“Hadiah apa, Mbah?” sentak Rinjani di kediaman Mbah Mangku sore-sore hari yang dingin dengan angin sembribit.
“Aku ini sedang tidak suka basa-basi dan kebohongan, wes, sekarang ngomong seadanya, sejujurnya, aku sudah sering main teka-teki. Capek.” keluhnya dengan tegas.
Mbah Mangku berdehem, lawan bicaranya memang sudah tua dan kerempeng, tapi ternyata ketegasannya tetap membuatnya ketar-ketir.
Mbah Mangku menatap sekeliling, tak mudah baginya memberikan penjelasan gamblang untuk Rinjani yang sejak tadi komat-kamit, entah membaca apa, mengutuk apa dan berharap apa, namun ia slalu berdiri tegak di depan rumah, berkoordinasi dengan tim SAR dan warga dengan cekatan.
“Sebelumnya maaf, apa den mas Kaysan tidak pernah memberi penjelasan tentang siapa sampean sebenarnya?”
Alis Rinjani bertaut di tengah kening.
“Lah, kenapa suamiku perlu menjelaskan siapa aku sebenarnya? Seluruh dunia tahu siapa aku, Mbah.”
“Budhe sombong banget.” celetuk Jalu Aji.
Mbah Mangku menarik napas, matipun masih menyimpan rahasia besar den mas.
“Kamu adalah titisan seorang Batari Dewi Anjani. Namamu Rinjani bukan hanya sembarang nama, itulah mengapa garis hidupmu bersangkutan dengan hal seperti ini.”
Bagai bintang yang jatuh, terlihat memukau namun langsung menghilang, ucapan Mbah Mangku tidak Rinjani gubris lebih lanjut.
“Aku menanyakan hadiah apa yang sampean maksud, Mbah! Apa hubungannya dengan Pandu?”
Mbah Mangku menggosok telapak tangannya. Kegelisahan nampak di raut wajahnya yang serius.
“Dewi Laya Bajramaya adalah hadiah untuk Pandu dari para Dewata karena kebaikannya selama ini. Kamu mengerti bagaimana putramu toh? Dewi Laya Bajramaya menjebak Pandu dengan bantuan Ki Pawiro, pamong suamimu karena dia tidak bisa turun ke bumi. Rumahmu terlindungi oleh kubah pelindung, kubah energi.”
Rinjani memegangi keningnya. Rumit. “Kenapa Batari Dewi Anjani menitis padaku? Terus apa aku bukan anak kandung Lastri dan Herman?”
“Aku tidak tahu!” sergah Mbah Mangku, yakin tidak tahu atau lebih tepatnya dia tidak tahu menjelaskannya darimana dulu. “Tapi satu yang perlu kamu pahami, Pandu adalah perpaduan antara keistimewaanmu dan den mas, dia tidak akan kaget dengan kondisinya saat ini. Pandu hanya belum terbiasa menghadapi statusnya.”
“Aku tetap tidak setuju Pandu dengan bidadari sekalipun itu hadiah dari Dewata dan ada hubungannya denganku. Hadiahnya tidak lazim, mbokyo kalau mau kasih hadiah itu kasih mobil apa rumah, bidadari tidak bisa beres-beres, tidak bisa memberi cucu dan pasti aleman! Pandu geli dengan cewek-cewek seperti itu.” sembur Rinjani tidak sabar.
“Dewi Laya Bajramaya sakti, bisa memberimu cucu dan bisa menjadi apa pun agar bisa di terima di keluarga tuannya. Dewata sudah mengutusnya, Dewi Laya Bajramaya tidak bisa menghindari titah para Dewata! Dewi Laya Bajramaya tidak bisa berpaling lagi.” Mbah Mangku tersenyum aneh saat Rinjani mengomelinya.
“Pandu itu memang anak baik, tapi dia tidak perlu di beri hadiah, aku sudah sering memberinya hadiah, dia ikhlas menjadi anak baik! Dewi Laya Bajramaya mau-mau saja toh jadi hadiah, kurang kerjaan, apa dia tidak tahu bidadari hanya ada dalam khayalan fantasi pendongeng? Hessss...jian, ruwet. Apa sekarang aku harus menyesal anakku tidak nakal?”
Jalu Aji mendesis sambil mengelus-elus punggung tangan budhenya seperti yang dilakukan bapaknya ketika menenangkan ibunya dulu dan adik-adiknya. “Sabar, sabar, nanti budhe tambah tua marah-marah terus lho.”
Rinjani memutar mata, lupa Jalu Aji ada di sampingnya. Mencoba menebus kabut dengan teropong jarak jauhnya.
