18. Menyelidiki

Queen tampak bahagia mendengar penuturan Sopinah yang ingin tinggal lebih lama di Dreamland. Begitu juga dengan Madam Monik, Rosi, Knight Dani dan yang lainnya. Sopinah tersenyum manis, berusaha membuat semua tak curiga niatnya kali ini lain.

Queen memberikan pelukan hangat kepada Sopinah. "Kamu pun boleh kalau ingin tinggal di sini selamanya. Semua yang kamu mau bakal aku kasih semua. Nggak ada yang susah bagiku untuk memberikan keinginanmu yang paling mustahil sekali pun."

Kata-kata sang ratu kali ini terdengar menyeramkan di telinga Sopinah. Dia menguatkan diri untuk tak lengah dengan iming-iming yang ratu berikan kepadanya.

Kenapa dia kayak gitu? Aku yakin dia nggak tulus sayang aku sebagai anak gadisnya. Kalau di cerita dongeng, dia mau menghisap jiwa biar dia tampak muda terus, kan? Pasti itu motivasi dia seneng aku masih di sini. Mungkin Jasminul yang pertama bakal dihisap, terus aku. Gitu kan? Ketebak! (Sopinah).

~

Kamar Sopinah

Sopinah bersama Rosi sedang mematut busana. Gadis itu memang mencari-cari celah agar bisa mengorek keterangan sebanyak-banyaknya yang belum ia ketahui.

"Rosi, aku mau tanya sesuatu. Tapi kamu bisa nyimpen rahasia nggak?"

"Mau tanya apa emangnya? Aku bisa kok jaga rahasia."

Sopinah cukup percaya kepada Rosi. Namun, ia juga tidak percaya sepenuhnya sehingga dia akan mengorek tipis dahulu. "Eh, tadi aku lihat kamu masuk ke ruang yang ada di bawah taman. Itu ... ngapain sih?"

"Kamu lihat aku, Madam Monik dan Knight Dani?" tanya Rosi sembari mendekat, menelisik apa saja yang telah dilihat oleh Sopinah.

Sopinah agak gentar karena sikap Rosi berubah seraya mendekatinya dengan pandangan setajam pandangan harimau. "I--iya, aku lihat kalian masuk bawa makanan. Udah itu doang. Cuma sepintas aja aku lihatnya sambil lewat tadi."

"Oke, aku ceritain dari pada kamu penasaran. Di ruang bawah itu ada seorang tawanan."

Untuk awalan, ternyata Rosi cukup jujur. (Sopinah).

"Ha?! Tawanan?! Semacam penjahat atau sandera? Banyak yang jadi tawanan di sana?" Sopinah pura-pura kaget demi menyelidiki.

"Ada banyak! Dan mereka itu serem-serem. Jahat! Kamu tahu wujud orang-orang di sini kalau kamu nggak ngelewatin portal biru? Nah, wujudnya 10 kali lipat lebih serem dari itu."

"Hah?!" Sopinah pura-pura kaget meski dia memang merasa kaget juga.

Kekagetannya adalah karena Rosi ternyata berbohong kepadanya. Dia tahu persis bahwa tawanan di sana hanya 1 dan sama sekali tidak menakutkan. Bahkan amat cantik seperti artis Hollywood.

"Pokoknya jangan sampai kamu lihat, kamu bakalan ketakutan dan menyesal seumur-umur," kata Rosi.

Sopinah menggeleng, menetralisir pikirannya dan fokus pada keterangan yang sedang ia gali. "Di situ ada penjaganya nggak? Kalau penjara di duniaku kan ada sipir penjaga, terus ruangannya dikunci, kalau mau ada yang jenguk harus nitip KTP dan diperiksa."

"Penjaga sih nggak ada. Tapi penjaranya dikunci pakai dua pengaman, mantra dan kunci. Kuncinya selalu dibawa sama Knight Dani."

Sopinah mengangguk. Cukup sampai di sini pikir Sopinah. Lebih banyak pertanyaan akan membuat Rosi curiga.

Rosi melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul 9 malam waktu Dreamland. Dia menguap kemudian keluar dengan laju yang lambat.

"Sofi, maaf banget ya kalau kamu mau keliling-keliling malem ini, aku nggak bisa nemenin. Ngantuk banget soalnya," pamitnya sembari menutup pintu kamar Sopinah.

~

Rumah Sakit Keluarga Bahagia

09.00 pagi

Bu Eko dan Pak Eko telah mengepa barang-barang untuk bersiap pulang hari ini. Si penabrak pun turut hadir di sana untuk membayar segala pengeluaran untuk biaya rumah sakit Sopinah. Namun, anak gadis yang masih SMP itu tidak kunjung bangun.

