17. Gadis Tawanan

Gadis yang sedang makan dengan lahap itu menghentikan makannya sejenak demi melihat Sopinah. Dia terkejut karena ada orang lain selain Madam Monik dan Rosi yang diizinkan pergi ke ruang bawah untuk menemui dirinya.

"Ka--kamu siapa?" tanya gadis itu, gemetaran.

Sopinah lebih terkejut lagi melihat wajah sang gadis yang teramat cantik, mirip dengan artis Kristen Stewart. "Wuogh wuogh, keren! Ini berarti Snow White versi versus huntsman itu!"

Gadis tawanan itu makin tak mengerti dengan ocehan Sopinah.

"Aku Sofi. Aku cuma tamu di sini. Aku astral, jadinya aslinya manusia. Kamu pasti Snow White anaknya King Magnus, kan? Aku turut berduka atas meninggalnya bapakmu ya."

"Bu--bukan. Namaku Jasminul."

Sopinah menganga dan semakin pusing dengan negeri asing tapi indah itu.

Ratu di sini seharusnya Ravenna, kan? Ternyata malah Elizambret yang namanya mendekati nama ratu Inggris. Dan eh mukanya kayak Jenifer Lupis. Terus ini kok malah Jasminul kayak Jasmine di Aladin? (Sopinah).

"Kok bengong? Kamu bisa panggil aku Jasmine."

"Oh ... iya, Jasmine. Kamu kok dikurung di sini?"

"Aku juga nggak begitu tahu alasannya. Pokoknya aku dikurung dan disiksa di sini. Aku dikasih baju lusuh ini dan dikasih makan sehari cuma sekali."

Sopinah mengingat dongeng Snow White yang juga menyiksa putri karena ratu kalah cantik dari sang anak tiri. Pastinya putri di hadapannya dikurung karena ratu takut kalah cantik juga. Jasminul memang super cantik.

Sopinah menatap Jasminul dengan sangat iba. Tunggu, bukankah di negeri ini bisa tembus benda padat? Dia mencoba masuk ke dalam teralis.

"Aduh!" Kening Sopinah terantuk teralis.

"Hahah, kamu ngapain jedotin kepala?"

"Mau nembus ke situ tapi ternyata nggak bisa."

"Nggak bakal bisa lah. Penjara ini dilindungi magic shield. Bisa dibuka dengan dua cara. Pakai kunci atau magic shield-nya yang dihilangkan."

"Caranya?"

"Kamu lucu deh, kalau aku tahu, aku pasti udah keluar dari sini."

Sopinah menyadari kebodohannya kemudian menggaruk tengkuk. Jasminul tertawa terbahak-bahak melihat tingkah pengunjung asingnya yang cenderung ceroboh ini. Mereka pun bercerita ngalor-ngidul.

Jasminul orang yang tenang dan terbuka. Dia juga ramah dan mudah bergaul. Dia menceritakan semua yang ingin Sopinah ketahui, tentang masa kecil, tempat-tempat indah yang pernah ia kunjungi sewaktu masih hidup bebas di luar, semuanya.

Tak terasa hari mulai malam. Sebentar lagi lonceng makan malam dibunyikan.

"Eh, udah mau malam. Habis makan malam, aku bakal pulang ke tempatku."

Jasminul mengangguk sembari tersenyum perih. Namun, Sopinah juga tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Dia harus segera pulang.

"Terima kasih udah mau cerita-cerita dan jadi temanku walau cuma beberapa jam."

Sopinah menjabat tangan Jasminul melalui sela-sela teralis. Dengan berat hati, Sopinah beranjak pergi dari penjara bawah tanah itu.

~

Ruang makan

Setelah melihat Queen Elizambret memiliki tawanan, Sopinah berubah pandangan mengenai sang ratu. Saat Queen tersenyum dengan tulus dan hangat, Sopinah menilainya sebagai senyum penuh kepalsuan.

Dia narsistik, manipulatif dan kejam. Sungguh paket komplit ala ratu-ratu kejam di banyak dongeng. Sopinah melirik Queen.

Dasar ratu kejam, pinter banget dia acting jadi orang baik. Ya emang baik sih ngajak aku nonton BTS segala. Tapi ternyata itu semua palsu. (Sopinah).

"Sofi," panggil ratu.

"I--iya, Queen."

