6. Operasi

Pak Eko dan Bu Eko berada di IGD menunggui sang putri yang sedang ditangani oleh pihak medis. Tak lama mata Sopinah terbuka sedikit demi sedikit. Dia melihat beberapa perawat di sekitarnya.

Omegot, aku di rumah sakit laknat? (Sopinah).

"Adik Sopinah, gimana rasanya? Mana yang dirasa sakit?" tanya perawat itu.

Perawat satu lagi keluar untuk memberi kabar kapada Bu Eko dan Pak Eko bahwa anaknya telah siuman. Terdengar kalimat syukur yang dilontarkan oleh orang tua Sopinah dari balik tirai. Namun, mereka belum diperbolehkan masuk karena Sopinah masih diobservasi.

Rasa nyeri menjalari sekujur tubuh Sopinah yang lecet karena kulit yang bergesek dengan aspal. Namun, yang terasa paling sakit adalah perut bagian kanan bawah. Rasa sakit itu muncul setelah ditanya oleh perawat.

Aneh ya, baru berasa habis ditanyain. Coba nggak usah tanya sekalian. (Sopinah).

Perawat segera melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap Sopinah, membersihkan luka-luka dan memeriksa perut Sopinah. Perawat juga memeriksa mata Sopinah dengan alat penerang untuk mengetahui apakah ada cedera kepala atau tidak.

~

Seorang bapak dengan pakaian rapi menemui Pak Eko dan Bu Eko, dia adalah sang penabrak. Dia memberi hormat kepada Pak Eko dan Bu Eko.

"Pak, Bu, saya mohon maaf atas kejadian ini."

Pak Eko dan Bu Eko manggut-manggut. Tadinya mereka sempat akan mengamuk kepada si penabrak. Namun, banyak saksi yang menyatakan bahwa Sopinah yang salah karena menyeberang dengan tiba-tiba, orang tua gadis itu urung untuk menyalahkan si penabrak.

Saat kejadian, banyak juga masyarakat yang akan mengeroyok si penabrak. Untung saja para saksi menjelaskan kepada orang-orang itu hingga pengeroyokan dapat dihindarkan. Hal-hal begini di Wekaweka Land sedikit terkontrol, tidak seperti negara sebelah yang langsung saja tanpa ba bi bu meghancurkan mobil si penabrak siapa pun yang salah.

Itu adalah cara terselubung mereka untuk melampiaskan dan 'curhat' masalah hidup dengan dalih membela korban.

"Tidak apa-apa, Pak. Ini musibah, nggak pernah ada yang tahu kapan datangnya," ucap Bu Eko.

"Saya akan tanggung semua biaya rumah sakit anak Bapak Ibu."

Orang tua Sopinah manggut-manggut sembari bersyukur dalam hati karena bertemu dengan orang yang baik dan bertanggung jawab. Itu karena jika dia menggunakan asuransi rakyat, pasti pelayanannya sangat berbeda. Kecepatan penanganan juga sangat berbeda, harus fotokopi ini itu, keburu sakitnya tambah parah.

Dengan dibiayai oleh penabrak ini sebagai pasien umum, Sopinah dapat ditangani dengan lebih baik. Perawat mendatangi mereka bertiga dan memberi tahu bahwa Sopinah harus menjalani USG abdomen untuk memeriksa keadaan perut yang dikeluhkan nyeri oleh Sopinah.

~

Sopinah dipindahkan menggunakan brankar. Selama perjalanan di dalam rumah sakit, gadis itu melihat kanan kiri. Akhirnya ia temukan juga banner yang terpajang di sana bertuliskan nama rumah sakit itu, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Timur.

Gadis itu bernapas lega tadi telah salah sangka. Namun, kelegaan itu hanya beberapa menit saja setelah pemikiran barunya menghinggapi pikiran.

Emangnya ada jaminan kalau di sini aman? Gimana kalau di sini juga ada yang begituan? (Sopinah).

~

Sopinah tak berhenti meringis karena perut bawah sebelah kanan terasa sangat nyeri. Badannya pun menjadi panas. Mual tak tertahankan menyerang hingga perawat harus membawakan baskom untuknya mengeluarkan isi perut.

Pemeriksaan USG abdomen menunjukkan radang usus buntu yang hampir pecah. Namun, memang sudah harus segera dilakukan tindakan operasi.

"Harus dilakukan operasi, yang mana tidak bisa dilakukan di rumah sakit ini. Di Rumah Sakit Keluarga Bahagia, Koja. Saya akan buatkan surat. Dan karena ini darurat karena sudah pecah, pasien harus segera diantar ke sana menggunakan ambulance."