Bu Eko mengguncang-guncang badan Sopinah, tapi tak kunjung bangun.

"Pin, bangun! Udah jam 9 kok belum bangun juga sih? Kita mau pulang lho."

Bu Eko dan Pak Eko saling memandang bingung. Jam 7 pagi tadi saat dokter visit, Sopinah dinyatakan baik-baik saja dan boleh pulang. Mereka memanggil perawat untuk memeriksa.

Perawat memeriksa tekanan darah, detak jantung dan suhunya. Hasil pemeriksaan normal bahkan sangat sehat. Hanya saja mata Sopinah belum mau terbuka. Perawat pun turut bingung.

"Apa mungkin dia pingsan, Suster?"

"Mungkin saja, Bu."

Mereka pun mencoba membangunkan Sopinah dengan metode klasik yaitu dengan bau-bauan minyak kayu putih. Bu Eko ingin mencoba dengan terasi, sayangnya dia tidak membawa stok bumbu yang berbau dahsyat itu.

~

Dreamland

Kamar Sopinah

Sepeninggal Rosi, Sopinah masih duduk di pinggiran tempat tidur. Dia memikirkan rencana untuk bisa mengambil kunci yang dibawa Knight Dani. Lelaki tampan itu selalu membawa pedang ke mana pun dia pergi.

Dia juga sigap dan cepat bereaksi, hampir mustahil Sopinah bisa mengambil kunci darinya. Sejenak Sopinah merenungi apakah bisa dia menjalankan misi besarnya untuk menyelamatkan Jasminul.

Tiba-tiba mau asing menusuk hidungnya, bau minyak kayu putih.

"Bau apa sih ini? Kok kayak minyak kayu putih?!"

Badan Sopinah hampir saja tertarik tersedot ke portal biru, tapi dia bertahan.

"Hah! Jam segini seharusnya aku udah bangun. Pantesan mau ketarik. Nggak boleh! Aku harus tetep di sini. Dan harus cepet sebelum aku dikira mati sama bapak ibuku."

Sopinah segera bergerak mencari keberadaan Knight Dani. Dengan lajunya yang melambat karena waktunya istirahat di dunia kedua itu, dia tetap menguatkan diri untuk bisa terus melayang.

Dia menuju lantai atas. Kamar Queen Elizambret ada di atas, kemungkinan besar asisten setianya juga ada di sana. Benar saja, di samping kamar ratu, ada kamar 1 lagi yang disinyalir milik Knight Dani.

Dia menembus kamar itu tanpa mengintai terlebih dahulu sehingga ....

"Apa yang kamu lakukan di sini, Sofi?!" Dani memekik terkejut dengan kedatangan Sopinah yang tanpa mengetuk pintu langsung masuk ke kamarnya.

Namanya saja sedang berencana mengambil kunci-kunci diam-diam, pastinya tidak akan mengetuk pintu.

"Eh ... ini kamar Knight Dani ternyata, maaf ya. Aku cuma mau keliling-keliling ke seluruh istana. Aku nggak tahu kalau ini kamar Knight Dani."

Dani menghela napas tanpa menaruh curiga. "Lain kali ketuk pintu dulu."

"Oke, Knight. Maaf tadi lupa. Masih belum biasa dengan tembus-menembus. Lupa buat niat nggak tembus eheheh. Aku keluar dulu." Sopinah keluar menembus pintu kemudian menongolkan kepalanya lagi ke kamar Dani. "Tuh kan, Knight, aku lupa terus. Eheheheh, maaf ya. Bye."

Sopinah keluar. Diam-diam tadi dia mempelajari kamar dan gaya busana fotokopi Dokter Daniel itu. Di waktu mendekati waktu tidur saja dia tetap menyematkan kunci dan pedang di pinggangnya.

Jangan-jangan kalau tidur pun kuncinya tetep di pinggang. Lhah gimana mau ngambil. Ntar kalau malah kena tebas gimana? (Sopinah).

Cara membuka sel tahanan Jasminul tidak hanya satu. Cara lain adalah dengan mantra. Sopinah menuju ke perpustakaan, tempat yang belum pernah ia kunjungi selama di Dreamland.

Kini ia harus ke sana demi menemukan keterangan atau apa pun tentang mantra untuk membuka magic shield. Sopinah berdiri di depan pintu perpustakaan. Lajunya semakin lambat sehingga di harus berhenti melayang dan mulai menggunakan pintu agar hemat energi seperti tips yang diberi oleh Queen Elizambret.

Dia membuka pintu itu.

"Sofi, kamu ngapain ke situ?" []

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!