Tiada habisnya

Keberangkatan ke Jawa Timur tidak bisa di tunda lebih lama lagi. Diiringi Kyai Arya, Dhanu-yang belum kapok-, Rinjani, Jalu Aji, Dalilah, dan seorang ahli psychic trance medium, Nanang Pangarep memulai perjalanannya mengarah ke gunung tertinggi kedua setelah Mahameru.

Perjalanan yang harusnya hanya memakan waktu kurang dari enam jam lewat tol terasa luar biasa susah. Rasa frustasi yang meningkat drastis setelah kesasar berulang kali menghadirkan lelah yang berlebihan, di susul ban meledak, merenggut banyaknya waktu di perjalanan. Rombongan itu terpaksa keluar, mendorong mobil bergantian ke tambah ban.

Ketika magrib datang, sayup senja mulai menghilang, angin tertiup kencang. Di bawah perdu seorang ahli psychic trance medium yang sejak keberangkatan banyak diam tersentak ke belakang dengan mata melotot dan lidah yang nyaris keluar keseluruhannya.

Kyai Arya yang duduk di sebelahnya menahan tubuhnya.“Ono opo?”

“Boten sisah teka! Boten wonten ginanipun.” ( Tidak usah datang, tidak ada gunanya! ) Ucapnya dengan suara berat.

“Dudu urusanmu!” Kyai Arya yang memegang tasbih di tangan kanannya membantu medium psikis antar dimensi yang Nanang sewa untuk mem-backup-nya mengeluarkan kiriman Dewi Laya Bajramaya.

Sang media itu membuka mulutnya dengan tubuh yang terangkat sebelum tubuhnya terhempas. Dia mengerjapkan mata, lalu tersenyum damai.

“Sejak tadi aku mikir kayaknya ada yang kirim-kirim, mas, Yai. Aku barusan sengaja buka dan nantang biar masuk sekalian! Ternyata... gede banget energinya. Aku kayak belum pernah ngerasain yang kayak gini.” keluhnya dengan kepala pusing.

Nanang memberikan air putih lalu menepuk-nepuk punggungnya.

“Sudah pasti Dewi Laya Bajramaya tidak membiarkan kita mudah ke sana! Dia memang mengincar Pandu sejak dulu, sejak dia dalam kandungan.”

Rinjani lantas berhenti merajuk, dia penasaran dengan cerita Nanang. Rinjani mendekatinya. “Maksudmu gimana? Kamu mengetahui bidadari itu? Katakan bagaimana wujudnya?” tanyanya antusias.

“Tidak perlu kamu ketahui, nanti kepikiran!” Nanang mengalihkan wajahnya pada tatapan menyedihkan didepannya. “Dia cantik, tapi bisa jahat. Untuk sekarang, doakan Pandu bisa mengendalikannya saja.” imbuhnya pelan seakan menenangkan.

“Pandu.” Rinjani sontak mengelus perutnya, teringat bagaimana saat mengandung putra ketiganya. Penuh tantangan dan pantangan. “Dia pasti kembali toh? Kita tidak mungkin kehilangan lagi?”

“Yo kamu banyakin doa daripada nangis.” saran Nanang, mengamati rekan-rekannya. “Kita istirahat makan malam sekalian terus berangkat lagi. Tidak perlu tergesa-gesa wong pasti kita sampainya sudah malam, pendakian malam berbahaya!”

“Tapi firasatku tidak enak.” Mata Rinjani mengarah ke timur, arah di mana Pandu berada. Keadaan jadi senyap. Firasat seorang ibu tidak bisa dibiarkan, mungkin saja firasat buruk Rinjani mengisyaratkan keadaan Pandu?

Rombongan sampai ke basecamp saat tengah malam, keheningan malam yang wingit dan kabut yang membelenggu lereng gunung memperparah kondisi firasat buruk ibunda Pandu. Ia menangkap sesuatu yang kurang baik ketika hujan tiba-tiba turun tanpa adanya pertanda awam.

Berlarianlah mereka ke rumah Mbah Mangku dengan Dhanu yang menjadi pemimpin.

Mbah Mangku gegas memberikan sembah hormat pada keturunan ningrat dihadapannya. Kyai Arya tersenyum kecil saat tatapan pria kejawen perlahan kembali tenang setelah menegang menghadapnya.

Mbah Mangku mengangguk-angguk lalu buru-buru menyuruh tamu kehormatannya memasuki rumah sederhananya. “Silakan masuk, maaf seadanya.” ucapnya sambil melebarkan daun pintu. Namun rombongan itu menatap pisang goreng, kacang tanah rebus, kopi, teh, bakmi rebus yang semuanya masih hangat. Mbah Mangku ditemani istri yang segera menyerahkan kain-kain bersih untuk mengeringkan tubuh.

Rinjani mengusap rambut Dalilah yang basah. “Kita sudah dekat dengan Pandu, kamu makan.”

“Tidak. Jawa Dwipa kembali di penuhi ampak-ampak.” Mbah Mangku memberikan senyum manis madu.