Kata-kata dokter serasa seperti petir di tengah hari bolong. Sopinah yang sedari tadi telah meringis, tambah meringis lagi mendengar rumah sakit itu disebutkan.

Dokter bertanya-tanya pada Bu Eko dan Pak Eko perihal usus buntu ini. Sebelumnya Sopinah merasakan sakit di perut, tapi dia mengira itu hanya sakit karena haid atau sakit karena kembung masuk angin. Dia tak pernah menganggap sakit perutnya itu serius sehingga tidak menyangka akan semakin parah berbarengan dengan dirinya mengalami kecelakaan lalu lintas.

"Tenang, Pak, Bu. Nanti biaya rumah sakit tetap saya yang tanggung," kata si bapak penabrak membuat Pak Eko dan Bu Eko sedikit lega.

~

Suara ambulance membelah jalan raya. Baru sekali ini Sopinah merasakan berada di dalam mobil yang bukan angkutan umum maupun mobil carteran yang biasa ia tumpangi. Rasanya sungguh sangat berbeda. Semua kendaraan yang melintas memberikan jalan khusus untuk ambulance.

Ada juga pengendara agak ngeyel yang tidak mau menyingkir. Tibalah ambulance itu memasuki Koja yang kebetulan sedang padat merayap. Suara sirine ambulance agaknya tidak terdengar beberapa telinga (bukan tidak dengar betulan tapi pura-pura tidak dengar agar dapat cuek).

Sementara itu rasa sakit di perut Sopinah ditambah luka-luka lecet terasa semakin menjadi. Dia kini menyesal pernah juga menjadi pengendara yang pura-pura tidak dengar suara sirine ambulance. Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi pesakitan yang sedang dipindahkan dengan ambulance.

Dengan gesit supir ambulance melakukan gaya zig-zag. Skill atraksi dibarengi dengan skill mengebut adalah 2 skill wajib bagi supir ambulance. Maka dari itu, ujian surat izin mengemudi dengan medan semi atraksi masih wajar bagi mereka. Yang tidak wajar adalah ujian SIM di negara sebelah yang mana orang awam harus bisa meliuk-liuk membentuk huruf X tanpa putus, gimana tuh.

Papan nama megah rumah sakit tujuan telah terlihat. Sembari menahan sakit, Sopinah mendengus kasar hingga terdengar seperti orang sesak napas.

"Kamu kenapa, Pin? Napasnya sesak juga?" Bu Eko yang di sampingnya panik melihat Sopinah.

"Eng-enggak." Sekuat tenaga gadis itu menjawab agar ibunya tak tambah panik palsu yang ditimbulkan ketakutannya.

Ambulance telah dibuka. Tim medis membawanya ke Instalasi Gawat Darurat. Sebuah map rekam medis milik Sopinah diberi label 'CITO' sebagai tanda harus segera ditangani. Sopinah hanya bisa pasrah sepasrah-pasrahnya.

~

Sopinah telah diganti bajunya dengan baju khusus operasi. Para dokter juga telah mengenakan baju OK (Operatie Kamer).

"Dokter ologig*, ayo sini!" titah dokter bedah digesif kepada dokter satu lagi. (*dokter ologig\=dibaca dari belakang heheh. Bercandaan para dokter kepada dokter anestesi)

"Hash, mentang-mentang manggil aku cuma kalau lagi butuh doang," gerutu dokter anestesi.

Sopinah mulai merasa ngantuk. Para dokter telah mengangkat tangan tanda telah mensterilkan tangan. Mulailah perut Sopinah diodel-odel di dinginnya ruang operasi.

~

Sopinah membuka mata. Aneh, dokter di sekitarnya masih aktif mengubek-ubek perutnya, tapi bagaimana dia bisa sadar sebelum operasi berakhir?

Hah, apa biusnya udah habis? (Sopinah).

Dia merasa ngeri sendiri jika pengaruh bius telah habis tapi sudah melek duluan. Seharusnya dia menjerit kesakitan jika itu terjadi, bukan?

"Dok, kok saya udah melek? Tapi nggak sakit sih, Dok."

Tak ada yang menanggapi. Tubuhnya terasa ringan dan sama sekali tak merasakan sakit. Dia mencolek dokter di dekatnya. Tak bisa.

Dia pun duduk kemudian berbalik melihat raganya yang ternyata masih berada di atas meja operasi. []

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Chuu

Chuu

kok gk ada seram2nya malah terkesan lucu ni ceritanya,nmanya Sopinah terdengar lucu juga,gimana sih Author

2023-11-11

0

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

nah loh jgn2 Sopinah merogo sukmo 😱🙈👻👻👻/Toasted//Toasted//Toasted/

2023-09-28

2

Gulla Li

Gulla Li

pasti Sopinah panik karena ngira dia udah mati

2023-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!