20. Mantra Magic Shield

Sopinah membuka kita itu dengan tergesa-gesa. Dia sangat terburu-buru sehingga tidak ada waktu untuk menghayati dengan lambat apa yang sedang dilakukan. Dia membuka halaman awal yang menjelaskan tentang asal muasal magic shield.

Dia terus membuka kitab itu dan menemukan bab tentang cara membuka magic shield. Yang pertama adalah dengan kunci khusus yang telah ia ketahui dibawa oleh Knight Dani.

Yang kedua adalah dengan mantra. Setelah matanya jereng karena bacaan yang panjang, sampailah pada sesi mantra pembuka yang ternyata tertulis dalam aksara Yunani.

Hah! Apaan ini, gimana cara bacanya? (Sopinah).

Sopinah memejamkan mata, memikirkan bagaimana agar dia bisa membaca mantra itu dan bagaimana agar tidak ketahuan sedang membawa kitab keluar dari perpustakaan.

Dia membuka kitab mantra umum kemudian mempelajari cara menduplikat teks ke kertas yang lain. Dia pun menepuk pada setiap perintahnya. "[Tepuk] Satu lembar kertas putih!" Sebuah kertas putih keluar dari rak penyimpanan kertas. "[Tepuk] Duplikat kitab 'Magic Shield' halaman 57!"

Dengan segera, teks mantra itu terkopi dengan baik di atas kertas putih seukuran A4. Sopinah kembali berpikir bagaimana agar bisa membaca teks Yunani itu.

Ini di perpustakaan yang di luar nalar. Nggak mungkin nggak ada kamus. Atau Tugel translate. (Sopinah).

"[Tepuk] Kamus Yunani."

Sebuah kitab keluar dari rak menuju ke hadapan Sopinah. Tinggal sedikit lagi. Dia membuka kitab kamus itu dan kembali pusing karena sulit mencari huruf yang sama sekali tidak dikenalnya.

Dia membuka kitab mantra umum untuk mendapatkan mantra perintah yang tepat. "[Tepuk] Kamus Yunani, tunjukkan cara membaca mantra Magic Shield halaman 57."

Kamus itu mengeluarkan cahaya yang mengalir ke kertas duplikat. Kertas itu bersuara lirih dengan sendirinya seperti Tugel translate yang menyediakan pronunciation speaker.

Sayangnya, ingatan Sopinah tidak sebagus itu dan akan berisik jika diputar berulang-ulang, bisa ketahuan.

"[Tepuk] Tulis transliterasi mantra Magic Shield ke atas kertas putih!"

Semua telah selesai. Dalam hati Sopinah memuji diri sendiri karena menemukan cara jitu untuk mengatasi segala kesulitannya. Dia kini telah mendapat salinan berikut cara membaca mantra. Kertas itu dia lipat kemudian dimasukkan ke dalam tas selempang mungilnya.

Dia lupa sesuatu, kakinya kini tak mampu melayang. Dia menapak di lantai istana Dreamland. Dia memaksakan diri untuk berjalan cepat. Namun, secepat-cepatnya kaki berjalan, tetap saja lebih lambat dari melayang dengan laju paling lambat sekalipun.

"Sudah selesai, Sofi?" tanya penjaga yang dilewatinya.

Sopinah mengagguk. "Oh, saya mau tanya. Kok saya tiba-tiba nggak bisa melayang ya?"

"Karena ini malam. Tapi biasanya hanya melambat saja. Apa tadi Sofi menggunakan banyak mantra perintah?"

"Iya. Ngaruh banget ya?"

"Iya. Tapi Sofi masih bisa berkegiatan secara manual."

"Pulihinnya gimana?"

"Dengan istirahat. Atau kalau ingin cepat bisa minta jus ginseng di bagian dapur."

Sopinah mengangguk. Ingin meminta itu, tapi untuk mencapai dapur dengan berjalan manual juga jauh. Dia pun memutuskan untuk pergi ke dungeon terlebih dahulu, menyelamatkan sang putri yang terkurung dan menderita di ruang bawah tanah.

~

Dungeon (ruang bawah tanah)

"Jasmine, ini aku," sapa Sopinah kepada gadis tawanan yang sedang tidur itu.

Jasminul membuka mata. "Eh, Sofi."

Sopinah mengeluarkan kertas hasil usahanya malam ini. Dia memperlihatkan kepada Jasminul. Gadis tawanan itu tak mengerti apa itu, bungkus tempe?

"Aku dapet mantra buat buka magic shield!"

