6. Tentang Nararya

"Aku tahu yang kalian lakukan adalah demi kebaikanku namun aku juga ingin merasakan indahnya kebersamaan."

Ke empat orang laki-laki itu sedang duduk di salah satu bangku yang berada di pinggir jalan. Sudah hampir empat tahun mereka bersama. Mereka satu SMP dulu namun setelah SMA mereka memilih sekolah yang berbeda.

Di sela-sela perkumpulan mereka, mereka tertawa terbahak-bahak berkat ulah konyol salah satu dari mereka. Dalam persahabatannya, mereka memberi nama Swag Partner yang berarti Swag adalah sesuatu yang keren sedangkan Partner adalah orang yang dapat diajak bekerja sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa Swag Partner adalah orang yang bisa diajak kerja sama serta memiliki sesuatu yang keren.

Kelompok tersebut terdiri dari empat orang, yang pertama adalah Regan. Laki-laki berkacamata namun memiliki karisma yang bagus. Regan ini terkenal paling konyol di antara mereka semua dan bahkan Regan-lah yang selalu memnuat teman-temannya tertawa.

Kedua adalah Bima, laki-laki yang memiliki tingkat kepd-an yang tinggi. Merasa so benar dan merasa so ganteng. Sesuai dengan sipatnya, Bima ini terkenal playboy, selalu bikin baper anak oang namun tidak mau bertanggungjawab.

Ketiga adalah, Satya. Laki-laki berotak cerdas. Selalu mendapatkan juara pertama di kelasnya semasa SMP. Dan bahkan dia masuk ke dalam sekolah SMA favorit dengan mendapatkan beasiswa.

Yang terakhir, dia adalah Nararya Aditama. Laki-laki yang memiliki sorot mata yang tajan, Berawajah datar, terkenal pendiam di sekolah namun terkenal aktif di luar sekolah. Dia tidak mempermasalahkan omongan orang di sekolahnya tentang dirinya yang introvert dan tidak suka berbaur. Bahkan dia tidak peduli kalau orang menilainya sombong, karena bagi Nararya membiarkan orang asing masuk ke dalam kehidupannya sama saja dengan dia mempersulit hidup. Dulu, Nararya pernah membiarkan orang asing masuk dengan membukakan pintu seluas-luasnya namun tanpa permisi orang itu pergi meninggalkan luka yang sangat dalam bagi Nararya.

"Arya!" panggil laki-laki berkacamata yang bernama Regan sambil menyenggol bahu Nararya.

Nararya yang saat itu sedang melamun langsung terperanjat kaget dan hampir menonjok muka Regan. "Lo, gue kira siapa," kata Nararya sebari tangan yang meleoaskan headphone yang terpasang di telinganya.

"Lo kenapa ngelamun?" tanya Regan yang sudah sangat penasaran dengan sikap Nararya yang menjadi diam setelah melihat kedatangan Vallesia.

"Enggak, siapa yang ngelamun," elak Nararya.

Regan tahu ada yang disembunyikan oleh Nararya. Karena dia sudah lumayan lama mengenal Nararya jadi dia sudah tahu dengan perubahan sikap Nararya.

"Dia bohong," ujar Regan sangat pelan pada Bima dan Satya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Tahu gue juga," sahut Bima dan diangguki oleh Satya.

Regan langsung memfokuskan kembali tatapannya pada Nararya yang saat ini sedang menatap kosong ke depan. "Lo kenal ya sama cewek yang tadi?" tebak Regan.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Regan, dengan cepat Nararya langsung menegakkan tubuhnya lalu tatapannya langsung fokus pada sosok Regan. "Cewek yang mana?"

Regan tahu bahwa ada yang disembunyikan oleh Nararya. Regan tahu bahawa Nararya berbohong namun yang tidak Regan ketahui apa alasan Nararya membohonginya.

"Cewek yang tadi jatuh, yang gue tolongin," kata Regan.

"Enggak, gue gak kenal dia," jawab Nararya berbohong.

"Gue tahu lo bohong," sahut Satya sebari tangan yang membolak-balikkan headphone miliknya.

