..."Hal kecil bagi kita bisa saja menjadi bermanfaat besar bagi orang lain." ...
Di saat orang lain lebih memilih diam di kamar atau menghabiskan waktu malam dengan belajar lain halnya dengan keempat laki-laki yang saat ini sedang berkumpul di depan minimarket dengan ditemani goodday dingin dalam kemasan botol.
Mereka adalah anggota geng Swag Partner. Awalnya mereka ingin berkumpul di kostan Nararya namun Nararya menolak dengan alasan bosan.
Sebenarnya itu hanya alasan basi. Karena sebenarnya Nararya ingin menyegarkan otak, kalau Nararya terus-terusan diam di kostan bisa saja dia mati di sana.
Entah kenapa seharian ini hati Nararya selalu merasa gelisah dan dia sendiri tidak tahu penyebabnya. Yang jelas, sejak kemarin dia berkunjung ke rumah Vallesia perasaannya bercampur aduk. Senang dan sedih.
Terlebih, sejak seharian tadi di sekolah Nararya tidak fokus. Sudah bukan hal aneh kalau Nararya tidak memperhatikan pelajaran. Hanya saja alasan di hari ini begitu menjengkelkan bagi Nararya. Jika biasanya Nararya tidak fokus karena ingin cepat pulang lain halnya dengan tadi. Nararya gelisah karena Vallesia. Dia ingin mengajak Vallesia bicara tapi Nararya tidak memiliki topik yang menarik.
Regan, Satya dan Bima merasakan kalau ada hal yang aneh dengan tingkah sahabatnya. Tidak ada ucapan apapun yang terlontar dari bibirnya sejak mereka mulai berkumpul. Terus saja diam seperti orang bisu. Satu hal yang mereka takutka, takut Nararya kerasukan.
"Bim!" panggil Regan pada Bima yang sedang duduk di sampingnya.
"Yo?" jawab Bima sebari mengangkat kedua halisnya.
"Lo lihat gak?" tanya Regan.
Bima, yang mendengar pertanyaan dari Regan langsung saja mendelik tajam. "Lo sahabatan sama gue udah lama kan? Dan sekarang gue lagi duduk di samping lo. Tapi lo malah nanya gituh sama gue. Jelas-jelas gue ini ngelihat masa gue buta," cecarnya dengan suara yang cukup tinggi.
Kedua tangan Regan digunakan untuk menutup kedua telinga miliknya karena tidak ingin membuat telinga kesayangannya ternodai. Regan marah? Jelas marah. Dia hanya bertanya tapi kenapa tanggapan Bima bisa sesensi itu. Mirip dengan cewek yang lagi PMS.
"Lo apa-apaan sih, Bim? Gue cuma nanya tahu," kata Regan.
"Lo yang apa-apaan pake nanya kayak gituh,"
Regan menghela napas. Sekarang dia baru sadar. Ini memang kesalahan dia yang bertanya dengan pertanyaan yang kurang jelas. Tapi seharusnya Bima tidak usah marah-marah, kesannya kayak anak gadis yang baru ngelihat pacarnya jalan sama saudara perempuannya. Nethink duluan.
"Gue itu nanya, lo lihat gak tingkah si Arya malam ini aneh banget dan gue bukan nanya kalau lo buta apa enggak," jelas Regan sedetail mungkin.
Bima diam sebari tangan yang menggaruk-garuk belakang kepalanya. Jelas dia malu namun dia berusaha bersikap biasa saja. Beruntung tidak ada yang tahu dengan kejadian ini kecuali Regan, karena dia yang membuat ulah. Saat ini Satya sedang berkutat dengan ponselnya sedangkan Nararya berkutat dengan ... imajinasinya.
"Kenapa lo? Malu?" tuding Regan sambil memberikan senyuman mengejek.
"Enggak. Biasaja tuh, lagian lo nanyanya ambigu gituh," elak Bima. "Yang lo bilang itu emang bener. Malam ini Arya aneh, kayak gelisah gituh."
Pandangan mata Regan dan Bima sekarang fokus pada satu titik ... Nararya. Mereka tahu kalau Nararya sudah berdiam seperti ini sudah dipastikan Nararya sedang ada masalah.
"Mau gak?" tanya Regan.
Jangan salahkan Bima yang selalu berpikir negatif karena ini murni kesalahan Regan yang selau bertanya dengan pertanyaan ambigu.