“Ampak-ampak, Jawa Dwipa?” Rinjani mengernyit.

“Kabut tebal yang menghalangi pandangan mata. Jawa Dwipa pos sebelum Plawangan ke puncak. Kalian bisa mendirikan camp di sana atau di pos mangkutoromo. Pandu di antara pos itu!” jelas Mbah Mangku, pandangannya ke atas seakan menerawang sesuatu.

“Saya cuma bisa antar sampai pos mangkutoromo, saya handle dari bawah!”

“Tapi, Mbah!”

Mbah Mangku memberikan sembah sampai semua yang hadir terheran.

“Kulo nyuwun pangapuro. Mboten saget nyirnakno tumindak olo Dewi Laya.” ( Saya minta maaf. Tidak bisa menghilangkan tindakan buruk Dewi Laya.)

“Nggih.” Rinjani mengangguk, lalu tatapannya lebih berharap lagi kepada tiga pria yang sudah menghangatkan tubuh dengan kopi.

Tidak ada kata pulang sebelum Pandu ditemukan, peraturan itu Rinjani katakan sebelum orang-orang setuju ikut bersamanya ke tempat ekstrim dan mistis. Ada tiga orang yang menolak. Tidak sanggup.

“Namun jika bisa saya meminta bantuan kepada Mbah Mangku lagi, saya ingin ada bala bantuan lagi dari tim SAR dam warga sekitar, porter/guide.”

“Nggih.” Mbah Mangku memberi sembah seraya mundur. Sudah terhitung seminggu Pandu di sana, perubahan cuaca yang ekstrim menyebabkan warga lereng gunung simpang siur mencari kabar apa yang terjadi padanya. Mbah Mangku mengguratkan yang tidak terlalu dalam, pencarian Pandu mungkin bukan seperti mencari pendaki biasa yang tersesat dan hilang. Ada kehati-hatian yang perlu di jaga agar Pandu dan yang mencarinya slamet rahayu sampai bertemu kembali.

Mbah Mangku memberikan hormat lagi, mempersilakan tamunya menyantap hidangan buatan istri sebelum undur diri.

Rinjani memberikan teh hangat pada putrinya yang tampak sangat terpukul adiknya paling menggemaskan itu hilang dengan cara paling ekstrim. “Kamu ajak Jalu Aji makan terus istirahat!” Dalilah mengiyakan dengan muka lesu. Rinjani sendiri lantas menghampiri Dhanu yang sedari tadi .

“Wallahu a'lam, Nu. Kamu tidak usah merasa bersalah. Anak itu yang sejak awal bohong.”

Dhanu mengulas senyum getir. “Tapi kira-kira Pandu bisa tidak yo budhe menangani Dewi Laya?”

Dada Rinjani berdetak kencang. Dia menatap kabut dan hujan dari balik jendela yang berembun dengan tatapan menerawang. Hawa dingin menyebar ke seluruh indranya. Putranya punya teman banyak, tapi menangani wanita bucin sekaligus sakti membuatnya mengendikkan bahu.

“Saya tidak tahu, Nu. Pacaran saja tidak pernah dia, apalagi langsung jadi suami. Saya pikir justru lucu, dia pasti akan menolaknya sekuat tenaga.” selorohnya untuk mencairkan suasana.

Dhanu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket sebelum mengangguk. “Pandu pasti bisa menolaknya, budhe. Satu-satunya gadis yang disukai Pandu itu anak Kyai Arya. Aisyah namanya.”

“Oh jadi kamu ajak Kyai Arya karena itu?”

“He'eh.”

Rinjani menganggukkan kepala. Tidak salah lagi. “Kamu makan terus istirahat, besok bakal jadi perjalanan yang luar biasa berat. Jangan nyerah hari ini.”

“Budhe yang jangan nyerah!” Dhanu menepuk pundaknya bersimpati, dan Nanang berdehem. “Bumi gonjang-ganjing. Trokkkk-tok-tok-tok-tok-tok...” ucapnya sambil mengetuk kusen kursi.

Rinjani memutar mata, daripada mengurusi kecemburuan sosial, ia merapatkan syal di lehernya seraya mengisi perutnya dengan bakmi rebus yang sudah dingin.

Dan malam itu, setelah acara makan-makan selesai dan menyiapkan tempat tidur, mereka memutuskan bermalam di tikar sekenanya dengan tambahan sleeping bag untuk menjaga suhu tubuh.

Nanang menatap langit-langit rumah tanpa plafon di samping Jalu Aji yang membatasinya dari Rinjani.

Tangannya terjulur, menyentuh puncak kepala Rinjani dan mengusapnya perlahan. “Tidurlah. Sebab pertarungan antara cinta dan angkara murka tiada habisnya!”

...***...

Terpopuler

Comments

may

may

Mas nanang ora eling🤣

2024-10-21

0

App Putri Chinar

App Putri Chinar

kondisikan tangan mu om oyen🤭

2024-02-17

0

App Putri Chinar

App Putri Chinar

om oyen Ki enek2 wae

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!