Jalu Aji meringis. “Bapakku gak ketemu, Budhe. Teropongku gak sampai ke kahyangan. Bapakku kira-kira bisa pulang gak yoo, Budhe. Adik-adikku banyak. Kalo gak bisa pulang gimana yo, mosok aku jadi bapak tiba-tiba.”
Wajah Rinjani langsung begini. (((;ꏿ_ꏿ;)))
Mbah Mangku menyuruh mereka pergi ke dalam rumah ketika magrib tiba dan kabut semakin tebal. Mbah Mangku mengancing seluruh pintu yang ada di rumahnya.
Rinjani meminta Jalu Aji untuk duduk manis lalu memberinya buku doa. “Daripada risau bapakmu pulang tidak, ayo kita ambil wudhu terus doa bersama.”
“Tapi aku betul-betul risau, Budhe. Budhe memangnya tidak takut bapakku dan mas Pandu tidak pulang?”
“Budhe takut.”
“Jadi budhe juga sayang sama bapakku toh? Sama kayak aku takut kehilangan mereka.” sembur Jalu Aji antusias.
Rinjani menarik napas sambil menatap Dalilah. Mereka sebenarnya keberatan Jalu Aji ikut dalam pencarian, tapi bapaknya sendiri mengizinkan. Jadilah Rinjani ribut sendiri dengan perasaannya lagi-lagi dan Mbah Mangku menatapnya pilu.
“Dalam sejarah masa lalu memang ada pernikahan manusia dan bidadari, Ki Ageng Tarub dan Nawangwulan, cerita legenda yang di kisahkan di buku Babad Tanah Jawi. Itu sebagai gambaran saja. Dari mereka terlahir seorang putri istimewa bernama Nawangsih.”
“Apa bidadari itu bisa menjadi manusia?”
“Bun!” sergah Dalilah.
“Aku cuma ingin tahu, Lil.”
Mbah Mangku menyingkir dari pintu ketika istrinya membawakan teh hangat ke ruang tamu. Mbah Mangku menggaruk lehernya.
“Jika kesaktiannya penuh, dia bisa menjadi manusia. Cakra milik Pandu bisa memenuhi kesakitannya.”
Rinjani mendongak seakan kahyangan itu berada di atasnya. “Aku harap Nanang bijak memberikan solusi pada Pandu. Aku sendiri tidak bisa bantu apa-apa selain doa.”
Mbah Mangku menggeleng, entah apa maksudnya tapi Jalu Aji mengerti itu sesuatu yang menarik perhatiannya.
“Budhe bisa bantu mas Pandu dan bapakku pulang?” tanyanya penasaran. “Bapakku kemarin bawa bukunya pakde Kay, bapak bawa buku lawas, isinya mantra-mantra. Aku tahu, buku itu di tas bapakku!”
Mbah Mangku menggeleng kuat-kuat. “Memangnya kalau buka portal sendiri, Pandu dan Nanang siap langsung lompat keluar dari sana? Tidak bisa begitu. Salah-salah kalian juga masuk ke sana karena timingnya tidak pas. Kita tunggu tanda saja dari atas!”
“Ada tandanya, Mbah?” kini giliran Dalilah yang bertanya.
“Minimal kabut tebal hilang, badai tidak sebesar biasanya. Kondisi itu menghilang biasanya ketika hati Dewi Laya Bajramaya sedang senang. Pandu tetap kuncinya!”
Alamak. Rinjani dan Dalilah langsung berpegangan tangan dan bertatapan.
“Adikmu memangnya bisa membuat wanita senang, Lil? Berbunga-bunga gitu? Ibu kok meragukan hal itu yo. Aku khawatir, si Dewi-Dewi itu malah mumet ngurus bungsuku.”
Dalilah nyengir dengan ekspresi jelek. “Dhanu itu pasti yang sering dibikin seneng Pandu.”
“Eits, anggapan itu salah, Mbak. Selama ini setahuku Pandu ngekost, aku sampai ke rumah kalian saja harus nguber-uber pegawai kampus. Aku cuma pernah di tolong dia dari serangan pelet cinta, makanya aku seneng temanan sama Pandu.” Dhanu nyengir.
Rinjani ya tak mungkin tenang setelahnya, ia berharap si playboy Nanang membantu Pandu dalam meluluhkan hati Dewi Laya Bajramaya. Tapi apa itu menyelesaikan seluruh masalahnya? Bagaimana jika si Dewi itu justru patah hati dan murka sejadi-jadinya setelah Pandu kabur dari kahyangan?
Rinjani mendesis tajam. Ada-ada saja.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
may
Bunda meragukan bungsunya🤣
2024-10-22
0
may
Siapapun tolong bawa pulang jalu😭
2024-10-22
0
[}€3! ikem]
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-02-19
0