"Kok gugup? Kamu suka makanannya, kan?"

"Iya, Queen. Aku nggak gugup, cuma sedih aja sebentar lagi bakal pulang dari sini," jawab Sopinah, mengarang indah.

Padahal pikiran Sopina sedang berkecamuk, campur aduk antara marah dan jijik terhadap para makhluk di Dreamland. Mereka terlihat ramah, rapi, wangi, tapi menawan orang tak berdaya di ruang bawah tanah.

Sopinah melirik Knight Dani. Dulu dia suka versi di Dreamland karena lebih ramah, mudah tersenyum dan pintar bergaul. Dokter Daniel di dunia nyata jarang tersenyum.

"Kamu boleh tetep di sini kalau kamu mau. Queen malah seneng banget. Kamu bakal dijadiin anak angkat. Dia lama kehilangan anak gadis jadi seneng banget sama kamu," bisik Rosi, mengagetkan Sopinah.

Kehilangan gimana maksudnya? Dia kan ada di ruang bawah tanah. Jangan-jangan aku bakal dikurung juga kalau lama-lama di sini. Terus kok Rosi ini jadi kelihatan aneh. (Sopinah).

Ya, sedari tadi pendapat tentang Rosi belum ia pikirkan sama sekali. Teman kuntinya itulah yang bertugas mengantar makanan untuk Jasminul sehari sekali. Apakah Rosi tidak memprotes?

Tidakkah satu pun di sana yang kasihan terhadap Jasminul? Atau mereka diam saja karena takut kepada Queen Elizambret?

"Ahahah, nggak usah repot-repot. Suatu saat aku bakal ke Dubai

beneran di dunia nyata. Aku juga bisa makan buah-buah premium walau nggak sekelas yang di sini, yah walau sewindu sekali doang."

"Lhoh katanya kamu tadi sedih mau pergi dari sini, kok sekarang gitu?"

Sopinah menyadari dirinya terlalu ekspresif. Dia memejamkan mata untuk menetralisir ekspresi wajahnya. "Ahahah, maksudnya, aku sedih mau pulang. Tapi tadi aku mikir-mikir kalau nggak pulang, sekolahku gimana terus aku juga kangen banget sama ibu dan bapakku tersayang. Uhuk ...." Sopinah tersedak kala menyebut orang tuanya dengan kata 'tersayang'.

Agak geli rasanya mengingat bapak ibunya gitu deh.

~

Rotunda Dome

Sopinah menyerahkan tas mahal yang dia gunakan hari ini kepada Rosi. Dia juga telah berpamitan dengan semuanya termasuk Queen. Pelukan Queen masih terasa hangat, tapi hati Sopinah telah berubah sehingga ada rasa canggung menerima pelukan itu.

Kalimat ungkapan kerinduan dari Rosi masih menggangung di telinga tapi entah mengapa terasa sangat hambar.

Sopinah menatap portal biru dari kejauhan. Dengan laju melayang yang semakin berat karena malam telah tiba di Dreamland, ia menuju portal itu.

"Sofi, suatu saat kalau kamu nginep di rumah sakit itu, kamu mampir ke sini ya," kata Rosi sembari melambaikan tangan.

Sopinah berbalik dan membalas lambaian disertai senyum yang dipaksakan.

"Queen akan kangen sama kamu," kata Queen sembari melambaikan tangan.

Dia keluar dari Rotunda Dome disambut salju tipis yang indah. Dia melaju dan terus melaju dengan semakin lambat hingga Queen dan yang lain kelelahan melambaikan tangan karena saking lamanya.

Tepat di hadapan portal biru, Sopinah berhenti.

Jasminul! Gimana nasib dia? Kasihan dia dikurung di ruang bawah tanah. Aku harus gimana? Aku mau bebasin dia tapi aku juga harus pulang. Waktuku udah habis di sini. (Sopinah).

Entah apa yang membuat Sopinah tiba-tiba terpanggil untuk peduli terhadap nasib teman yang baru dikenalnya. Pada dasarnya, semua makhluk menginginkan kemerdekaannya sehingga Sopinah merasa terpanggil untuk menolong Jasminul.

Sopinah berbalik.

"Aku nggak jadi pergi, Queen. Aku mau di sini sebentar lagi. Aku belum puas keliling istana Dreamland. Aku juga makan makanan yang lebih enak dan banyak." []

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!