Jasminul ternganga. Dia tak menyangka gadis yang baru dikenalnya sungguh baik dan peduli kepadanya. "Beneran?!"

"Iya! Jasmine. Kamu siap-siap bebas dari sini. Malam ini adalah malam terakhir kamu dipenjara. Habis ini kamu bakal bebas kayak yang lain."

"Halah, kelamaan. Buruan!" buru Jasminul yang tak sabar menanti kebebasan yang ia dambakan sekian lama.

Sopinah membaca mantra itu meski lidahnya agak terseok-seok karena bahasa asing yang sama sekali belum pernah ia gunakan seumur hidup. Pembacaan untuk pertama kali tidak bereaksi apa-apa.

"Kok nggak kebuka, Sofi? Jangan-jangan salah mantra."

"Aku tadi udah nyari-nyari dengan teliti banget kok. Oh, mungkin pengucapannya ada yang salah kayak di film Hari Potret itu, kalau pengucapannya kurang bener, mantranya nggak jalan."

Sopinah mencoba lagi. Hasilnya adalah penjara itu mengeluarkan kilat biru dan terguncang beberapa detik membuat kedua gadis itu saling bertatap sembari melempar senyuman. Sopinah memberi kode kepada Jasminul untuk mencoba menembus teralis.

"Aduh!" pekik Jasminul karena badannya terjedot teralis.

"Lhoh kok nggak bisa? Padahal tadi udah getar-getar. Aku coba lagi."

Sopinah membaca sekali lagi dan hanya menghasilkan kilat biru disusul getaran.

~

Kamar Queen Elizambret

Ratu yang sedang tidur pulas merasakan getaran pada tubuhnya. Dia pun segera membuka mata.

"Ada yang mencoba membuka magic shield!" Dia bangun kemudian memanggil para penjaga terutama Knight Dani. "Knight Dani, kerahkan penjaga! Kita ke ruang bawah tanah, sekarang!"

"Baik, My Queen!"

Mereka segera menuju ke tempat di mana Jasminul dikurung. Ratu dan para penjaga turun ke ruang bawah tanah.

"Jasmine! Kamu baca mantra pembuka magic shield, hah?!"

Jasminul berdiri dan mendekati teralis. "Memangnya kenapa?! Kapan aku dibebaskan?!"

Ratu menepuk dahinya. "Kamu masih bengal sekali ingin keluar. Kamu tetap di sini. Kamu tidak bisa bebas. Kalau kamu pikir mantra magic shield bisa dipakai sembarangan, kamu lihat sendiri, kan? Tidak bisa!"

~

Taman

Di kegelapan malam, Sopinah bersembunyi di balik pepohonan yang rimbun. Untung saja dia sempat berlari dari ruang bawah tanah sebelum ratu dan rombongan penjaga ke sana.

Dia menjauh dan menjauh dari pintu ke bawah tanah untuk menghilangkan jejak. Napasnya kini terengah-engah karena berlari dengan tenaga yang sudah sangat menipis. Dia mengintip dari pohon besar di sana.

Terlihat rombongan ratu keluar dari ruang bawah tanah. Para penjaga menyebar untuk memeriksa sekitar. Sopinah bersembunyi lebih dalam, tak berani mengintip ke arah ratu dan para penjaga.

Dia terus berharap agar keberadaannya tidak ditemukan.

"Sofi, ada apa kamu di sini?" Ratu memegang pundak Sopinah dari belakang.

Sopinah sangat terkejut ratu langsung menemukan dirinya. Mereka memang berkeliling sehingga yang berad di sekitar harus bersembunyi secara serius jika benar-benar tidak ingin terlihat. Sedangkan Sopinah masih berpakaian terang benderang sehingga mudah untuk ditemukan.

"Sa--saya lagi jalan-jalan di taman. Nanti kalau udah pulang, saya kan nggak punya taman sebagus ini di tempat saya tinggal."

Ratu mengangguk, tapi matanya menyipit sembari menatap Sopinah dengan curiga. Ada untungnya Sopinah telah lari dari ruang bawah tanah bahwa dia tidak tertangkap basah secara langsung.

Meski sekarang Sopinah berada di dekat ruang bawah tanah, tetap saja ratu tidak dapat menuduhnya sembarangan. Kecuali dia adalah polisi di negara sebelah yang bisa memenjarakan orang 20 tahun lamanya tanpa bukti kongkret.

"Sofi, boleh panjaga periksa tas kamu dan badan kamu?" kata Queen Elizambret dengan lembut tapi penuh dengan penekanan yang membuat Sopinah bergidik.

"Jangan!" pekik Sopinah. []

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!