Mendengar ujaran Satya, dengan harap-harap cemas Nararya memfokuskan pandangannya pada sosok Satya. "Maksud lo?" tanya Nararya meminta penjelasan.

"Setahu gue, Nararya tidak suka berbohong dan dia sangat benci sama orang yang pembohong tapi sekarang malah dia yang berbohong," kata Satya enteng.

Di tempatnya, Nararya hanya bisa berdiam diri dengan pikiran yang entah mengarah ke mana. Nararya tahu dia tidak akan bisa berbohong pada teman-temannya. Dan yang dikatakan Satya memang benar, bahwa Nararya yang asli adalah Nararya yang tidak suka berbohong dan dia sangat benci pada pembohong.

Namun yang Nararya takutkan adalah, apbila dia bicara yang sebenarnya tentang cewek yang tadi, Nararya yakin pasti akan timbul beribu-ribu pertanyaan.

"Dia temen sekelas gue," ujar Nararya yang membuat ketiga temannya tersenyum menang,

"Lo suka sama dia?" tanya Bima.

"Ngaco lo," balas Nararya sebari melemparkan batu kecil ke arah Bima namun dengan sigap Bima langsung mengelak.

"Tatapan lo ke dia itu beda. Setelah lo kehilangan dia belum pernah gue ngelihat tatapan lo ke cewek kayak gituh," jelas Bima dan langsung dibenarkan oleh Satya dan Regan.

Alih-alih menggubris perkataan Bima yang dilakukan Nararya adalah diam dengan tatapan kosong ke depan, kebiasaan dia apabila sedang berpikir. Melihat itu, ketiga temannya langsung saling lirik satu sama lain sambil membenarkan bahwa Nararya sedang jatuh cinta.

"Berarti dugaan Bima benar. Lo suka kan sama dia?" ujar Regan.

"Bacot," jawab Nararya sebari beranjak dari duduknya lalu melangkah pergi.

"Lo mau ke mana?" teriak Regan.

"Balik," jawab Nararya tanpa menghentikan langkahnya.

Regan, Satya dan Bima saling lirik. Mereka bingung dengan tingkah Nararya malam ini.

"Arah balik kan ke sana bukan ke situ," kata Regan sambil menunjuk arah belok kiri dan Nararya malah berjalan ke arah belok kanan.

Jika biasanya Nararya selalu memasang wajah datar yang bisa membuat semua orang takut maka saat ini Nararya sedang memasang wajah malu dan bingung yang bisa membuat semua orang tertawa termasuk juga teman-temannya.

Di tempatnya, Regan, Satya dan Bima tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Nararya. Baru kali ini mereka melihat tampang Nararya seperti orang yang ketahuan berak di celana. Benar-benar memalukan.

Dengan perasaan nalu bercampur marah, Nararya membalikan badannya lalu kembali berjalan ke arah yang seharusnya dia lalui. Kata 'balik' yang Nararya lontarkan adalah berarti 'balik' ke kost-an yang berada di dekat sekolah karena memang sejak masuk SMA, Nararya memilih tinggal di kostan daripada harus tinggal di rumah orang tuanya yang memiliki hawa dingin dan hampa.

Kalau ditanya ingin pulang ke rumah atau tidak? Maka jawaban Nararya pasti ingin, namun dengan berbagai macam alasan dia harus mengurungkan niatan itu dan tetap bertahan di kostan yang menurut dia lebih ramai karena seminggu sekali teman-temannya akan menetap di kostannya.

Sepanjang perjalanan pulang, tak henti-hentinya Nararya merutuki kebodohannya. Gara-gara cewek yang bernama Vallesia sikap cool dia di hadapannya teman-temannya hilanglah sudah digantikan sikap dia yang memalukan yang kalau orang lain lihat pasti akan mengira dia orang bodoh.

"Sialan," gerutu Nararya sebari tangan yang mengacak-acak rambutnya.

Di bawah langit malam yang kelam, karena memang waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, Nararya berjalan seorang diri dengan kaki yang terus menendang batu kecil yang dia lewati. Dalam hati dia berharap bahwa dalam waktu dekat dia bisa kembali ke rumah dengan suasana yang berbeda. Jika dulu dingin maka sekarang Nararya harap keadaan itu berubah menjadi hangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!