"Bisa gak lo kalau nanya itu yang jelas," ketus Bima sebari menabok kepala Regan.
"Kebanyakan bacot lo ah. Sini gue bisikin," ujar Regan lalu mendekatkan bibirnya ke arah telinga Bima.
Buru-buru Bima mengangguk lalu berdiri di hadapan Nararya. Satya yang sudah tahu pasti akan ada keanehan yang dilakukan Regan dan Bima hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
"Mau beraksi lo?" tanya Satya.
"Yoi," jawab Bima. "Ayo, Reg mulai!" lanjutnya sebari menyuruh Regan berdiri dengan isyarat lirikan mata.
Keduanya kini berdiri di hadapan Nararya dan juga Satya. Jangan tanya apakah mereka malu atau tidak, karena jawabannya sudah jelas tidak. Dalam kamus Regan dan Bima tidak ada yang namanya malu terutama untuk menghibur sahabatnya. Solider banget kan?
"Satu ... dua ... tiga ...." Regan mulai berhitung.
"Some superhero, some fairytale bliss. Just something i can trun to somebody i can kiss," Regan mulai bernyanyi lagu berjudul something just like this dari The Chainsmoker&coldplay sedangkan Bima sibuk berjoged ria.
"Lanjut, Bim!" kata Regan.
Bima mengangguk mantap. "Oh i want something just like this,"
"Dododo-dododo-dododo-dododo-dodo, oh i want something just like this," lanjut Regan dan Bima bersamaan.
Mereka semakin gencar berjoged sebari melanjutkan kalimat "Dododo-dododo-dododo" berulang-ulang.
Tak sedikit dari orang yang berlalu-lalang berhenti berjalan hanya untuk menyaksikan kegilaan Regan dan Bima. Bahkan ada beberapa Ibu-ibu yang rela memvideo aksi mereka, entah apa faedahnya.
Di tempatnya, Nararaya dan Satya hanya bisa menahan malu sambil menutup wajah. Regan dan Bima yang beraksi namun Nararya dan Satya yang malu.
Sebenarnya, Nararya sudah ingin segera pergi dan meninggalkan ketiga sahabatnya namun Nararya tidak sepengecut itu yang rela meninggalkan sahabatnya dengan alasan malu.
"Temen lo tuh," kata Satya.
Nararya mendelik. Mereka memang temen Nararya bahkan mereka adalah sahabatnya. Namun Nararya tak pernah membayangkan kalau dirinya harus memiliki sahabat yang gila abis.
"Mereka temen lo juga," balas Nararya.
"Gue temenan sama mereka karena mereka temen lo," ujar Satya. Memang yang lebih dulu berteman dengan Nararya adalah Satya karena mereka dulu satu SD dan bersahabat sejak SD pula. Sedangkan Regan dan Bima mereka bersahabat dengan Nararya dan juga Satya sejak SMP.
"Gue temenan sama mereka karena mereka yang mau temenan sama gue," jawab Nararya.
Satya hanya tersenyum tipis. Beginilah Nararya, selalu memiliki kata-kata pedas yang mungkin bisa menyakiti hati lawan bicara kalau mereka belum mengenal Nararya sepenuhnya.
Satya tahu bagaimana sikap dan perilaku Nararya, termasuk apa alasan di balik sikap Nararya yang tiba-tiba jadi tertutup pada orang lain. Satya tidak bisa menyalahkan atau bahkan menghakimi apalagi memaksa Nararya untuk kembali berdamai dengan masa lalunya. Tidak mudah untuk menyembuhkan luka yang teramat dalam alhasil Satya hanya bisa menemani dan memberi semangat saja.
Di saat Regan dan Bima masih asyik bernyanyi dan berjoged. Lain halnya dengan Nararya yang dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang sejak kemarin mengganggu pikirannya.
"Alles!"
Orang yang dipanggil Nararya berhenti tepat di depan pintu minimarket sedangkan Regan, Bima dan Satya langsung memfokuskan matanya pada satu objek ... Vallesia.
Selama beberapa detik, Vallesia dan Nararya saling tatap. Entah tatapan apa, mereka sendiri tidak mengerti. Namun kegiatan itu berhenti ketika Vallesia mendorong pintu minimarket dan langsung melangkahkan kakinya memasuki minimarket tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments