang ngelamun? Ngaco lo," balas Vallesia dengan raut wajah menahan malu.

"Ikut gue!" ujar Nararya dingin yang sukses membuat Vallesia berpikir keras.

Bukannya mengikuti perintah Nararya, Vallesia malah diam sambil menggaruk tengkuk lehernya karena bingung.

"Woy bego, ayo!" teriak Nararya dan dibalas pelototan oleh Vallesia.

"Gak usah melotot, gue gak takut," ujar Nararya. Masih tak ada pergerakan dari Vallesia dan itu membuat Nararya geram. "Anjir banget ini anak," lanjutnya lalu menarim paksa Vallesia keluar dari kelas.

Beruntung sekolah masih sepi, jadi aksi Nararya yang menyeret Vallesia tidak diketahui orang-orang hanya ada penjaga sekolah yang sedang membersihkan sampah. Bukannya protes, Vallesia malah diam seakan kesadaran dia hilang,

Langkah Nararya berhenti ketika mereka sampai di depan pintu kantin.

"Aduh," ringis Vallesia ketika merasa kepalanya terbentur sesuatu.

Masih dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya, Vallesia mengusap kepalanya lalu matanya melott ketika sadar bahwa Nararya sedang berdiri di depannya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Vallesia.

Nararya mendelik, sebenarnya agak males menanggapi gadis yang begonya kebangetan tapi entah kenapa hatinya terus memerintah agar dirinya selalu berada di dekat gadis yang menurut Nararya lemot dan bego.

"Mandi," jawab Nararya lalu melangkah masuk ke area kantin.

"Loh ini kan kantin. Bukannya kantin tempat makan ya?" ujar Vallesia lalu mulai mengikuti langkah Nararya.

"Gue bilang bego gak usah dipelihara," tegas Nararya sambil menjitak kepala Vallesia.

"Ih sakit," kata Vallesia sebari tangan yang mengusap-usap kepala.

"Duduk!" titah Nararya.

"Hah?" pekik Vallesia.

"DUDUK BEGO!" titah Nararya dengan nada bicara sedikit tegas.

Dengan perasaan sedikit takut, Vallesia langsung menuruti perintah dari Nararya, Namun ketika Nararya akan melangkah pergi berniat untuk memesankan makanan dengan beraninya Vallesia menendang kaki Nararya, namun karena kekuatan Nararya yang lebih besar maka dia bisa menahan keseimbangan tubuhnya.

Dengan raut wajah dingin, Nararya membalikan badannya lalu matanya langsung menatap Vallesia tajam, terlihat jelas bahwa Vallesia sedang ketakutan namun dengan sebisa mungkin Vallesia menyembunyikan rasa takutnya itu.

"Apa?" tanya Vallesia dengan raut wajah yang dibuat so berani.

"Lo nantangin gue?" kata Nararya sambil berjalan mendekati Vallesia.

Wajah mereka sekarang berada sangat dekat. Nararya dengan posisi berdiri dan tubuh yang dibungkukkan sedang Vallesia dengan posisi duduk dan badan yang didorong ke belakang,

"Abis lo ngeselin, masa gue mau diam aja," ujar Vallesia mencoba membela diri.

Senyum tercetak di wajah Nararya namun Vallesia yakin bahwa itu adalah senyum ejekan. Kali ini Vallesia benar-benar kesal terhadap Nararya. Dan entah bisikan dari mana, Vallesia dengan beraninya mendorong tubuh Nararya sampai membuat laki-laki itu tersungkur jatuh.

Vallesia langsung beranjak dari duduknya berniat untuk kabur namun tiba-tiba tangannya sudah ditahan lebih dulu oleh Nararya. Sebisa mungkin Vallesia mengontrol detak jantungnya yang saat ini berpacu lebih cepat. Namun di sisi lain Vallesia merasa takut kalau Nararya akan mengahabisinya.

"Gue minta maaf, please jangan bunuh gue," kata Vallesia ngawur karena dia sudah yakin kalau Nararya akan marah besar.

"Gue akan bunuh lo kalau lo gak mau duduk," jawab Nararya dan lngsung dituruti oleh Vallesia.

"Mau makan apa?" tanya Nararya,

Sontak Vallesia langsung membelalakan matanya. Respon Nararya sangat jauh berbeda dengan apa yang dipikirkan Vallesia. Karena Vallesia pikir, Nararya akan mengikat kedua tangannya dan membekap mulutnya dengan sapu tangan yang terdapat obat bius.

"Hah?" balas Vallesia.

"Sekali lagi lo bilang hah, gue gak segan-segan akan bunuh lo," ucap Nararya dengan raut wajah serius.

"Samain aja kayak lo," jawab Vallesia langsung.

Nararya hanya tertawa renyah melihat reaksi Vallesia yang menurut dia sangat berlebihan. Apa semenakutkan itu wajah Nararya sampai Vallesia terlihat gugup dan ketakutan seperti itu.

"Oke, tunggu sebantar ya!" ujar Nararya sebari tangan yang mengusap kepala Vallesia.

Tak tahu kah Nararya perlakuannya barusan membuat Vallesia merasa senang dan jantungnya menari-nari tak jelas, Menurut Vallesia, Nararya itu aneh,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!